▪️Catatan Diary Ramora▪️
Geovano, kehadirannya membuatku merasa sedikit lega. Setidaknya ada yang melontarkan lelucon menyebalkan saat sepi mulai merasuki jiwa.
Sekarang, aku akan melakukan apapun untuk menghadang badai yang akan menghalangi kisah Kaleo dan Jenny. Tentu saja bersama semangat dari Geo!
TTD
RAMORA
▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️
Jenny menggeser posisi duduknya hingga berhadapan dengan Ramora, "Beri aku alasan kenapa aku harus mau menerima bantuan darimu, kenapa aku harus mempercayaimu, dan kenapa harus aku yang mendapat bantuanmu?"
Suasana hening sejenak. Sepertinya Ramora tengah memikirkan jawaban yang tepat agar tak menimbulkan adanya pertanyaan lain.
"Sudah hampir tepat pukul tujuh, bukankah kau ada kencan dengan Kaleo?"
'Bingo'
Jawaban pengalihan yang Ramora harap bisa mengalihkan perhatian Jenny.
"Astaga! Aku hampir lupa. Terima kasih sudah mengingatkanku," ujar Jenny sembari menyambar satu stel pakaian dengan celana jeans dan kaos maroon. Kemudian berlari ke arah kamar mandi.
"Huft, selamat. Setidaknya dia akan melupakan pertanyaan itu untuk beberapa waktu ke depan."
Melihat pintu kamar mandi yang tertutup rapat, Ramora melepas cincinnya dan kembali menjadi makhluk tak kasat mata.
Ia mengambil sebuah arloji lipat di dalam briefcase dan membukanya. Menuju ke Cupid Garden untuk menyusun rencana selanjutnya.
️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️
▪️
▪️
▪️
9/04/2044, 7:10 p.m.
@CupiDiaries at Cupid Garden
Seperti melewati gerbang dimensi lain, Ramora tiba seketika di taman luas nan sepi bernama Cupid Garden.
"Welcome, Nona."
"Astaga!" Sapaan seorang pria jangkung berbadan atletis yang tepat terngiang di telinga kanannya itu membuat Ramora sedikit terkejut, "Geovano! Apa hobby barumu itu mengagetiku? Bagaimana kalau aku mati karena serangan jantung? Kau mau bertanggungjawab? Eum?!"
Geovano terkekeh pelan, "Meski ribuan kali aku mengagetkanmu, kau takkan terserang penyakit jantung lalu mati. Kau ini 'kan hanya jiwa kesepian."
"Cih." Bagai tertusuk panah tepat di jantungnya, pilu. Kalimat Geovano benar-benar terasa pedas di hati bukan di lidah.
"Dasar makhluk tampan menyebalkan."
Kekehan Geovano semakin renyah, "Kau ini kesal tapi memuji."
"Geo, diam. Bantu aku memikirkan langkah selanjutnya. Aku merasa akan ada badai setelah ini."
Geovano menengadah ke langit. Bentangan langit malam penuh gemerlap bintang membuatnya mengerutkan kening.
"Akan ada badai? Bintang bertebaran dimana-mana. Apa kau buta?" Tanpa menatap Ramora, Geovano melontarkan hal yang membuat si Cupid itu melempar cubitan kecil di perutnya, "Awh!" pekik Geovano sembari menoleh ke Ramora.
"Maksudku, akan ada masalah di hubungan Kaleo dan Jenny," ujar Ramora penuh penekanan.
"Iya, aku paham. Aku hanya bercanda," sangkal Geovano, "Emh, memangnya masalah apa yang akan menimpa mereka?" sambungnya.
Ramora mengangkat bahu sekilas. Matanya terfokus pada gemerlap bintang yang membuatnya sedikit terpukau. Andai Geovano belum hadir di sisinya, gemerlap bintang yang indah akan terasa hambar. Ya, ia bersyukur. Setidaknya ada Geovano dengan semua sikap menyebalkan sosok itu hadir mengisi kesepian hatinya.
"Hei?" Geovano melambaikan tangan di depan wajah Ramora, "Jangan melamunkan aku terus."
"Cih, siapa yang melamunkanmu? Aku hanya –"
"Hanya mensyukuri kehadiranku, 'kan?" Lelaki berkaos turtleneck warna putih susu itu menaik-turunkan alisnya. Menggoda.
Ramora terdiam. Sekuat apapun ia mencoba menyangkal, tetap saja Geovano akan mengetahui yang ada dipikirannya.
▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️
▪️
▪️
▪️
Other Side @Kaleo - Jenny
9/04/2044, 7:10 p.m.
At Jenny's Room
Sekitar lima menit di dalam kamar mandi untuk berganti pakaian, Jenny terkesiap setelah melihat kamarnya kosong tak ada tanda kehidupan makhluk lain di sana.
Ia sangat yakin bahwa sosok berpakaian serba hitam tadi itu nyata. Ya, Ramora. Ia pun masih mengingat nama itu.
Matanya teredar ke penjuru ruangan untuk menemukan sosok yang baginya sedikit lucu namun mencurigakan.
"Hello? Ramora? Di mana kau?" Ia berusaha memanggil Ramora namun tak ada jawaban, "Apa aku berhalusinasi?" sambungnya. Namun, ia yakin jika Ramora itu nyata, "Tidak! Tadi itu nyata. Dia membekapku dan melontarkan berbagai lelucon konyol. Tapi ... di mana dia?"
'Drrtt'
Getar ponsel membuat lamunan tentang Ramora buyar seketika. Ia meraih ponsel bermerk keluaran terbaru itu dengan cepat. Dan berharap ... bahwa notif itu berasal dari sosok yang ia harapkan.
"Kaleo," gumamnya sembari mematri sebuah senyuman setipis tisu.
Kaleo :
Aku sedikit terlambat. Apa tak masalah jika kau harus menunggu?
Jenny :
Tak apa. Aku akan berangkat 10 menit lagi.
Kaleo :
Jaga dirimu, oke? Aku akan segera datang.
Jenny :
Oke :)
▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️
▪️
▪️
▪️
Other Side @Kaleo - Jenny
9/04/2044, 7:55 p.m.
At FlowerCafe
"Maaf, apa ada pesanan meja atas nama Kaleo atau Jenny sekitar jam tujuh malam ini?"
Waiter berpakaian tuxedo itu mengangguk tersenyum lalu mengarahkan Jenny ke sebuah meja bundar dengan dua kursi di tengah taman kafe.
Setelah Jenny duduk, waiter itu meninggalnya. Jenny merapikan rambut dan pakaiannya agar tampil mempesona. Lalu mengeluarkan senjata para wanita –lipstik agar bibirnya tampak merona. Wajahnya yang terpantul di cermin sudah tampak segar kembali setelah perjalanan yang menyita waktu 35 menit.
Kemudian, ia menyusun berbagai rencana setelah makan malam. Mungkin akan ke taman kota untuk berceloteh ria, atau membeli tiket bioskop dan memilih genre horor, atau sekadar berkeliling kota dan menikmati sejuknya angin malam. Pasti menyenangkan. Tapi tentu saja dengan harapan, langit juga akan mendukung tanpa menurunkan hujan.
Jenny mengulum bibir sambil sesekali melirik ke jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Pelanggan lain terus silih berganti diiringi waktu yang terus berputar. Tak terasa, tiga puluh menit berlalu. Akan tetapi sosok yang dinanti tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
Sesekali ia mengecek ponsel dan berpikir bahwa Kaleo akan mengirimi pesan bahwa lelaki itu akan segera datang. Namun, nihil.
"Aku yakin, dia akan datang," gumamnya meyakinkan diri sendiri.
'Drrtt'
Dengan sigap Jenny membuka notif yang baru saja masuk.
Ya! Kaleo.
Senyumnya mengembang seketika. Jemarinya dengan lincah mengetikkan sandi ponselnya dan menampilkan isi pesan itu. Jenny membacanya. Namun, isi pesan itu sontak membuat senyuman di bibir Jenny lenyap secara perlahan.
Kaleo :
Maaf. Aku tak bisa datang. Pulanglah.
▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️