"di pijitnya sakit ga pak?" Tanyaku pada tukang pijit.
"Ya sakit apa lagi kan jatuh, terlebih-lebih kalau keseleo," ucap tukang pijit
"Ya bagaimana lagi kalau mau sembuh harus di pijit," ujar ayah yang ingin aku sembuh.
"Ya sudah sekarang juga gak apa-apa," jawabku sambil memikirkan sakit ya.
Akhirnya aku pun di pijit, benar saja sakitnya bukan main, aku hanya bisa menggigit bantal dan berteriak dalam hati,
Akhirnya selesai juga, walau sambil berlinang air mata,
"Sakitnya hilang sekitar dua hari, sering-sering di gerakan, biar cepat pulih lagi tangan dan kakinya," ucap tukang pijit
"Iya pak nanti saya sering gerak-gerak,"
Akhirnya ayah mengantarkan tukang pijit itu, tak lama kemudian teman-temanku datang,
"Assalamualaikum," ucap mereka di depan gerbang.
"Walaikumsalam," jawab ibu sambil menghampiri mereka.
"Wah ... Mau mengajak Shifa mainnya, tapi maaf Shifa nya gak bisa main," ucap ibuku yang memberitahukan kondisiku.
"Enga ko Bu, kita kesini mau jenguk Shifa, memang rencananya mau main, tapi namanya musibah, ya bagaimana lagi," ujar Rini sambil melihat ke arah teman yang lainnya.
"Oh Rini sudah tahu kalau Shifa jatuh?" Tanya ibu sambil mengangkat alis.
"Sudah Bu, Shifa yang memberi tahu," jawab Rini.
"Ya sudah masuk-masuk Shifa nya di ruang TV ya," ujar ibu sambil membukakan gerbang.
Mereka pun masuk dan langsung menghampiriku, dan ibu pergi ke dapur untuk mengambilkan mereka minum.
"Ini Shif, kita Cuma bawa ini," ucap Rini sambil memberikan beberapa bungkus kue dan buah jeruk.
"Ya Allah ko kalian repot-repot sih bawa buah sama kue," ucapku pada mereka.
"Kami gak enaklah kalau gak bawa apa-apa," ujar Rini.
"Ya padahal gak apa-apa tau," ucap ku pada mereka
Ibuku pun datang membawa minum dan beberapa camilan ringan, dan aku pun memberikan kue dan jeruk yang di berikan mereka ke ibuku,
"Ko bawa buah segala, jadi ngerepotin," ujar ibuku sambil melihat mereka.
"Enga ko Bu, hanya bawa sedikit aja," ucap rini.
"terima kasih ya," jawab ibuku sambil tersenyum.
Aku dan teman-temanku pun mengobrol, tak lama mereka pun pamit pulang, mungkin karena tidak ingin mengganggu istirahatku.
Sejujurnya aku senang mereka datang, namun aku juga sedih karena ga bisa main.
"Shif kita semua pamit dulu ya," ucap Rini sambil bergegas berdiri.
"Ko buru-buru sih, Rin?" tanyaku pada rini.
"Ya gak enak dong Shif kalau lama-lama, takutnya kamu ingin istirahat, dan gak enak juga sama keluargamu," jawab Rini sambil memegang tanganku.
"Terima kasih ya semuanya," ucapku sambil salaman walau satu tangan
"Iya Shif sama-sama," ujar Rini.
Aku pun memanggil Ibu untuk mengantarkan mereka ke depan gerbang.
"Bu ...,"
"Iya,"
"Ini teman-teman Shifa mau pada pulang Bu," ujarku pada ibu.
"Ko buru-buru sekali," ucap ibu sambil menerima salam dari teman-temanku.
"Iya Bu, kan biar Shifa nya istirahat, biar cepat sembuh," ujar Rini sambil tersenyum,
"Sekali lagi terima kasih ya sudah bawa kue dan buah," ucap ibu sambil menepuk bahu Rini.
"Iya Bu sama-sama," jawab Rini sambil tersenyum.
Ibu pun mengantar mereka ke depan gerbang, saat ibu ingin menutup pintu gerbang, tak lama ayah datang.
Ibu pun bergegas masuk di susul oleh ayah, yang langsung menghampiriku, menanyakan apa masih sakit atau sudah mendingan.
"Bagaimana ?? Di pijit sakit gak?" tanya ayahku sambil tertawa.
"Sakitlah yah, ko ayah malah tertawa?" tanyaku balik sambil heran.
"Ya ayah masih membayangkan kamu yang lagi gigit bantal," ucap ayah yang memperkeras tawanya.
Aku pun hanya bisa melihat dan terdiam sambil cemberut menatap ayah, yang masih saja menertawakanku
Aku pun memanggil Ibu, mengadukan ayah yang masih saja menertawakanku, "Ibu ... Ayah nih ngetawain Shifa," teriakku pada ibu.
Ibu pun menghampiri aku dan ayah, dan langsung memarahi ayah yang masih saja tertawa.
"Kenapa sih yah? Ko ngetawain Shifa, ke sian Shifa nya," tanya ibu pada ayah.
Ayah pun langsung berhenti tertawa karena melihat expresi Ibu yang menatap ayah, "Ayah Cuma mau menghibur Shifa aja ko Bu," jawab ayah sambil tersenyum tipis ke arah ku,
"Iya boleh menghibur tapi anak nya jangan sampai cemberut begitu dong yah, bukan nya menghibur tapi anak nya malah jadi cemberut," ucap Ibu yang memarahi ayah.
"Iya-Iya ayah minta maaf deh udah ketawain Shifa," ujar ayah menatapku,
"Enga aku ga mau maafin ayah," jawabku sambil menggelengkan kepala.
Ibu pun pergi melanjutkan pekerjaan rumah .dan ayah membujukku supaya di maafkan.
"Ayah kan bercanda, maafin ayah ya?" ujar ayah yang masih melihat ke arah ku
"Kamu mau apa ayah beliin deh biar di maafin?" Tanya ayah padaku
Jujur saja hati ku ingin tertawa melihat muka ayah yang terus saja memelas membujukku, "sebenarnya aku sudah memaafkan ayah," ucap hatiku.
"Enga yah aku ga mau apa-apa, aku dah maafin ayah ko, tapi kalau boleh aku mau es cream ya," jawabku sambil nyengir.
"Ya kalau sudah di maafkan gak jadi dong ayah beliin nya?" ucap ayah meledekku lagi.
"Ya udah berarti ga jadi maafin kan belum di beliin es cream nya," ujarku sambil membalikkan muka.
"Iya-iya ayah belikan ya, tapi jangan marah lagi?" ucap ayah sambil beranjak pergi.
"Oke ...," jawabku sambil tersenyum.
Ayah pun datang membawa beberapa es cream.
"Adanya yang lain, kalau kesukaan kamu itu ga ada," ucap ayah sambil menaruh es cream di depan ku.
Aku pun membuka plastik dan melihat beberapa es cream di dalamnya, "Ini semua buat Shifa?" tanyaku dengan senang.
"Iya buat Shifa, kalau bukan buat Shifa ya siapa lagi," jawab ayah yang hendak pergi ke belakang.
Tentu saja aku senang, karena es cream itu favorit aku banget, kalau sudah ada es cream apa pun jadi lupa deh.
"Wah teh Shifa lagi makan es cream," ucap bibiku
"Iya bi, di belikan ayah bibi mau? Ambil aja," jawabku sambil memakan es cream
Bibiku pun mengambil satu es cream, "makasih ya teh Shifa," ucap bibi sambil tersenyum.
"Iya Bi, sama-sama," jawabku sambil tersenyum, "tak apa lah aku memberikan satu es cream ku, karena aku mah ada 3 lagi," ujar hatiku sambil bernyanyi.
Bibiku pun masuk ke kamarnya dan aku melanjutkan menonton TV dan memakan es cream.
Tak lama ada berita di TV, tentang pembunuhan dan lainnya, mendengar berita seperti itu, aku pun merinding takut akan orang yang tak di kenal.
Aku pun membuka handphoneku dan membuka aplikasi Facebook, dan memblokir semua orang yang tak ku kenal, dan tidak membalas lagi chat dari mereka terutama lelaki.