Chereads / SEQUOIA [AlbarNahar] / Chapter 1 - Prolog

SEQUOIA [AlbarNahar]

a_magicstory
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 1.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

Tidak semua orang memiliki kisah yang segalanya selalu berjalan baik, tidak juga yang segalanya selalu berjalan buruk. Namun, sadar atau tidak, segala yang di jalani pasti akan ada kisah lain yang tersembunyi. Tidak tampak tapi terasa, atau mungkin sebaliknya, tidak terasa tapi tampak.

Tidak semua hal yang buruk akan menjadi buruk selamanya, dan tidak semua hal yang baik akan menjadi baik selamanya.

Dari keduanya, pasti menyimpan sisi baik dan buruk dari kisah itu sendiri. Entah apa, dimana, dan kapan itu terjadi.

Tidak ada salahnya menentang takdir jalan kehidupan, ingin mengambil kisah yang terbaik, namun juga harus paham dan mengerti resiko yang akan terjadi setelahnya.

Tidak semua akan berjalan mulus seperti rencana, karena sesungguhnya rencana Allah lebih baik dari rencana apapun. Hanya yang beruntung, akan mendapatkan rencana baik yang sesungguhnya.

_oOo_

Seorang gadis berkerudung biru masih terlarut dalam buku Dairy yang selama ini menjadi temannya. Mengapa? Karena di dalam buku itulah semua kisahnya tertulis indah dengan berbagai rangkaian kalimat yang menjadi saksi kehidupannya enam tahun terakhir.

Jika boleh memilih, ia tidak ingin menentang takdir dengan keluar dari Penjara Suci tempatnya menimba ilmu. Namun segala rasa takut yang di alaminya di sana dulu, menjadikan sebuah bayangan yang selalu mengikuti hingga membuatnya terlarut dalam depresi. Ia harus bertarung dengan segala rasa sakit yang ia alami sendiri. Bahkan tidak satupun dari semua Psikiater yang dapat mengembalikan ketenangan dalam dirinya.

Trauma, tentu saja. Bahkan ia di vonis terkena PTSD. Itu menjadi alasannya menentang takdir.

Rasa takut dengan kesalahan, ketidak-adilan, kepercayaan dan kesetiaan adalah trauma besar yang sejak kini membentenginya dalam bersosialisasi dengan siapapun.

"NAHAR!"

Gadis yang namanya di panggil itu terlonjak kaget, melotot pada si pemanggil. "Gak usah teriak, bisa?"

Si pemanggil merotasikan matanya malas. "Tidak, karena sudah kelima kalinya aku panggil kamu."

Eh, jadi sedari tadi ia melamun begitu? Oke, lupakan!

"Iya, apa?"

Si pemanggil mengerucutkan bibirnya kesal. "Kamu lihat ini sudah jam berapa?"

"Gak." jawabnya cuek. Sebenarnya Nahar sudah tahu jika waktunya sarapan, tapi karena jiwa jahilnya meronta, ia tunda sebentar.

"Makanya punya mata di pakai! Bukan jadi pajangan saja. Itu pak Burhan sudah nunggu di bawah, niat sekolah tidak sih?" omelnya panjang lebar pada Nahar. Masih begitu fasih dalam logat Indonesia yang baku.

Nahar hanya merotasikan matanya malas, mendengar ocehan si pemanggil itu membuat Nahar ingin melemparkannya ke sungai Amazon agar dimakan Anakonda. Tapi masa iya, mati dua kali?

"Eh, tapi tadi kata Nadira, suruh makan dulu. Sarapan, nanti pingsan lagi kalau di sekolah. Aku tidak ingin ambil resiko untuk teriak-teriak minta lontong."

Tunggu, dia bilang apa tadi? Lontong? Memang apa hubungannya?

Nahar berhenti mendadak di ambang pintu, berbalik. "Iya, iya, udah ngocehnya Cherry!"

Cherry—hantu kecil dari Belanda—menggaruk jidatnya yang terkena benturan punggung Nahar tadi. Kini menatap Nahar yang lebih tinggi di atasnya sambil mendongak. "Aduh, sakit sekali. Merah tidak, ya?" tanyanya.

"Eh, benjolnya gede banget!"

Cherry memelotot tak percaya. "Hah, benarkah?"

Nahar tertawa keras sebelum menarik tasnya di ambang pintu lalu berlari menuruni tangga, menuju lantai satu.

Sedangkan di atas sana, Cherry bergegas menyusul. Ingatkan Cherry untuk merasuki Nahar nanti malam agar tidak bisa tidur!

_oOo_

Welcome in buku kedua dari sequel True Injustice :

SEQUOIA

[AlbarNahar]

"Ketika Halilintar lebih terang dari Matahari"