Chereads / Destiny (True Love) / Chapter 14 - 14. Pintu Ratusan Juta

Chapter 14 - 14. Pintu Ratusan Juta

"Gerald, ini tidak seperti yang aku pikirkan bukan?" ucap Arabella sambil menatap lurus tepat ke mata Gerald. Dia tidak tahu jika kehidupan Arabella sangat amat menyedihkan, namun apakah semuanya berkaitan?

"Gerald, mengapa kau tidak membawaku ke duniaku saja?" tanya Arabella menatap Gerald kecewa. Mungkin, jika lelaki itu membawanya ke dunianya, Arabella tidak akan seperti ini.

Dan ayahnya tidak akan menjadi penjahat seperti kisahnya di sini.

Gerald bangkit dari kursi, beranjak mendekati Arabella untuk duduk di atas kasur. Kedua tangannya mengambil tangan Arabella untuk digenggam.

"Dengarkan aku,"

Lelaki itu menatapnya tulus. "Bukan aku yang mengatur takdir, Ara. Ini semua memang takdirmu, meskipun jalan ceritanya berbeda. Paham?"

Arabella menggeleng.

"Begini. Aku menciptakan mesin waktu itu untuk membawaku bertemu denganmu dari masaku. Maka ketika aku kembali, aku akan kembali ke masaku, ceritaku. Aku tidak bisa membawamu kembali ke jalan ceritamu, maafkan aku untuk itu. Lagi pula, kau akan bertemu ayahmu di sini kan? Mungkin kita bisa mengubah takdirnya ke depan?"

Perlahan pemikiran Arabella terbuka. Gerald memang berjanji membawanya bertemu ayah, namun tidak paham jika Arabella akan bertemu sifat berbeda dari ayahnya.

"Maaf Gerald, maaf," kepalanya menunduk menyesal. Tidak seharusnya dia berlaku kurang ajar kepada Gerald seperti ini, karena bagaimanapun dialah yang sudah menyelamatkannya.

Tak lama, Arabella merasakan elusan pada kepalanya. Terasa menenangkan dan hangat. "Bukan salahmu. Maafkan aku karena membiarkanmu terluka seperti ini,"

Arabella menatap mata jernih itu. Menyelami di dalamnya.

Bahkan jauh di dalam tubuhnya, jantung Arabella sedang berdetak dua kali lebih cepat.

"Gerald, bisa aku meminta sesuatu?" tanya Arabella.

Lelaki di depannya hanya mengangkat kedua alisnya tanda setuju.

"Boleh kau mengajarkanku tentang kehidupan Arabella versimu? Aku akan menjadi dia jika itu yang kau inginkan."

Gerald mengembangkan senyumnya lebar, hal itu menambah detak jantung Arabella lebih cepat lagi.

Tidak, ini tidak benar.

Bukankah Arabella seharusnya mengingat Kei saja?

***

"Kita hendak ke mana?" tanya Arabella saat Gerald membawanya ke ruangan Alexander.

Setelah bercengkrama di kamarnya tadi, Gerald bergegas membawanya keluar kamar. Sebenarnya banyak sekali yang akan Arabella pertanyakan, namun rasanya dia ingin kembali menutup mulut saat melintasi koridor istana di mana banyak sekali pelayan menunduk sekaligus mencibir ketika melihat ke arahnya.

Sebenci itukah mereka dengan Arabella?

"Kau mau bertemu ayah kan? Maka aku akan mengajakmu ke sana, sepertinya dia merindukanmu,"

Mata Arabella terbuka. "Sungguh? Apakah ayahku ada di sekitar sini?"

Gerald mengangguk. "Tidak terlalu jauh. Ada satu rumah tentram yang menjadi tempat tinggal ayahmu, tidak jauh dari istana,"

Mulut Arabella terbuka.

Tak lama, pintu kamar Alexander terbuka bahkan sebelum Gerald mengetuknya.

"Tumben sekali?"

Alexander senyum sampai menampilkan giginya. "Aku sudah tahu signal jika kau akan menghancurkan pintuku lagi. Makanya aku segera keluar sebelum pintu ratusan jutaku hancur lagi karenamu,"

Tunggu. Ratusan juta?

"Ratusan juta?"

Alexander mengalihkan pandangan ke arahnya. "Iya. Itu standar, tenang saja."

Arabella lebih terkejut lagi. "Standar?"

"Hey. Mengapa mengulangi jawabanku terus!" ucap Alexander mencibir.

"Ratusan juta kau anggap standar? Bahkan aku bisa membeli banyak mobil dengan duit itu, dan kau hanya menggunakannya untuk sebuah pintu?"

"Kau bisa minta berapapun kepada Gerald, habisi hartanya meski tidak akan pernah habis hingga keturunan terakhir. Atau mungkin kau bisa merampok salah satu pajangan di kamarmu, itu bisa bernilai milyaran, aku pernah mencobanya,"

Gerald kemudian mendorong dahi temannya itu kesal. "Kau tidak boleh mengajarkan yang tidak baik kepada Ara!"

Alexander mencibir lagi, mungkin itu salah satu hobinya. "Kau ini! Aku mengajarkan yang baik tahu, ini adalah cara memeras duitmu yang tidak akan habis itu. Aku iri."

Tidak tidak, jelas sekali kekayaan Gerald tidak akan habis bahkan jika Arabella membakar istana megahnya ini.

Mungkin dia akan membangunnya kembali semudah seperti dalam permainan di ponsel.

"Sudah. Aku ini mau mengajak Ara bertemu dengan ayah. Kau mau ikut tidak?" tanya Gerald galak kepada Alexander.

"Mau lah! Aku harus minta buah lagi kepadanya karena milikku dimakan habis semua oleh tikus yang ada di kamarku!"

"Enak saja! Aku manusia!"

"Mau berapa lama lagi kalian bertengkar?" tanya Arabella lelah. Mungkin sudah tiga puluh menit berdiri di depan pintu kamar Alexander sambil membicarakan hal yang sama sekali tidak penting.

"Maaf, ayo kita berangkat."

Pada akhirnya, mereka benar-benar beranjak dari depan pintu ratusan juta itu menuju kendaraan yang sudah terparkir di depan istana.

Mobilnya terlihat agak jadul, namun pasti ini yang termewah pada jamannya. Terlihat sekali dengan warna mengkilap tanpa goresan sama sekali.

Apakah Arabella harus menebak harga mobil ini?

Ah, mungkin milyaran? Atau lebih ya?

"Masuk, kenapa melihati mobilku?" tanya Gerald bingung.

Alexander yang baru Arabella ketahui menyebalkan itu sibuk menertawainya. "Dia pasti tidak pernah melihat mobil mewah ini secara langsung kan? Ingin bermain tebak-tebakan denganku untuk menebak harganya?"

Arabella masuk ke dalam sebelum disusul Gerald duduk di sampingnya, sedangkan Alexander duduk di depan tepat di sebelah kursi sopir.

"Berapa tebakanmu?"

Arabella berpikir keras. "Dua milyar?"

Alexander tertawa heboh sambil bertepuk tangan.

"Salah!"

"Tiga milyar?"

"Salah!"

"Huh? Lebih dari itu?"

Alexander mengangguk. "Mobil pertama di dunia yang tidak ada replikanya. Hanya di desain untuk Gerald dan dirimu sebagai hadiah pernikahan kalian."

Fakta itu lebih mengejutkan bagi Arabella.

Satu di dunia?

Wah, sangat menghibur kemiskinannya.

"Kalau begitu, sepuluh milyar!"

Alexander terlihat sudah tidak tertawa karena Gerald terus memelototinya.

"Baiklah. Kau tetap salah. Harga mobil ini adalah lima puluh milyar."

Jantung Arabella seperti ingin pindah ke kaki.

Lima puluh milyar?

Tidak-tidak.

Sebanyak apa harta Gerald? Arabella jadi pusing sendiri.

"Kau pusing? Sama sepertiku. Aku juga bingung mengapa hartanya tidak habis-habis,"

"Bagaimana bisa? Itu sangat besar!"

"Bagi lelaki di sampingmu itu biasa. Bahkan dia memiliki barang yang harganya lebih dari itu, namun kau tidak perlu tahu, karena jika tahu mungkin kau akan mencurinya dan menjualnya. Kau bisa berkeliling dunia tanpa khawatir tentang masa depanmu karena duit melimpah yang kau miliki."

Benar, Arabella tertarik.

"Kau bisa meminta tanpa harus mencuri. Seluruh hartaku milikmu."

Wah, Arabella semakin tersanjung saja.

Sepertinya Arabella versi dunia ini benar-benar beruntung memiliki lelaki seperti Gerald.

Sungguh, Arabella iri.

"Kau terdengar menggelikan." Ucap Alexander terakhir karena lelaki itu sepertinya sudah lelah berbicara.

Bahkan Arabella yang hanya mendengar saja cukup lelah.

"Sampai."

Saat perkataan itu terucap, Arabella bisa menangkap satu rumah besar yang dibangun di daerah hutan yang asri dan damai. Tidak teralu besar namun nyaman.

Namun, yang membuat Arabella tidak bisa mengalihkan pandangannya dari sana adalah karena seorang lelaki paruh baya yang sedang menyirami kebun besar miliknya.

Itu adalah ayahnya.

Arabella bertemu ayahnya kembali!

***