Arabella tidak pernah tahu tentang dunia Gerald. Dunia yang lekaki itu bilang seram, meski Arabella belum melihatnya secara langsung.
Meski pada awalnya, dia tidak begitu menyukai Gerald. Lelaki aneh yang tiba-tiba datang merusak harinya. Namun, siapa yang menyangka jika kehadiran Gerald ternyata akan membuahkan hasil yang baik.
Ini tentang ayahnya, yang sudah dua tahun belakangan ini menghilang entah ke mana. Arabella benci laut, benci akan semua hal yang berhubungan dengan perairan indah itu.
Arabella menghela napas berat. Dia sudah izin kepada ibunya, jika beberapa bulan ini Arabella akan pergi ke kota lain untuk mengerjakan penelitiannya. Tidak ingin berkata jujur karena sebenarnya ini yang pertama kalinya bagi Arabella.
Pergi menjelajahi dunia lain, yang bertahun-tahun lebih cepat daripada dunia tempat tinggalnya. Arabella tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, dia hanya mempercayakan semuanya kepada takdir.
Semoga saja, takdir masih mengizinkan Arabella untuk bertemu kembali dengan ayahnya.
Baiklah. Setelah selesai mempersiapkan pakaian yang akan dibawanya, Arabella menghampiri ibunya yang sedang memasak di dapur. Memeluknya dari belakang untuk memastikan jika dirinya pasti akan merindukan ibu untuk beberapa bulan kedepan.
Ohiya, untuk Kei. Sebenarnya, lelaki itu tidak mengizinkan Arabella pergi, namun dengan alasan yang kuat serta perjanjian Arabella kepada lelaki itu, dia berhasil merelakan Arabella untuk beberapa bulan berpetualangan.
Dan untuk kuliahnya, entahlah apa yang akan terjadi. Mungkin nanti Arabella akan ambil cuti kuliah jika diizinkan.
"Kei belum datang?" tanya ibu kepadanya.
"Sebentar lagi mungkin, dia ingin mampir ke supermarket terlebih dahulu,"
Ibu mengangguk, kemudian menyajikan masakannya ke dalam tiga piring. Sembari menunggu tunangannya itu datang, Arabella bergegas membuat jus alpukat kesukaan Kei.
Merasa sedih karena beberapa bulan nanti dia tidak akan bisa bertemu tunangannya itu serta ibunya.
Tak lama, suara bel rumah berbunyi, sepertinya Kei sudah tiba di rumah.
Lelaki itu tentu saja tiba dengan pakaian rapihnya. Mungkin akan berangkat bekerja karena lelaki itu bercerita jika dia diterima bekerja di perusahaan bagus meski masih menempuh pendidikan tingkat akhir.
Arabella sangat bangga kepada tunangannya itu.
"Aku akan merindukanmu," ucap Kei sambil mengecup puncak kepala Arabella sebelum ikut bergabung dalam meja makan.
Arabella tersenyum. "Akupun begitu, akan sangat merindukan ibu dan tunanganku, maafkan aku ya? Aku berjanji akan menyelesaikannya dengan cepat!"
Kei dan ibu hanya tertawa. Mereka memang sumber kebahagiaan Arabella.
"Penelitian seperti apa yang akan kau jalani? Bolehkah kami mendengarnya?" tanya ibu kepadanya.
Ini satu hal yang benar-benar membuat jantung Arabella berdebar. Hanya dengan pertanyaan itu, dapat membuat otak Arabella bekerja dua kali lipat untuk mendapatkan jawaban.
"Penelitian terhadap anak-anak di pinggiran, digabungkan juga dengan situasi mereka tinggal dan cuaca di sana. Aku menggabungkan ketiga hal itu dan dosenku menyukainya, mungkin akan menjadi prospek yang baik untuk kedepannya, siapa tahu jurnalku akan diangkat di kancah Internasional, kan?"
"Sungguh? Bahkan setelah kau berhasil menyelesaikan skripsimu? Kau masih disuruh meneliti?" tanya ibu penasaran.
Arabella mengangguk supaya yakin. "Iya, sebagai nilai tambahanku agar bisa menjadi yang terbaik. Ibu tahu kan? Aku ingin sekali lulus dengan cum laude, ini adalah satu cara untuk aku mendapatkan gelar itu, percaya kan?"
Ibu dan Kei sama-sama mengangguk. Maafkan Arabella untuk kali ini, dia berjanji tidak akan mengecewakan dan akan mendapatkan hasil yang terbaik.
"Baiklah. Makan yang banyak karena beberapa bulan ke depan, kau tidak akan bisa merasakan kelezatan makananku."
Setelah itu, Arabella menikmati makanan ibunya dengan Kei. Menikmati momen terakhir sebelum berbulan-bulan akan pergi. Arabella berharap akan hasil yang terbaik.
Ayah, tunggu Arabella. Arabella berjanji akan menemukan dan menyelamatkan ayah. Bagaimanapun caranya.
***
Arabella melihat bangunan mewah di hadapannya. Memikirkan bagaimana cara seorang Gerald dan temannya itu bisa membeli bangunan bagus ini dalam jangka waktu yang pendek.
Mengingat, kedatangan mereka di dunianya ini kan baru sebentar. Akan mencurigakan jika mereka berhasil membeli bangunan mewah harga fantastis hanya dalam jangka waktu pendek.
Apakah mereka mencuri? Atau mereka menyembah berhala? Atau mereka ... baik tidak akan Arabella lanjutkan. Apalagi setelah melihat Gerald keluar dari dalam rumah ke arahnya.
Lelaki berpakaian kaos hitam casual dengan celana jeansnya. Terlihat sangat modern dan memukau.
Arabella tidak munafik jika Gerald itu tampan. Apalagi dengan tubuhnya yang atletis, sangat mengesankan.
"Kau sudah sampai? Kenapa tidak langsung masuk ke dalam?" tanya Gerald sambil membawa beberapa koper Arabella dengan mudah.
Saat masuk ke dalam, Arabella dibuat kembali terpukau dengan interior rumah. Meski waktu kemarin dia sudah pernah masuk, namun tidak begitu memperhatikan isi rumah. Arabella sudah keburu takut waktu itu, sampai tidak sempat untuk terpukau.
"Rumahmu bagus, bagaimana bisa membelinya?" tanya Arabella.
Gerald terkejut dengan pertanyaan spontan itu. "Bagaimana bisa berpikir seperti itu?"
"Kau kan baru beberapa lama di sini, namun bisa membeli rumah mewah harga fantastis, bagaimana caranya? Siapa tahu bisa berbagi denganku,"
Sekarang Gerald hanya bisa tertawa. Arabella sejak dulu memang tidak pernah berubah, pikirnya.
"Jangan pikirkan hal itu. Bekerjalah dengan keras hingga bisa membeli rumah tanpa memikirkan harganya, oke?"
Arabella mengangguk saja. Setuju dengan perkataan Gerald.
"Jadi, kapan kita berangkat?" tanya Arabella.
"Hari ini. Aku dan Alex sedang bersiap, mungkin beberapa jam lagi. Kau ingin beristirahat terlebih dahulu?" tanya Gerald setelah berhasil menaruh koper di pinggir ruangan.
Arabella menggeleng. "Tidak, aku ikut kau saja,"
Gerald mengangguk. "Baiklah. Mari ikut denganku,"
Arabella mengikuti langkah Gerald menuju lantai atas. Tidak juga berhenti takjub dengan interior rumah, terlihat seperti Arabella begitu norak, namun ini benar-benar hebat.
Bagaimana bisa Gerald memiliki rumah modern mewah, dengan interior klasik? Menakjubkan bukan?
"Ini ruang kerjaku bersama Alex,"
Arabella begitu terkejut. Sangat amat terkejut ketika melihat alat silindris besar yang sudah menyala, menghasilkan berbagai warna yang memanjakan mata. Ini pertama kali dalam hidup Arabella, melihat penemuan besar seperti ini.
Rasanya, sangat amat ingin Arabella abadikan di ponselnya. Namun, apakah boleh?
"Silahkan jika ingin berfoto. Aku sangat mengenalmu, Ara,"
Arabella berdecit di dalam hati. Gerald rupanya benar-benar mengingat kebiasaannya.
Mengambil ponsel, membuka kamera, menjepretnya dari segala sisi, kemudian tersenyum lebar saat melihat hasilnya. Itulah yang sedang Arabella lakukan sekarang.
Gerald terkekeh, kemudian mengacak pucuk kepala gadis itu gemas. "Kau memang selalu menggemaskan,"
Tiba-tiba, Alex datang dari dalam ruangan. Membawa segelas milo dingin dan sandwich tuna. Makanan kesukaan Arabella!
"Ini untukmu tuan putri. Makanlah sebelum kita menjelajah ke duniaku, agar kau kuat."
Alexander tersenyum lebar, menular kepada Arabella. "Terimakasih banyak. Ini makanan kesukaanku!"
"Tentu saja aku tahu. Aku sangat mengenalmu."
Arabella benar-benar penasaran sekarang. Sejauh apa dua lelaki itu mengetahui tentang dirinya.
Arabella ingin menyelam ke dalam kepala Alexander dan Gerald untuk mengetahui hal itu.
***