"Aku merindukanmu."
Tidak ada yang bisa Arabella lakukan selain mengernyitkan alisnya. Lelaki di depannya ini, benar-benar aneh. Tingkahnya yang seolah merindukan Arabella, ditambah dia mengetahui semua kesukaannya, bukankah sangat aneh?
Pasalnya, Arabella benar-benar tidak mengenal dia. Lelaki bertubuh tinggi dan tampan itu memang terlihat menarik, namun Arabella sangat tahu diri jika dia sudah memiliki Kei di dalam hidupnya.
Mendapatkan Kei saja, Arabella sudah bersyukur setengah mati. Lelaki terlewat sempurna itu, tidak tahu bagaimana bisa menyukai dirinya sampai di titik seperti ini.
"Namamu?" tanya Arabella cuek.
"Gerald. Kita sudah berkenalan, kan?" tanya Gerald. Lelaki itu terus melemparkan senyum, seolah tidak lelah melakukan hal itu di depannya.
"Oh iya. Aku Arabella." Ucap Arabella sambil menikmati sushi yang tiba-tiba kenikmatannya bertambah berkali lipat. Sudah lama sekali dia tidak menikmati makanan khas Jepang ini, rasanya sungguh nikmat.
"Aku sudah tahu."
Beberapa menit kemudian, keduanya terdiam. Baik Arabella yang masih asik menikmati makanannya, dan Gerald yang asik menonton pertunjukan di depan matanya.
"Arabella, bisakah kita berteman?"
Arabella berhenti dengan kunyahannya. "Maksudmu?"
"Berteman. Aku ingin kita berteman dari awal. Aku ingin kau mengenalku lagi, seperti aku sudah mengenalmu. Bisakah seperti itu?" tanya Gerald. Lelaki itu berhasil menghentikan pusat tatapan Arabella hingga gadis itu merasa terjebak di sana. Terjebak dalam indahnya manik gelap milik Gerald.
Sedangkan Arabella, terlihat berpikir dua kali. Jika menerima tawaran Gerald, apakah semuanya akan sama seperti dulu? Apakah kehidupannya akan berubah setelah ini? Apa yang harus dia lakukan.
"Maaf Gerald, sepertinya untuk sekarang, aku belum bisa menerimamu. Mungkin lain kali, kita bisa berteman," Arabella memutuskan pandangan dengan Gerald, kemudian bergegas menghabiskan makanannya yang tersisa sedikit.
"Dan, tolong jangan ganggu aku lagi. Aku memohon hal ini kepadamu."
Setelah itu, Arabella benar-benar pergi dari sana. Meninggalkan Gerald yang hanya bisa tersenyum tipis melihat kepergian gadis yang begitu membekas dalam hati dan ingatannya.
Jika kembali ke masa lalu akan seberat ini, Gerald sedikit menyesal. Terlebih ketika melihat kekasihnya yang sangat bahagia meski tanpa kehadirannya.
Gerald ingin menyerah.
Namun rasanya tidak bisa.
Karena baginya, Arabella adalah miliknya di masa depan.
***
Gadis berambut panjang itu menghempaskan tubuh di atas kasur setelah seharian berhasil menghabiskan waktunya untuk membakar duit. Meski tindakan hedonisme ini dia lakukan hanya sebulan sekali, namun hal ini sangat ampuh mengatasi rasa bosan yang menumpuk dalam hidup Arabella.
Dia juga sudah menghubungi Kei, katanya, hari ini lelaki itu sibuk dengan penelitian dari dosen yang sudah sebulan ini dikerjakannya bersama. Untuk meraih sebuah prestasi tahap Internasional, usaha Kei memang tidak bisa Arabella ragukan.
Lelaki itu hebat. Arabella akui.
Pernah satu tahun yang lalu. Kei mengerjakan penelitian Internasionalnya sampai mengunjungi beberapa negara bersama dosen pembimbing, yang kemudian, jurnalnya diakui oleh seluruh dunia akan kehebatannya.
Terkadang Arabella suka malu bersanding dengan Kei. Lelaki hampir sempurna itu memang tidak sebanding dengan dirinya, yang bahkan sidang penelitian proposal saja susah sekali berjalan.
Namun Kei selalu berkata, jika kehadiran Arabella adalah untuk melengkapi dirinya dari segala kekurangan. Kei bangga memiliki Arabella.
Arabella tidak tahu sudah berapa kali dia jatuh hati dengan sosok Kei.
Omong-omong soal Gerald. Hal ini rasanya sungguh janggal untuknya.
Untuk mengenal lelaki itu saja, rasanya Arabella tidak ingin. Apalagi kisah masa lalu yang sempat dibawa-bawa oleh Gerald mengenai dirinya dan lelaki itu.
"Arabella, ada Kei menunggu di luar!" teriak sang ibu dari depan pintu.
Kei? Bukankah lelaki itu sedang sibuk, katanya?
Tidak apa deh, lagi pula Arabella merindukan lelaki itu.
Maka, dengan langkah tergesa, Arabella turun dari atas kasur untuk menghampiri lelaki yang sedang duduk di atas sofa dekat ruang tamu. Lelaki yang hari ini tengah berpakaian rapih, mungkin habis pulang dari kampus.
"Kei!"
Kei menoleh dan tersenyum. Lelaki itu bangkit dan melebarkan tangannya untuk memeluk tubuhnya. "I miss you."
Arabella terkekeh. Kei sungguh menggemaskan.
"Miss you too, Kei."
"Urusanmu sudah selesai?" tanya Arabella sambil menarik tangan Kei untuk duduk di sampingnya.
"Sudah. Ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan kepadamu. Mengenai lelaki yang beberapa hari ini mengganggumu,"
Alis Arabella mengernyit. "Maksudnya?"
Tangan Kei terangkat untuk memijat pelipis. "Dia menemuiku, dan menjelaskan semuanya."
Sekarang, mata Arabella yang memincing. "Maksudmu? Jangan bilang kalau kau mempercayainya? Kau tahu Kei, aku tidak akan ke mana-mana selain denganmu, kau tahu itu."
Kei mengelus kepala Arabella pelan. "Dengarkan dulu, sayang. Dia memang menceritakan hubungannya denganmu di masa depan itu. Namun aku tidak mempercayainya. Maafkan aku, namun aku memberikan beberapa pelajaran untuknya. Aku sempat mengancamnya dan memukulnya tadi,"
Kei tahu, jika Arabella paling tidak suka ketika dia emosi dengan kekerasan di dalamnya. "Maafkan aku, sayang."
Arabella menghela napas, merasa jika ada satu beban lagi yang berada di bahunya saat ini. Masalah perkuliahannya saja belum usai hingga saat ini, sekarang, ditambah masalah hubungannya dengan Kei semenjak ada Gerald.
"Tidak apa. Kau tidak salah. Itu semua salahnya karena terlalu mencampuri hubungan kita." Arabella berusaha menenangkan Kei. Jemarinya mengelus punggung tangan lelaki itu pelan.
***
Dua minggu berlalu. Rasanya benar-benar bebas.
Dua minggu ini juga, tidak pernah Arabella rasakan jika Gerald mengganggu dirinya dan Kei. Lelaki itu sepertinya mempan dengan ancaman Kei tempo lalu.
Meski ancaman itu berupa kekerasan, namun jika hasilnya akan seperti ini, Arabella bisa mendapatkan ketenangan juga.
Namun ada sesuatu hal yang aneh.
Akhir-akhir ini, Arabella sering sekali mengalami sakit pada perut dan punggungnya. Beberapa waktu lalu, saat ibunya melihat punggungnya, ada sesuatu yang begitu mengejutkan untuk Arabella.
Ibu berkata jika pada punggungnya, ada beberapa bekas luka lebam seperti habis di pukul. Bahkan ibu sempat marah kepada Kei, mengira jika tunangannya itu yang melakukan kekerasan kepadanya.
Padahal tidak, Arabella tidak mendapat kekerasan apapun dari Kei atau mengalami kejadian lain seperti terpentok dan terjatuh.
Arabella benar-benar tidak paham akan situasi ini. Situasi yang baru pertama kali dia rasakan di dalam hidupnya.
Apalagi, kejadian ini terjadi selama dua minggu terakhir. Tepatnya adalah saat Gerald memutuskan untuk tidak lagi muncul di depan wajahnya. Dan pada saat kehilangannya itu, semua bekas lebam ini muncul.
Jika ingin dikaitkan, bisa saja bukan?
Apakah Gerald yang melakukan semua hal ini? Apakah Gerald bertindak untuk menyakitinya?
Apakah Gerald ada di balik ini semua?
Jika iya, apakah semua ini ada artinya?
Atau mungkin Arabella saja yang halusinasi?
Tolong Arabella!
Tolong dia keluar dari situasi membingungkan ini!
***