Arabella tidak pernah menyangka, jika di dalam hidupnya yang sudah lima puluh persen diisi oleh beban skripsi, maka sisanya akan diisi oleh banyak pertanyaan di dalam kepalanya.
Terutama, tentang semua hal tidak masuk akal yang dibicarakan oleh lelaki yang baru saja meninggalkan kakinya dari dalam rumah.
Arabella tahu, meski tidak seharusnya dia bersikap kurang ajar dan tidak sopan seperti tadi. Namun, siapa sih yang akan terima jika seorang datang untuk mengacaukan kehidupan yang sudah kau susun sedemikian rapihnya.
Tiga tahun bersama Kei, rasanya dia tidak ingin berpisah dengan lelaki itu. Arabella terlalu menyayanginya, dan dia bertekat akan selalu setia kepada lelaki itu.
Namun, saat lelaki bernama Gerald itu datang dan mengaku jika dirinya adalah perempuannya di masa yang akan datang, apakah Arabella harus percaya itu semua?
Apakah hanya omong kosong belaka, atau benar-benar kenyataan?
Pasalnya, Arabella ini salah satu yang percaya dengan adanya time travel, namun jika dihadapkan langsung di dalam kehidupannya, hal yang tadinya masuk akal bisa berubah menjadi tidak masuk akal.
"Ara, kenapa lelaki tadi udah pulang?" tanya ibunya saat wanita itu telah selesai menyiapkan sarapan di hari sabtu ini.
Arabella memutar kedua bola matanya. "Dia bukan siapa-siapa bu, dia hanya orang asing yang mengaku kenal denganku, bagaimana aku bisa membiarkan dia berkeliaran di rumah?"
Ibu hanya mengangguk saja sebagai respon. "Baik kalau seperti itu, ayo kita sarapan,"
Senyum langsung muncul di bibir Arabella. "Ibu yang terbaik!"
"Aku tahu."
"Oh iya bu, mengenai semalam. Apakah Kei datang mengunjungiku?"
Ibu terlihat berpikir, kemudian menggeleng setelahnya. "Sepertinya tidak, memangnya kenapa? Mengenai siapa yang menyelimutimu?"
Arabella mengangguk. "Aku hanya bingung, apakah aku hanya bermimpi? Mungkin iya,"
Ibu juga ikut setuju. "Iya kau hanya bermimpi. Kalau begitu cepat habiskan sarapanmu, ibu harus pergi bertemu teman untuk janji. Kau tidak apa di rumah sendiri kan?"
Bibir Arabella maju tiga centi. "Ibu mau meninggalkanku di hari libur?"
Sepertinya rayuan Arabella sudah tidak mempan untuk ibu, karena wanita itu hanya mencibir setelahnya. "Aku sudah bosan melihatmu setiap hari, biarkan aku pergi bersama teman-temanku,"
"Iya iya, tetapi jangan lupa bawakan aku makanan ya." Arabella segera pergi dari ruang makan setelah sepiring nasi gorengnya telah habis tidak bersisa. Kemudian gadis itu pergi ke dalam kamar untuk bersantai.
Biasanya jika hari libur seperti ini, Arabella akan menghabiskan waktu untuk menonton film atau tidur. Memangnya apa yang kalian harapkan dari Arabella dan sifat malasnya?
"Argh, rasanya sangat membosankan!" teriak Arabella kesal. Ketika ibunya tidak ada, dan Kei tidak bisa bertemu dengannya karena lelaki itu ada acara keluarga, maka Arabella mendadak menjadi rempah-rempah di dalam kamar.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanyanya pada dirinya sendiri.
Seketika, sekelebat ide hampir di dalam kepalanya.
"Baik, aku akan menghabiskan duitku untuk bersenang-senang!"
Berhubung hari ini adalah tanggal tiga puluh, artinya adalah hari terakhir dalam bulan Maret ini, berarti duit jajannya juga akan bertambah pada esok hari.
Nikmat juga menabung dan hidup irit.
Karena Arabella hendak pergi, gadis itu memutuskan untuk pergi ke dalam kamar mandi dan membilas tubuhnya agar bersih, setelah itu barulah dia mengganti pakaian yang rapih dan bersiap pergi.
Hari ini Arabella akan pergi dengan ojek online ke salah satu mall terdekat di daerahnya. Hanya perlu menunggu sepuluh menit, ojek onlinenya kini sudah tiba di depan rumah.
Pagi menjelang siang ini, cuaca tidak begitu terik sehingga masih ada angin sejuk yang menerpa tubuhnya. Ada yang dia suka dengan naik motor. Kita bisa merasakan hawa sejuk udara yang menerpa tubuh, rambut yang bertiup dan udara menerpa wajah. Arabella menyukai hal sederhana itu.
"Sudah sampai."
Gadis itu segera turun dari ojek dan menyerahkan helm, tidak lupa mengucapkan terimakasih dan memberikan tip kepada abang ojek.
Terkadang, hal sederhana seperti ini harus diterapkan ke banyak orang.
"Kamu di sini?"
Baru saja Arabella ingin menginjakkan kaki ke dalam mall, tahu-tahu suara dari balik tubuhnya sudah menyambut kedatangannya.
Arabella memejamkan mata sejenak. Tentu saja dia mengenali suara yang baru saja tadi pagi diusirnya dari dalam rumah.
Harusnya Gerald sakit hati karena perkataannya, bukan malah menyapanya saat ingin masuk ke dalam mall.
"Kau belum menjawab pertanyaanku,"
Mau tidak mau, gadis itu membalikkan tubuhnya dan terpaksa menampilkan senyum. "Iya aku di sini, kau bisa melihatnya kan?"
Gerald tersenyum. Senyumannya sangat lebar dan umm, manis? Maafkan Arabella karena baru menyadari dan mengakui hal itu.
Sadar Arabella!
"Kau tidak pergi bersama tunanganmu?" tanyanya lagi.
"Aku sendiri. Kau juga bisa melihatnya kan?"
Karena merasa jengah, Arabella langsung pergi dari hadapan Gerald dan berjalan sedikit tergesa masuk ke dalam. Berharap Gerald tidak akan menemukannya, dan tidak mengganggunya lagi.
"Kau ingin pergi ke mana?"
Tidak pernah Arabella sangka jika lelaki itu sekarang malah menyamai langkahnya dan berlaga seolah dia adalah teman terbaiknya.
"Bukan urusanmu!" jawab Arabella ketus.
Arabella lapar, jadi untuk menuntaskan emosinya ini, dia akan memutuskan untuk makan banyak di restoran sushi yang terkenal di mall ini.
"Kau ingin makan? Sushi?" jawab Gerald tepat sasaran.
Mendadak langkahnya berhenti, hal itu membuat tubuh seorang yang sedang berjalan di belakangnya menabraknya dan membuat tubuh Arabella terdorong ke depan.
"Hati-hati!"
Gadis itu tidak bisa menyembunyikan kegugupannya saat tangan Gerald melingkar pada perut dan pinggang seolah menahan tubuhnya agar tidak jatuh. Terlebih saat melihat wajah lelaki itu yang terlalu dekat dengannya.
Sentak kedua tangan Arabella bergerak mendorong tubuh Gerald dari dekatnya dan berlari masuk ke dalam restoran sushi. Berlari meninggalkan malu dan perasaan kesal setengah mati.
Bahkan Kei tidak pernah sepeka itu.
Tidak, tidak. Jangan bandingkan Kei yang hampir sempurna itu dengan lelaki asing seperti Gerald.
Setelah berlari ke dalam restoran, Arabella segera mendapatkan kursinya yang baru saja ditinggalkan oleh salah satu pelanggan. Beruntung sekali dirinya, karena tumben sekali datang ke restoran langsung mendapatkan tempat seperti ini.
"Huh, oke, mari makan yang banyak Bella!" teriak kecil Arabella pada dirinya sendiri. Apalagi setelah melihat banyak piring berputar berisi sushi-sushi yang berteriak memanggil dirinya.
Dari sekian banyak makanan, Arabella benar-benar menggemari makanan asal Jepang ini. Sangat!
"Kau tidak berubah, masih sangat menyukai sushi?"
Suara itu lagi!
Arabella benar-benar ingin memusnahkan suara berat itu!
Maafkan Arabella ya sushi, karena kedatangan lelaki itu, sushi menjadi tidak menarik lagi dimatanya.
"Tolong jangan menggangguku," ucapnya sedikit memelas. Berusaha meminta belas kasihan dari Gerald yang sekarang duduk di hadapannya dan mengambil beberapa piring untuk ditaruh di hadapannya.
"Kau suka ini kan?"
Arabella mengikuti arah pandangan Gerald dan melihat beberapa piring sushi kesukaannya sudah ada di sana.
Jantungnya berdetak. Bagaimana Gerald bisa tahu?
"Kau?"
Gerald lagi-lagi tersenyum. "Aku merindukanmu."
***