Gadis itu menghempaskan tubuhnya ke atas kasur setelah berhasil melalui hari yang penuh drama dan tenaga ini. Setelah diantar pulang oleh Kei, rasanya tubuh Arabella sangat letih sampai-sampai tidak memiliki tenaga lagi untuk mandi.
Bohong. Memang Arabella saja yang malas mandi.
Lagi pula, mandi malam itu sebenarnya bahaya kan untuk kesehatan? Selain dapat menyebabkan paru-paru basah, mandi malam juga bisa menjadi pemicu penyakit asma dan gangguan pada persendian.
Memang tidak ada salahnya jika Arabella malas mandi.
Jika sudah malam seperti ini, apalagi tubuh yang lelah setelah beraktifitas, memang pilihan terbaik hanyalah tidur.
Namun, ibunya pernah berkata kepadanya. Tidak baik jika tidur dalam kondisi kotor akibat kuman dari luar yang kemudian dibawa masuk ke dalam kamar, maka dengan segala kemalasan yang sudah terkumpul menjadi satu, Arabella berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk membilas tubuhnya.
Beberapa menit kemudian dia keluar lengkap dengan pakaian tidurnya. Sebelum naik ke atas benda empuk berbentuk persegi panjang besar itu, dia mengambil ponsel dan laptop dari dalam tas kemudian membawa keduanya naik ke atas kasur.
Jika sudah mandi, rasa kantuknya hilang. Maka yang dapat dia lakukan sekarang adalah menonton film. Dia sedang menonton salah satu serial yang menceritakan tentang time travel, awalnya memang tidak masuk akal, namun setelah melalui berbagai episode yang menceritakan tentang kisah akal sains, semuanya berubah menjadi masuk akal.
Entahlah, Arabella tidak terlalu menyukai sains, namun dapat dikecualikan untuk film satu ini.
Matanya melirik ke arah bawah kasur sebelum mendesah sebal ketika tidak menemukan selimut kesayangannya di sana. Pasti ibunya mencuci selimut itu dan menaruhnya di dalam lemari.
Pasalnya, malas sekali jika harus berjalan ke arah lemari hanya untuk mengambil selimut.
Arabella juga tidak tahu jika udara malam hari akan terasa lebih dingin seperti sekarang.
Mungkin juga ini hanya perasaannya saja, karena sejak tadi, bulu kuduknya terus berdiri diiringi hembusan angin yang entah datang dari mana. Tubuhnya mengigil hebat beberapa menit kemudian, Arabella seperti kehilangan tenaganya.
Dimatikan laptop yang sudah tidak menggugah selera lagi, kemudian gadis itu bergerak meringkuk di atas kasur sambil memeluk lengannya. Mungkinkah demam bisa datang secepat ini? Karena tubuhnya sekarang benar-benar lemah dan dingin. Arabella tidak memiliki tenaga untuk sekedar mengambil selimut di dalam lemari.
"Dingin…,"
Matanya memejam kemudian. Arabella bisa merasakan seluruh tenaganya habis bahkan hanya untuk bernapas saja. Namun, seketika udara dingin yang melingkupi dirinya hilang, digantikan angin hangat yang entah datang dari mana seolah menyelimuti dirinya.
Dia ingin membuka mata, namun rasanya terlalu sulit ketika berhasil mendapatkan kenyamanan di atas kasur.
Arabella tidak sadar, jika sejak tadi, ada sosok yang terus menjaganya dari angin dingin.
Sosok yang sudah lama sekali ingin berjumpa dengannya, meski ternyata dia dilupakan begitu kejamnya.
***
"Ibu selimutin aku ya, malam kemarin?" tanya Arabella ketika dirinya baru saja tiba di ruang makan untuk sarapan bersama. Dihari libur seperti ini, dia senang sekali bangun pagi hari dan menghabiskan waktunya dengan sang ibu. Untuk sekedar berbelanja bersama, atau membuat makanan bersama, Arabella sangat menyukai momen ini.
Ibu menggeleng sambil menatap anak gadisnya aneh. "Ibu sudah tidur pas kamu pulang, mungkin kamu ngelindur ambil selimut sendiri di dalam lemari,"
Alis Arabella mengerut sambil menerima sepiring nasi goreng kesukaannya yang terlihat begitu harum dan menggiurkan. Seingatnya, dia bahkan tidak mampu untuk berdiri ketika merasakan tubuhnya lemas setengah mati, lalu bagaimana bisa dia berjalan untuk mengambil selimut?
Baiklah, bukan hal yang penting untuknya.
Intinya, semalam tidurnya sangat nyenyak. Tidur ternyenyak setelah berbulan-bulan dihantui oleh skripsi dan dosen pembimbing yang menyebalkan.
Ah, Arabella benar-benar tidak sabar untuk lulus secepatnya. Mahasiswa purba sepertinya memang harus cepat-cepat mengangkat kaki dari kampus. Mungkin, kampus juga sudah lelah melihat Namanya dan wujudnya terus di Gedung fakultas.
"Ibu samperin dulu ya," ucap ibunya saat suara bel rumah terdengar nyaring sampai ke dalam. Kata ibu, agar kalau ada tamu, bisa kedengeran sampai ke dalam kamar.
"Bella, ini temanmu Bel!" bahkan teriakan ibunya bisa terdengar sampai ke dalam ruang makan.
Arabella memutar bola matanya sebal, namun tetap menuruti ibunya untuk pergi ke depan dan menghampiri tamunya. Siapa coba yang bertamu dihari libur seperti sekarang.
"Siapa bu—"
Ucapannya benar-benar terhenti saat matanya berpapasan dengan netra sejernih air laut yang berdiri di depan pintu. Lelaki dengan kemeja biru laut yang dimasukan rapih ke dalam celana jeansnya itu terlihat sangat tampan, Arabella tidak ingin munafik akan hal itu.
Sebagai informasi, Arabella ini sangat senang sekali melihat lelaki tampan. Seperti misalnya actor-aktor atau penyanyi tampan diluar sana, rasanya Arabella ingin memilikinya satu meski dia sudah harus bersyukur diberikan tunangan luar biasa seperti Kei.
Namun, mengapa lelaki itu bisa di sini?
"Ka—kamu?" ucapnya terbata-bata.
Ibu menepuk pundaknya kemudian berjalan masuk ke dalam meninggalkannya. Bahkan lidahnya terlalu kelu saat ingin meminta ibu untuk menemaninya di sini.
"Iya ini aku, boleh bertamu?"
Arabella ingin menggeleng, namun pasti dia akan mendapat cubitan dari sang ibu jika berlaku tidak sopan seperti sekarang ini.
Maka, dengan berat hati, Arabella mengangguk terpaksa kemudian mengiring lelaki itu untuk duduk di ruang tengah dengan dia duduk di sofa terjauh.
"Ada apa? Kenapa tahu alamat rumahku?" tanya Arabella masih tidak menyangka.
Lelaki bernama Gerald itu berdeham. "Maaf jika mengganggumu, namun ada beberapa hal yang harus aku luruskan terkait kita,"
Alis Arabella mengerut tidak paham. "Kita?"
Gerald mengangguk. Lelaki berambut cokelat gelap dengan netra sebiru lautan itu terlihat tampan jika tidak mengerikan. Kesan pertama di pandangan Arabella saja sudah sangat mengerikan, setampan apapun lelaki itu.
"Tentang aku dan kamu, semua hubungan kita Bella,"
Kepala Arabella ingin meledak. "Tunggu. Sepertinya ada beberapa hal yang harus aku luruskan di sini,"
"Yang pertama. Aku tidak mengenal kamu. Dan yang kedua, aku bukan siapa-siapa kamu karena aku sudah memiliki tunangan." Sambung Arabella.
Gerald terlihat sangat terkejut. "Tunangan?"
Kepala Arabella mengangguk.
"Tapi kamu itu takdir aku Bella. Kita sudah ditakdirkan untuk bersama sejak dahulu bahkan di masa yang akan datang, kamu takdir aku," jelas Gerald.
"Kamu ngayal ya? Jelas-jelas aku nggak kenal kamu!" bentak Arabella yang sudah tersulut api amarah.
Gerald berusaha meraih lengannya, namun segera dijauhkan lengan itu dari lelaki tidak sopan seperti Gerald.
"Kamu nggak tahu aku? Beneran Bella?"
Arabella mengangguk yakin.
"Kamu nggak tahu asal kamu?"
"Asal apa sih! Jelas-jelas asal aku ada di sini!"
"Bukan,"
"Maksud kamu?"
"Kamu bukan dari sini Bella, kamu adalah perempuanku dari masa depan."
***