Chereads / Destiny (True Love) / Chapter 1 - 1 - Langit Bergemuruh

Destiny (True Love)

đŸ‡®đŸ‡©Vanisa_28
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 11k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - 1 - Langit Bergemuruh

Pagi di hari rabu ini tidak begitu cerah. Sejak dua jam yang lalu, langit terus bergemuruh ditambah cahaya kilat yang terus bersautan satu dengan yang lainnya. Ketika cuaca seperti ini, yang paling nyaman dilakukan memang hanya tidur, namun tidak berlaku bagi Arabella.

Hari ini juga, tepatnya satu jam yang akan datang, dia harus dihadapkan dengan dosen pembimbingnya yang menurutnya sudah tidak waras lagi. Bayangkan, sejak dua bulan terakhir ini, proposal penelitiannya sudah lebih dari lima kali direvisi dengan alasan yang sama.

Terkadang, sangkin stressnya, Arabella ingin sekali mengajukan dosen pengganti yang dapat mengasihani nasibnya. Berada di ujung tanduk seperti ini sangat tidak enak. Niat ingin bekerja, namun rasanya terhalang oleh skripsi yang tak kunjung selesai, namun jika tidak bekerja, maka dia tidak memiliki penghasilan tambahan.

Meski dia sudah mendapat uang bulanan dari ibunya tercinta, namun rasanya akan lebih menyenangkan ketika kita memiliki penghasilan sendiri, bukan?

Jika saat sekolah dulu, Arabella paling malas berangkat sekolah ketika hujan karena pasti seragamnya akan basah, maka sekarang dia tidak akan memiliki alasan itu lagi. Pasalnya, sejak lima menit yang lalu saja, sudah ada sosok yang menunggunya di depan rumah.

Sepuluh menit adalah waktu yang sangat cukup untuknya membenahi diri. Hanya dengan mengenakan kemeja hitam simple yang dipadukan dengan celana Panjang cokelatnya, Arabella sudah siap menghadapi dosen pembimbingnya.

Meski di dalam hati, Arabella terus menggumamkan doa, agar hari ini bisa menjadi hari keberuntungannya.

Saat langkahnya telah tiba di dekat meja makan, matanya bisa menangkap sosok lelaki tinggi tengah duduk bersama ibunya di sana. Seulas senyum terbit, Arabella paling senang melihat keakraban ibu dan tunangannya itu.

Namanya Kei Marlon, sosok lelaki yang sudah tiga tahun ini menjalin hubungan dengannya, dan tepat dua bulan belakangan ini, dia resmi menjadi tunangan lelaki tampan itu. Arabella kenal Kei pertama kali saat dia mengikuti salah satu program kepanitiaan di fakultasnya, sejak saat itu juga, dia menjalin hubungan dengan lelaki sopan itu.

Arabella mencintai Kei. Sudah tiga tahun hubungannya berjalan, namun dia jarang sekali bertengkar dengan Kei. Hanya ada perselisihan kecil saja yang berujung mengalah dan berbaikan kembali. Arabella tahu, kisah cintanya ini terlalu klasik, namun dia menyukainya.

"Tumben cepat, Ara," ujar Kei sambil menyerahkan piring berisi roti lapis kesukaannya.

Arabella mencibir sebal. "Aku kan memang cepat orangnya, nggak kayak kamu!"

Kei malah terkekeh, tangan lelaki itu naik untuk mengusap rambut Arabella gemas. "Kamu nih, kurangin dong gemesnya!"

Ibunya ikut terkekeh geli melihat dua sejoli yang selalu adu mulut di pagi hari. "Sudah cepat makan, nanti telat loh!"

Setelah akhirnya berhasil menyelesaikan sarapan dalam waktu lima belas menit, Arabella segera pamit kepada ibunya dan menyusul Kei untuk masuk ke dalam mobil.

"Kei, doain aku ya? Semoga hari ini dosennya lagi waras,"

Kei tersenyum. "Iya sayang, pasti kok. Nanti aku tungguin ya di depan ruangan? Biar kalau kamu mau nangis atau marah-marah, orang lain nggak kena imbasnya," ledeknya.

Arabella menggerutu. "Kamu mah!"

Tapi, memang ada benarnya sih. Pernah waktu itu, sangkin kesalnya tidak diluluskan oleh dosen pembimbing lagi dan lagi, dia sampai nangis di depan ruangan dan mengamuk karena kesal. Untung saja, waktu itu pawangnya segera datang dan menenangkan dirinya sampai akhirnya Kei selalu menemaninya setiap ada bimbingan.

"Bener kan Ara, kamu kalau nggak dijagain, bisa bahaya," Kei masih saja asik mengganggunya.

"Ngambek!" Arabella bersedekap. Hal itu memancing tawa Kei semakin renyah saja.

"Yaudah maaf, nanti pulang, kita makan es krim ya?"

Bagaikan anak kecil, kemarahannya hilang begitu saja ketika mendengar kata es krim. "Iya mau!"

"Semangat dulu mana?"

Arabella berteriak nyaring. "SEMANGAT!"

***

Kaki jenjang Arabella melangkah menyusuri koridor fakultas yang sepi, mungkin karena beberapa bulan ini, banyak perkuliahan sudah selesai atau berada di semester akhir, hanya orang-orang berkepentingan saja seperti dirinya yang masih berkeliaran di kampus demi setumpuk kertas berharga berupa skripsi.

Kelas bimbingannya telah usai, namun saat dia keluar dari dalam sana, dia tidak mendapati ada Kei yang sudah janji akan menunggunya di luar ruangan. Lelaki itu sempat mengiriminya pesan, jika dia akan kembali dalam lima belas menit karena ada urusan mendadak yang harus diselesaikan.

Ada kabar baik juga dari dosennya, beliau berkata jika besok hari dia disuruh kembali ke ruangan dan bertemu dengannya untuk tanda tangan pengesahan proposal, yang artinya, hanya tersisa satu tahap lagi menuju kelulusan.

Arabella benar-benar tidak sabar akan hari kelulusannya, meski nantinya, dia juga tidak tahu harus apa setelah lulus, namun setidaknya beban tugas-tugas telah usai. Mungkin Arabella akan membangun kehidupannya dengan lebih baik.

Saat ini, langkah kakinya membawa Arabella ke dekat toilet perempuan untuk merapihkan diri sebelum bertemu dengan Kei, namun belum sempat langkahnya mencapai ke dalam ruangan itu, lengannya sudah tertarik ke belakang dengan kencang sampai tubuhnya pun ikut terhuyung.

Anehnya adalah, saat tubuhnya tertarik ke belakang, Arabella bisa merasakan lingkupan lengan hangat yang melilit tubuhnya, kemudian dia juga merasakan kepalanya didorong ke dalam pelukan seorang itu.

Bukan Kei, sosok ini bukan Kei.

Karena Arabella sangat mengenali wangi parfum khas yang Kei miliki.

Maka, siapa sosok yang sedang memeluk tubuhnya erat seperti ini?

Beberapa kali Arabella berusaha melepaskan kungkungan itu, namun tenaga seorang yang mendekapnya terlalu erat, pada akhirnya, gadis itu hanya bisa pasrah berada di dalam pelukan orang asing.

Mata Arabella berkaca-kaca, dia tidak ingin diperlakukan seperti ini. Rasanya sangat mencoret harga dirinya.

"Tolong lepas," ucapnya lirih. Arabella tidak suka diperlakukan semena-mena seperti sekarang.

Sosok lelaki yang sempat memeluk tubuhnya itu melepaskan pelukan pelan, sedikit terkejut saat melihat gadis di dalam pelukannya dengan mata berkaca-kaca. "Kenapa nangis?"

Arabella sentak menjauh dan menepis lengan yang melingkar pada pundaknya. "Harusnya aku yang tanya kamu, kamu itu siapa? Kenapa peluk-peluk sembarangan!"

Lelaki itu terkejut, meski wajahnya terpancar kekecewaan, namun itu bukan suatu hal penting bagi Arabella. "Kamu, nggak kenal aku?"

Arabella menggeleng.

"Serius? Kamu nggak kenal aku Bella?"

Arabella terkejut setengah mati saat lelaki itu memanggil Namanya. "Kamu—gimana caranya tahu nama aku?" gadis itu mengambil langkah ke belakang karena merasa takut.

Namun, lelaki itu malah mengambil langkah ke depan, hingga tubuh keduanya saling berhimpit. "Aku Gerald, kamu nggak kenal Bell?"

"Kamu nggak waras!"

Lelaki yang mengakui bernama Gerald itu berniat ingin menggenggam lengan Arabella, namun gadis itu memilih mundur sampai akhirnya punggungnya bertabrakan dengan tubuh seorang di belakangnya. Saat dia mendapati wangi yang sering sekali dihirupnya, mendadak Arabella menarik napas lega.

"Ara, kenapa?" tanya Kei sambil memegang pundak Arabella khawatir.

Arabella menggeleng kemudian menarik tangan Kei untuk pergi dari sana. Sebelum Arabella benar-benar pergi, pandangannya kembali beralih kepada sosok lelaki tinggi yang tiba-tiba hadir dan dengan kurang ajarnya memeluk tubuhnya.

Arabella bahkan tidak pernah kenal dengan Gerald.

Siapa Gerald?

***