Chereads / Secangkir kopi untuk Raditya / Chapter 60 - Aku butuh waktu

Chapter 60 - Aku butuh waktu

Raditya mengedarkan pandangannya, dia menanti Rembulan dan mulai merasa gelisah. Menurutnya tidak seharusnya Rembulan selama ini berada jauh darinya. Raditya menjadi tidak tenang, sebentar dia berdiri dari tempat duduknya melihat ke segala arah. Akhirnya Raditya memutuskan untuk menyusul Rembulan, firasatnya mengatakan terjadi sesuatu pada gadis itu.

***

Bau alkohol keluar dari mulut laki-laki yang kini berjarak lima senti dari Rembulan. Satu tangannya membekap mulut gadis itu dan tangan yang lain membelai wajah Rembulan. Bibirnya menyeringai lebar, mengejek perempuan yang hanya bisa melebarkan pupil matanya. Di dalam hatinya Rembulan ingin melawan, menghantam laki-laki itu dengan kepalan tangannya atau menendang laki-laki itu. Namun Rembulan tak sanggup, dia merasa tulang-tulangnya terlalu lemah untuk bergerak.

Kali ini dia mencoba menggigit telapak tangan laki-laki itu, yang ada hanya suara tawa yang keras dari laki-laki itu.

"Sudahlah manis! Aku hanya ingin menikmati wajahmu yang cantik, atau kau ingin aku juga menikmati tubuhmu?" Tangannya terus bergerak menelusuri wajah Rembulan.

"Jangan pernah bermimpi untuk menikmatinya!"

Raditya menghantam laki-laki itu dari belakang. Tatapan matanya menghujam penuh dengan kemarahan. Laki-laki itu terjatuh, dia membalikkan tubuhnya dan berusaha berdiri dengan tubuhnya yang limbung. Raditya menghantam wajahnya, menendang perutnya dengan sekuat tenaga. Darah mulai menetes dari wajah laki-laki itu. Beberapa orang mulai mendekat untuk melihat yang terjadi. Raditya terlihat kalap.

Saat melihat wajah laki-laki yang membekapnya berlumuran darah kesadaran Rembulan hadir , dia menerjang dan memeluk Raditya. Rembulan tidak peduli kalau seandainya dia terkena pukulan Raditya, dia tidak ingin laki-laki itu mati di tangan Raditya.

Rembulan menangis, dia memeluk erat Raditya, dia ingin Raditya menghentikannya.

"Ku mohon, berhentilah!" teriaknya lemah. Rembulan berharap Raditya mendengar diantara bunyi dentuman musik.

Beberapa orang mendekati laki-laki yang terkapar itu, membantunya berdiri.

"Heh! Dia temen Lo!" Raditya menunjuk, suaranya sangat keras. Salah satu dari mereka mengangguk.

"Bilangin sama temen Lo, kalau dia bikin urusan ini jadi panjang...gue akan cari dia dan bunuh dia!"

***

Raditya melepaskan pelukan Rembulan, melihat wajah Rembulan kemudian menyeka pipinya lembut dengan jari-jarinya, "Semua baik-baik saja," katanya pelan, "Kita pulang ya?"

Raditya membawa Rembulan pulang tanpa sempat berpamitan dengan Venita dan teman-temannya. Bagi Raditya yang terpenting saat ini adalah Rembulan bisa pulih dari ketakutannya.

Seandainya tadi Rembulan tidak memeluknya dan menghentikannya memukuli laki-laki itu, mungkin laki-laki itu sudah mati dibuatnya.

Bayangan Rembulan terpojok dengan wajah memohon pada laki-laki yang membekapnya berkelebat di mata Raditya. Tadi Raditya langsung kalap melihat Rembulan diperlakukan seperti itu. Dia langsung menghantam dengan seluruh kekuatannya.

***

Selama berada di mobil tak ada suara yang keluar dari bibir Rembulan, pandangannya lurus, tubuhnya kaku. Raditya merasa menyesal.

***

"Dit, terima kasih buat semuanya," katanya pelan.

Hanya itu yang keluar dari bibir Rembulan. Tak ada senyum, tatapan matanya terlihat letih. Raditya mengangguk, "Apa perlu aku temani sebentar?" Raditya merasa Rembulan membutuhkannya.

Perempuan itu menggeleng, "Aku ingin tidur."

"Lan, kalau ada sesuatu yang ingin kamu katakan." Raditya masih ingin bersama Rembulan, menemaninya.

"Pulanglah! Aku lelah!"

Raditya menghormati keinginan Rembulan, dia berbalik dan pulang dengan langkah gontai.

***

Raditya tidak bisa memejamkan mata, peristiwa tadi hadir dalam bentuk bayangan. Sedari tadi dia menajamkan telinganya, kalau-kalau mendengar sesuatu dari rumah Rembulan. Entah itu suara musik atau dentingan piano. Sepi, tak terdengar suara apapun.

Mungkin Rembulan sudah tidur.

***

Raditya bangun dari tidurnya dan langsung menuju balkon, melihat apakah Rembulan sedang berada di balkon sambil minum kopi. Rumah Rembulan tertutup begitu juga saat dia ke teras, pintu rumah Rembulan masih tertutup. Raditya merasa heran, ini hal yang sangat tidak biasa. Jam seperti ini biasanya pintu rumah di lantai dua yang menghadap ke balkon sudah terbuka. Terkadang Rembulan sedang duduk menyesap secangkir kopi dan tersenyum padanya apabila melihatnya.

***

Raditya mendengar ponselnya berbunyi, dari David.

"Dit, Lo bisa jelasin ke gue nggak kejadian tadi malam di klub!" Suara David terdengar panik.

"Kenapa?"

"Gila Lo! Nonton tv!" David berteriak.

"Nanti gue jelasin." Raditya berusaha kalem dan berpikir jernih. Pasti kejadian kemarin masuk berita.

Raditya segera menutup telpon, dia ingin melihat berita yang beredar di media tentang kejadian di klub. Benar saja hampir semua stasiun tv membahas dari berbagai sudut pandang mereka.

Mereka mulai menyebut soal Rembulan yang bersama Raditya saat pemutaran perdana filmnya dan juga bersama Raditya saat pemukulan di klub.

Stasiun tv seperti berlomba-lomba untuk jadi yang terdepan mengetahui peristiwa itu dan yang melatar belakanginya. Termasuk memunculkan kisah hidup Rembulan ,yang merupakan anak seorang pengusaha, pernah diculik di suatu klub malam di Medan dan disekap oleh lawan bisnis ayahnya.

Raditya langsung merasa khawatir pada Rembulan. Dia berharap gadis itu tidak membaca berita yang beredar di media. Raditya berharap Rembulan baik-baik saja. Raditya bergegas ke rumah Rembulan. Dia ingin bertemu gadis itu, memeluknya dan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Ada dia yang akan menemani.

Berulang kali Raditya memanggil Rembulan dari luar pagar, tak ada jawaban. Raditya menelpon Rembulan, ponselnya tidak aktif. Raditya mulai resah. Cepat dia menelpon Sarah dan diangkat pada dering kesekian.

"Sar, kamu tahu dimana Rembulan?"

"Nggak usah dicari, dia nggak ada di rumah," Sarah menjawab dengan malas, suaranya terdengar mengantuk.

"Sar, dimana Rembulan?" Raditya menjadi panik.

"Rembulan pulang, tadi pagi-pagi dia ke bandara."

"Penerbangan jam berapa?" Raditya nyaris berteriak.

"Dit, Rembulan butuh dekat dengan keluarganya setelah peristiwa tadi malam. Dia butuh waktu untuk melihat kembali hubungan kalian. Rembulan sedang bingung."

"Apa maksudnya?"

"Dit, semua yang terjadi kemarin membuat Rembulan berpikir bahwa kalian memiliki dunia yang sangat berbeda dan Rembulan menjadi bimbang. Suatu saat dia akan kembali dan menjelaskan semuanya. Aku berharap kamu mau mengerti dan memberi waktu pada Rembulan. Nanti dia akan menghubungi kamu."

***

Raditya merasa kosong, seperti ada bagian dari dirinya yang hilang. Kenapa Rembulan tidak bicara dulu dengannya dan tidak mengambil keputusan sekehendak hatinya? Apakah dia tidak punya arti dalam kehidupan perempuan itu? Begitu mudah Rembulan meninggalkannya.

Selain berakting, perempuan itu adalah dunianya. Kedua hal yang dicintainya dalam kehidupan. Mengapa kedua hal ini tidak bisa dimilikinya secara bersamaan? Mengapa dia harus merelakan salah satu lepas dari sisinya?

***

Rembulan melihat berita itu dari internet, hanya dalam hitungan jam berita itu sudah diunggah dengan berbagai versi. Rembulan tidak bisa memejamkan mata, dia bergerak gelisah di atas tempat tidur. Apalagi saat kehidupan pribadinya dan keluarganya mulai dibahas, termasuk peristiwa penculikan beberapa tahun lalu. Peristiwa itu kembali hadir dan semakin membuat dia gelisah.

Andaikan dia bukan kekasih aktor terkenal mungkin orang tidak akan pernah membahasnya sedemikian detail. Malam itu dia mengambil keputusan untuk pulang, dia membutuhkan waktu untuk melihat hubungannya dengan Raditya. Dia tidak ingin baik dirinya dan Raditya tidak bahagia karena ternyata dia sulit melebur ke dalam kehidupan laki-laki itu.

Dia ingin pulang dan suatu saat kembali dengan keputusan yang tepat tentang hubungan mereka berdua.