Rembulan bersembunyi dibalik awan hitam. Angin berhembus cukup kencang dan membawa aura dingin ketika menerpa perasa. Tak ada satupun cahaya bintang yang berhasil menembus pekatnya awan hitam. Beberapa orang mulai beristirahat, sehingga membuat kota sepi dan sunyi.
Sementara itu, Terra memacu mobilnya dengan kecepatan yang cukup kencang di jalan. Karena ia baru di panggil oleh Kepala Kepolisian, Josen Lothar untuk segara datang guna menangani kasus sidikat obat. Terra sendiri adalah seorang yang ahli forensik, sehingga kemampuannya sangat diperluhakan dalam menangani kasus ini.
Jam menunjukkan angka 22.30. Terra terus memacu mobilnya dijalanan yang cukup lenggang. Akan tetapi, ketika sampai diperempatan, ia lengah dan tidak menyadari kalau ada sebuah mobil berjenis minibus melintas di depan.
Seketika, Terra langsung menginjak rem, namun mobil tidak bisa berhenti seketika dan malah menabrak mobil di depannya. Mobil berjenis minibus tersebut terguling beberapa kali. Sementara mobil yang di kendarai Terra langsung berhenti.
Tidak ada luka di tubuh Terra, karena ia memakai sabuk pengaman dengan benar. Mobilnya hanya ringsek dibagian depan, sementara mobil yang Terra tabrak mengalami kerusakan cukup parah mulai bagian depan hingga belakang.
Dengan segera Terra melepaskan sabuk pengaman dan berjalan menghampiri mobil yang ia tabrak. Seketika Terra terkejut, karena di dalamnya terdapat 3 orang di dalamnya, 2 dewasa dan 1 anak-anak. 2 orang dewasa terlihat tidak bisa diselamatkan, mengingat luka yang mereka alami cukup parah. Sedangkan 1 anak-anak masih terlihat bernafas meski dalam ke adaan tidak sadarkan diri.
Darah segar mulai mengalir keluar dari dalam mobil, dan membuat bagian aspal berwarna merah pekat. Beberapa orang juga mulai memadati lokasi kejadian.
Melihat kondisi tersebut, Terra langsung mengambil ponselnya yang berada dalam saku celana, kemudian menghubungi ambulance rumah sakit.
*****
"Sebagai bentuk rasa bela sungkawa dan atas dasar kemanusiaan. Kami ingin menawarkan kepada bapak bahwa kami akan menanggung semua kebutuhan dari Isla," kata Terra yang duduk di depan Collin. Mereka hanya di pisahkan dengan sebuah meja yang cukup besar.
Saat ini Terra berada di rumah Collin, yakni paman dari Isla. Kedatangannya ke sini adalah untuk menyelesaikan kasus kecelakaan yang membuat kedua orang tua Isla meninggal di tempat.
Meskipun Terra dinyatakan tidak bersalah dalam sidang beberapa waktu lalu. Namun, Teraa merasa bersalah karena telah membuat kedua orang tua Isla meninggal.
"Sebelumnya kami berterima kasih atas bantuan yang tuan Terra berikan. Akan tetapi, sebagaimana yang tuan ketahui, bahwa Isla masih anak-anak. Sehingga kebutuhan materil tidaklah cukup, ia masih membutuhkan kasih sayang dari orang tua," jawab Collin. "Untuk memenuhi kebutuhan kasih sayang, saya dan istri saya, Emma sudah tidak sanggup lagi. Mengingat umur kami sudah renta," lanjutnya.
Terra tidak berkomentar, dan hanya menatap Collin dengan kebinggungan.
"Jika boleh kami sarankan, alangkah baiknya Isla anda adobsi," sahut Emma.
Terra masih tidak bergeming, ia terus memikirkan bagaimana nasib Isla dan dirinya nanti.
Istri Terra yang dari tadi duduk di sampingnya mendekatkan kepala. "Jika kita mengadobsinya? Apakah Isla senang? Karena secara tidak langsung orang tuanya meninggal karena ulahmu," ucap Kelina dengan lirih.
"Isla pastilah senang, dan dia juga akan memaafkan perbuatan tuan Terra. Isla adalah anak yang baik dan sudah mandiri, sehingga ia tidak akan terlalu merepotkan kalian," jawab Collin yang tanpa sengaja mendengar perkataan Kelina.
Terra masih menutup mulutnya, dan tidak ada tanda-tanda untuk memberi komentar terhadap perkataan Kelina maupun Collin.
"Isla akan kami adobsi," kata Kelina secara tiba-tiba.
*****