"Aku ingin ngomong sesuatu sama kamu, boleh?" tanya Lucy dengan senyum sumringah memandang sang suami yang sedang fokus menyetir.
"Boleh dong, Sayang. Masa iya istri aku mau ngomong gak aku bolehin. Mau ngomong apa?" Ayden, suami Lucy kini mengelus pelan rambut istrinya.
"Aku ...."
Belum sempat Lucy mengatakan apa yang ingin ia sampaikan, mobil mereka mati ditengah jalan. Padahal, kini jalanan yang sedang mereka tempuh adalah tanjakan curam dengan hutan dan tebing di sekelilingnya. Ada apa ini?
"Mobilnya gak hidup!" Ayden panik ketika ia mencoba menstater ulang mobilnya, tapi mobilnya tidak juga ingin hidup.
Lucy lebih panik. Kini, mobil perlahan-lahan bergerak mundur tanpa bisa ditahan oleh siapapun.
Ayden masih berusaha menghidupkan mobilnya dengan terus menahan mobilnya agar tak semakin laju saat bergerak mundur.
Namun, kejadian naas pun terjadi saat sebuah truk yang melaju dari arah belakang menabrak mobil yang mereka tumpangi hingga terpental.
Sebelum mobil mereka masuk ke dalam jurang, pintu mobilnya terbuka karena hantaman keras. Tanpa pikir panjang, Lucy segera melompat ke luar meski ia mengalami pendarahan hebat dan menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri mobil yang Ayden tumpangi terjun bebas ke dalam jurang dan meledak.
Lucy menangis histeris memanggil nama Ayden. Ia ingin turun ke bawah memastikan keadaan Ayden dan memberikan kabar baik bahwa dirinya tengah hamil.
"Ayden!!!"
"Lucy, kau ini kenapa? Sudah Bunda bilang untuk jangan tidur lagi karena periasmu akan datang sebentar lagi. Kenapa kau malah tidur lagi dan mengigau dengan berteriak-teriak? Kau akan menikah dengan Andre, tapi kau malah memanggil nama orang lain," keluh Hasna, Ibunda dari Lucy yang kini sudah memegangi kebaya putih milik Lucy.
Lucy kini tersadar bahwa yang barusan adalah mimpi. Tidak, semua adegan itu bukan hanya mimpi semata. Itu adalah kejadian tiga tahun lalu di mana dirinya dan Ayden, suaminya harus terpisah selamanya.
Rela? Tentu saja tidak. Apa ada istri di dunia ini yang rela jika harus terpisah dalam kecelakaan yang begitu tragis? Tidak ada. Bahkan, Lucy bukan hanya kehilangan suaminya, tapi juga anak yang bahkan belum sempat ia lahirkan. Ayden dan janinnya pergi dengan kehidupannya.
"Kamu kenapa masih melamun sih? Ayo cepet!" Hasna mulai tak sabar.
"Bunda tahu gak rasanya hidup tapi mati?" tanya Lucy yang mulai kesal pada bundanya karena terus saja menyuruh-nyuruh Lucy untuk segera menikah. "Apapun yang terjadi, aku masih akan tetep cinta sama Ayden, Bun. Ayden itu hidup aku, segalanya buat aku. Bukan hanya itu, Ayden juga sumber kekuatan dan cinta aku. Jadi, saat Ayden pergi, maka kehidupan aku juga udah gak ada artinya lagi."
Hasna terdiam. Lucy mengambil kebaya putih di tangan bundanya dengan kasar. Lucy kesal, ia benar-benar kesal karena orang tuanya benar-benar tak memikirkan perasaan Lucy yang jelas saja masih berduka.
"Itu udah setahun yang lalu, Lu. Kamu gak bisa gini terus, dong!" Hasna tak terima. Baginya, Lucy harus bahagia.
"Bun, aku tahu Bunda pengin aku bahagia. Tapi, Bunda seharusnya mikirin juga perasaan aku. Bun, aku sampe sekarang masih mikir tentang mayat Ayden yang sampai sekarang gak bisa ditemuin. Kalau memang kebakar api bersamaan dengan mobilnya meledak, kenapa tulang belulangnya sama sekali gak ketemu? Tolong lah, Bun, ngertiin perasaan aku dikit aja. Bunda sama papa bahkan nyiapin ini semua tanpa persetujuan aku. Tanpa aku tahu ini semua ada!" Lucy meneteskan air matanya. Ia akhirnya bisa mengeluarkan sesuatu yang mengganjal di hatinya.
Ia, Ayden dinyatakan tewas dalam kecelakaan itu karena tidak ditemukannya jenazah milik Ayden di sekitar lokasi kejadian.
Jelas saja itu membuat Lucy terpukul karena ia bahkan tak bisa melihat jasad suaminya untuk yang terakhir kali. Ia tak bisa memeluk dan menciumi suaminya untuk terakhir kalinya.
"Tidak ada penolakan karena semua acara ini bakal dimulai. Cepat pake baju kamu karena tukang rias sebentar lagi datang!" Hasna berlalu pergi setelah mengatakan hal tersebut pada Lucy.
Lucy menangis. Ia merasakan bahwa bundanya sendiri bahkan enggak mengerti dirinya meski hanya sedikit.
***
Lucy sudah siap dengan riasan dan kebaya putih di tubuhnya. Ia dibawa oleh beberapa gadis menuju tempat di aman akan terlaksana pengucapan janji suci pernikahan.
Terlihat dari sudut matanya, semua para tamu undangan tersenyum dengan sangat sumringah. Berbeda dengannya yang masih terus mengasihani nasibnya yang malang.
Lucy duduk di sebelah mempelai pria, Andre. Laki-laki itu kini juga memakai baju putih senada dengan yang ia kenakan. Kerudung sudah terpasang di kepala keduanya.
Lucy menutup matanya. Ia teringat perkataan Ayden di masa lalu. "Saat tidak ada yang mengerti dirimu, tutup saja matamu. Aku akan selalu bersamamu, Sayang."
Lucy menangis tiba-tiba. Rasanya, Ayden terasa begitu sangat dekat dihatinya. Ia tak bisa melupakan Ayden. Baginya, Ayden adalah nafasnya.
"Saya nikahkan engkau ...."
"Berhenti!!!"
Semua tamu undangan menoleh. Beberapa pria dengan pakaian serba rapi menutupi pintu masuk ke dalam rumah Lucy. Ia tampak tak mengenal para pria tersebut.
"Siapa itu, Lucy?" tanya Hasna dengan wajah bingung menatap ke arah Lucy.
Lucy menggeleng. Ia benar-benar tak tahu apa-apa mengenai hal ini.
Ia mendengar beberapa tamu undangan mulai berbisik-bisik membicarakan hal ini. Sebagian lagi menganggap bahwa ini adalah drama yang sengaja dibuat untuk memeriahkan acara.
"Pernikahan ini tidak bisa dimulai!"
Seorang pria dengan jas berwarna biru donker itu muncul. Kalau pria ini, Lucy mengetahuinya. Ia selebgram terkenal dengan jumlah followers yang banyak. Apa urusannya dia ada di sini? Lucy semakin tidak mengerti.
"Lucy sedang hamil anak saya, dia tidak bisa menikah dengan orang lain selain saya!" Reza, selebgram terkenal itu kini membuat drama baru dalam hidupnya.
Jelas saja perkataannya barusan membuat semua orang kaget. Tidak terkecuali dirinya. Apa ini? Drama macam apa yang sudah dibuat oleh Reza di dalam rumahnya saat pernikahannya akan berlangsung sebentar lagi.
"Kamu jangan main-main ya!" teriak Lubis, papa Lucy yang kini sudah berdiri menghadap Reza.
"Tidak, aku tidak sedang bermain-main. Ini buktinya!" Reza mengeluarkan sebuah foto di mana terdapat foto Lucy dan Reza sedang mengecek kandungan di sebuah rumah sakit.
Lucy yakin foto itu adalah editan. Foto yang ditunjukkan oleh Reza adalah editan. Memang benar Lucy menyukai Reza karena laki-laki itu adalah selebgram yang memiliki wajah tampan dan juga humoris.
"Tidak! Itu tidak benar!" Lucy melepaskan kerudung yang menyatukan antara dirinya dan Andre.
"Semua ini bohong! Itu editan. Kau memang pria humoris, tapi memain-mainkan drama ini dihari pernikahanku itu enggak lucu tau gak!" teriak Lucy yang kini merampas telepon genggam milik Andre di mana ia menampilkan foto editan itu.
Lucy melihat dengan sangat jelas. Foto itu terlihat sangat nyata untuk disebut sebuah editan. Hampir tak ada celah untuk menunjukkan bahwa foto itu palsu selain dirinya.
"Jika kejadiannya seperti ini, maka kami memutuskan untuk membatalkan pernikahan ini saja!" Mamanya Andre bangkit. Ia menarik anak laki-lakinya karena sudah terlanjur malu.
Terdengar para tamu undangan mulai bergosip tentang Lucy.
"Lucy bukankah baru saja di tinggal oleh suaminya? Lalu, ia memilih berpacaran hingga hamil dan malah ingin menikah dengan laki-laki lain." Seorang ibu-ibu berserta komplotannya menggosipi Lucy.
"Atau mungkin saja Lucy sudah berselingkuh dengan laki-laki ini sebelum Ayden tiada." Prasangka buruk datang lagi dari rombongan ibu-ibu yang berdiri tidak jauh darinya.
Lucy muak dengan omongan buruk tentangnya. Jelas saja Lucy masih mencintai Ayden. Bukan hanya mencintai, Ayden adalah nafasnya. Mana mungkin Lucy berniat berselingkuh dari Ayden.
Lucy maju satu langkah mendekati Reza. "Kau! Aku tidak kenal dengan dirimu. Jangan mengarang cerita dan membuat semuanya semakin runyam!"
Reza terlihat menunjukkan wajah sedih. Bagi Lucy, pria di depannya ini sungguh-sungguh laki-laki yang begitu dramatis. Wajar saja ia berprofesi sebagai selebgram.
"Pergi kau dari rumahku!" usir Lucy menunjuk pintu keluar.
Bukannya pergi, Reza malah semakin menunjukkan wajah sedih di depan wajah Lucy yang semakin membuatnya muak.
"Sehebat apapun kau menyangkal, semua orang juga sudah mengetahui hal ini. Lebih baik, kau menikah saja dengannya. Kita bicarakan ini baik-baik," tutur ayahnya Lucy yang kini mengelus pundak Reza dengan pelan.
Reza tersenyum dan memeluk lelaki tua itu. Justru Lucy merasa bahwa dirinya sudah dipermainkan oleh takdir.
Lucy tidak ingin menikah. Baginya, Cinta adalah Ayden. Bagaimana ia bisa menikah dengan pria lain jika di hatinya hanya ada Ayden?