Di dalam ruang penyidik, terlihat Yeni sudah duduk dengan wajah yang tegang. Tim detektif hanya memantau dari luar dan melihat dari kaca jendela. Mereka tidak ingin mengganggu proses interogasi Yeni di dalam. Namun Azka tiba-tiba masuk sambil membawa sebuah dokumen. Ia melempar dokumen itu di meja depan Yeni.
'Brak'
Suara Azka menggebrak meja dan membuat Yeni jadi ketakutan.
"Sekarang katakan padaku apa yang kamu ketahui tentang kematian Aryani?" tanya Azka dengan wajah yang begitu serius.
"Sudah kubilang, aku tidak tahu apapun dengan masalah itu."
"Tapi kenapa sikapmu berubah tadi ketika Azara mencoba bertanya soal barang mewah milikmu itu?" tanya Azka yang sudah sangat geram.
Yeni jadi ikut kesal pada Azka karena terus didesak.
"Itu memang barang milikku dan itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan kematian Aryani," ucap Yeni masih mengelak.
Azka bahkan sampai kehabisan akal untuk membuat Yeni mau mengakui kesalahannya.
"Sepertinya dia tetap tidak mau mengaku," kata Arya yang juga menunggu di luar ruangan bersama dengan anggota tim yang lainnya.
"Bolehlah saya yang coba masuk dan menanyakan hal itu?" tanya Azara kepada Ali. Ali sebagai ketua tim hanya mengangguk dan membiarkan Azara masuk ke ruang penyidik.
Azka pun segera keluar ketika Azara masuk. Ia juga yakin kalau Azara akan menggunakan kemampuannya untuk mengetahui fakta yang sebenarnya.
"Azara memang detektif cantik yang sangat profesional, jarang sekali ada detektif secantik itu," ujar Arya memuji Azara.
"Memang sudah tugasnya itu," sahut Azka yang baru saja keluar dari ruangan.
Azara duduk di depan Yeni. Mata Yeni terlihat takut melihat ke arah Azara. Ia juga terus menunduk ketika Azara menatapnya.
"Yeni, apa sebenarnya hubungan kamu dengan pelaku pembunuhan yang terjadi pada Aryani?" tanya Azara dengan wajah yang sangat serius dan membuat Yeni jadi semakin ketakutan.
"Sudah berapa kali kubilang kalau aku tidak tahu sama sekali dengan kasus yang terjadi pada Aryani."
Azara masih terus menatap mata Yeni. Ia berharap Yeni mengatakan sesuatu dari dalam hatinya agar Azara bisa mendengar dan mengetahui apa yang sebenarnya.
'Mana dia, dia bilang akan menolong ku jika sesuatu buruk terjadi padaku,' kata Yeni di dalam hatinya.
Azara yang me dengar ucapan itu semakin yakin kalau Yeni memang ada hubungannya dengan pelaku yang sudah membunuh Aryani.
'Braakk!'
Azara menggebrak mejanya dan membuat Yeni semakin ketakutan. Bahkan sekarang Yeni sudah tidak berani lagu menatap ke arah Azara.
"Katakan padaku dimana kamu menyembunyikan tas milik Aryani!" kata Azara dengan lantang.
"Apa maksud ucapanmu itu? Aku sama sekali tidak mengerti," ucap Yeni masih mengelak.
"Katakan sekarang juga!" kata Azara semakin lantang.
Yeni hanya diam, ia tetap tidak mau menjawab apa yang dari tadi dituduhkan oleh Azara. Yeni juga semakin merasa takut karena ia merasa Azara mampu menebak isi hatinya.
"Kenapa kamu membunuh Aryani? Apa karena kamu ingin mengambil organ tubuh aryani dan menjualnya untuk membeli barang-barang mewah kamu itu?" Azara terus mendesak Yeni dengan tuduhan yang semakin membuat Yeni jadi tertekan.
Merasa semakin terpojokan, Yeni justru berani menggebrak mejanya di depan Azara.
"Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan itu!" katanya dengan mata yang sedikit melotot.
Azara langsung berdiri dari tempat duduknya, ia kemudian membisikkan sesuatu ke dekat telinga Yeni. Yeni langsung mundur dan terjatuh dari kursinya.
'Gubrak'
"Si... Siapa kamu sebenarnya?" tanya Yeni dengan wajah yang pucat ketakutan.
Kaki Yeni juga terus mundur menjauh dari Azara.
Semua anggota tim yang ikut melihat dari luar juga merasa bingung dengan sikap Yeni yang terlihat begitu ketakutan kepada Azara. Namun tidak dengan Azka.
'Dia pasti sudah menggunakan kemampuannya,' gumam Azka di dalam hatinya.
Tidak berselang lama Azara pun keluar dari ruangan. Namun Azara tidak memberitahu apa yang tadi ia dengar dari isi hati Yeni.
"Kenapa dia terlihat begitu ketakutan tadi?" tanya Arya merasa penasaran.
"Entah, aku juga tidak tahu."
"Apa yang tadi kamu bisikkan padanya sampai dia terjatuh dan ketakutan begitu?" tanya Ali kepada Azara. Ia juga penasaran dengan apa yang tadi dilakukan oleh Azara di dalam ruangan penyidik.
"Aku hanya membisikkan 'kamu kan yang membunuh Aryani?' begitu komandan," ucap Azara dengan santainya.
"Kamu memang detektif yang paling top Azara!" puji Arya lagi sambil tersenyum lebar.
"Terbaik apanya, buktinya Yeni masih tetap tidak mau mengakui semuanya," ucap Azara.
"Sudah sudah! Sekarang lebih baik kota bagi tugas lagi," pinta Ali kepada seluruh anggota timnya untuk kembali berpencar dengan tugas masing-masing.
"Arya dan Angga pergi ke rumah Yeni, cari tahu semua tentang dia. Saya dan Dion pergi ke toko tempat kerja Yeni, dan Azara kamu susul Azka ya!"
"SIAP KOMANDAN!"
Mereka semua pun berpencar pergi untuk menjalankan tugasnya masing-masing. Azara segera berlari menyusul Azka yang sudah pergi lebih dulu.
Sementara dua petugas polisi yang jaga di kantor itu segera membawa Yeni ke dalam sel untuk diamankan lebih dahulu.
Sesampainya di toko, Ali dan Dion segera menemui Aris selalu manajer di toko tersebut.
"Saya Ali dan ini rekan saya Dion. Kami datang ke sini untuk mencari tahu informasi tentang kedekatan Aryani dan juga Yeni. Apa bapak bisa jelaskan kepada kami tentang dua orang karyawan bapak itu?"
"Iya Pak, saya juga sudah tahu maksud dan tujuan bapak datang ke sini. Setahu saya mereka memang sangat dekat. Aryani selalu bersama dengan Yeni jika mereka sedang dalam satu sift yang sama. Namun jika sedang berbeda sift, Aryani lebih tertutup dan tidak mau untuk berteman dengan yang lain selain Yeni. Hanya itu saja yang saya tahu tentang mereka."
"Bapak yakin hanya itu saja yang bapak ketahui? Bagaimana dengan Yeni sendiri?" tanya Ali masih dengan wajah yang serius. Sementara Dion sudah siap dengan buku catatannya dan mulai menulis apa yang dikatakan oleh Aris tadi.
"Kalau Yeni itu orangnya biasa saja. Tapi belakangan ini dia terlihat sibuk dengan ponselnya. Dia juga kurang fokus dalam bekerja. Ditambah lagi dengan barang mewah yang ia miliki selalu dipamerkan kepada semua karyawan di sini. Padahal gajinya sangat kecil, saya curiga darimana dia bisa mendapatkan itu semua," jawab Aris sambil mengangkat kedua alisnya.
"Apa boleh saya melihat loker Yeni dan Aryani?"
"Boleh Pak. Silahkan ikut saya!" kata Aris beranjak dari tempat duduknya dan segera mengantar Ali ke tempat loker karyawan.
Di dalam loker milik Aryani hanya ada seragam kerja yang biasa ia kenakan.
Sementara di dalam loker Yeni, ada banyak sekali stiker yang tertempel di depan sana. Stiker itu membuat kesan kalau hidup Yeni sangat menyenangkan.
Ali menemukan sebuah buku diary di dalam loker milik Yeni. Dengan menggunakan sarung tangan, ia memungut buku itu dan memasukkan ke dalam kantong plastik untuk dijadikan barang bukti.
"Saya akan bawa barang ini untuk dijadikan bukti," kata Ali mengangguk.
"Baik Pak, silahkan saja!" kata Aris juga setuju.
Ali dan Dion akhirnya berpamit pulang setelah mereka mendapat satu barang yang bisa dijadikan bukti nanti.