Setelah Azara dan Azka pergi dari rumah sakit, seorang pria yang tadi berpakaian jubah hitam berganti kostum dengan jubah putih seperti seorang dokter. Lengkap dengan stetoscope yang melingkar di lehernya.
Ia berjalan mendekat ke arah ruangan kakek. Ada dua orang polisi yang berjaga di depan sana. Kedua polisi itu melihat ke arah dokter tanpa rasa curiga.
"Saya akan masuk untuk memeriksa kondisi pasien," katanya dengan gaya bahasa yang memang mirip sekali dengan seorang dokter profesional.
Kedua polisi itu tak dapat menolaknya, dokter palsu itu pun masuk ke ruangan kakek.
Kakek yang melihatnya langsung tersentak kaget. Bahkan ia sampai tak dapat banyak bicara lagi melihat kedatangan pria itu.
"Kamu... Kamu orang yang sama kan?" kata kakek itu dengan mata yang melotot ketakutan.
"Baguslah kalau kakek masih mengenalku, sekarang katakan padaku dimana tas itu kamu simpan?" katanya dengan mata yang melotot dan membuat kakek itu semakin ketakutan.
"Aku tidak tahu, aku tidak tahu dimana tas itu sekarang," katanya dengan suara yang lirih.
"Katakan sekarang juga atau aku akan membunuhmu!" ucap dokter gadungan itu semakin membuat kakek itu jadi ketakutan.
"Aku tidak akan memberitahumu, semoga saja gadis itu sudah mengambil tasnya," gumam kakek itu lirih.
Mendengar suara kakek yang lirih dan bersikeras untuk tidak memberitahukan soal tas itu, dokter gadungan itu tertawa kecil sambil melangkah mendekat ke arah jarum infus. Ia menyuntikkan sesuatu ke dalam selang infus dan seketika kakek itu kejang-kejang. Tak berselang lama kakek menghembuskan nafasnya yang terakhir.
***
Azara dan Azka telah tiba di sebuah toko fashion tempat korban bekerja selama ini.
"Selamat siang, perkenalkan saya Azka dan ini rekan saya Azara. Kami dari kepolisian ingin mencari tahu tentang salah satu karyawan yang bekerja di sini bernama Aryani, apa benar ada karyawan yang bernama Aryani di sini?" ucap Azka dengan ramah kepada petugas yang berdiri di bagian kasir.
"Oh iya benar. Ada karyawan sini yang namanya Aryani. Tapi sudah beberapa hari ini dia tidak masuk kerja, dan tidak ada kabar juga," jawabnya dengan tegas.
"Justru tujuan kami datang ke sini untuk mencari informasi tentang Aryani yang kemarin menjadi korban pembunuhan di salah satu gedung kosong," kata Azka sangat berhati-hati.
Sontak hal itu membuat petugas kasir bernama Yeni itu merasa sangat terkejut.
"HAH?" teriak Yeni dengan mata yang terbuka. Tak berselang lama Yeni jatuh pingsan karena sangat terkejut mendengar berita itu.
Azka dan Azara lantas meminta semua karyawan lain untuk menolong Yeni yang tadi pingsan. Mendengar ada keributan di toko, pemilik toko bernama Aris langsung datang menemui Azka dan Azara. Ia menanyakan apa yang telah terjadi sehingga Yeni bisa pingsan.
Azka pun menjelaskan semuanya kepada Aris dengan sangat detail.
Tak lama kemudian Yeni sadar dari pingsannya dan berlari menemui Azka kembali.
"Saya teman dekatnya Aryani. Dia selalu sama saya di sini," katanya dengan tegas.
"Iya benar, dia teman dekatnya. Kalian tanyakan saja langsung pada Yeni," kata Aris beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Yeni bersama dua orang polisi itu.
"Tolong jelaskan pada kami seberapa dekat kamu dengan Aryani?" tanya Azara dengan ramah sambil menyiapkan buku catatannya untuk mencatat semua yang keluar dari mulut Yeni.
"Saya sangat dekat dengan Aryani. Kami selalu bersama, bahkan kami juga tinggal satu kos." Yeni menerangkan dengan detail.
"Bagaimana sikap dia selama kerja di sini?" tanya Azara lagi.
"Aryani adalah orang yang sangat tertutup. Dia tidak mau berteman dengan yang lain selain saya."
Mendengar jawaban itu Azara segera mencatatnya.
Namun di dalam hati Yeni, ia justru tertawa kecil sambil meledek kedua polisi yang duduk di depannya.
'Hahaha dasar polisi bodoh!' katanya di dalam hati.
Mendengar suara hati Yeni, Azara langsung berdiri dari posisinya yang tadi duduk.
Ia mencurigai ada yang tidak beres dengan Yeni.
"Sepatumu sepertinya mahal ya," kata Azara melirik ke arah sepatu yang dikenakan oleh Yeni. Sepatu itu memang sangat mahal, bisa dilihat dari merknya yang limited edition.
"Oh pasti, ini saya dapat dari seseorang," kata Yeni dengan bangganya.
Azara jadi semakin curiga dengan sikap Yeni yang seakan pamer dengan barang mewahnya itu.
"Bolehkah kami melihat isi lokermu?" tanya Azara semakin ingin menyelidik lebih jauh.
Namun bukannya menjawab, Yeni justru lari meninggalkan Azara. Ia berlari dengan sangat cepat menuju ke ruang dalam toko. Nafas Yeni sampai terengah-engah. Hal ini membuat Azara jadi semakin curiga. Ia menduga ada yang tidak beres pada diri Yeni.
Tak berselang lama, terdengar suara teriakan dari dalam toko. Azara yang langsung mengejar Yeni pun mendekat ke arah sumber suara.
Dan benar saja, di dalam toko sudah terlihat salah satu karyawan toko yang terjatuh akibat dicekik oleh Yeni.
Karyawan itu terus mengeramg kesakitan karena cekikan Yeni begitu kuat.
"Lepaskan dia!" teriak Azara yang mendekat ke arah Yeni. Disusul oleh Azka yang juga ikut berlari mengejar Azara.
Namun Yeni justru tidak melepaskan kedua tangannya dari leher rekan kerjanya itu. Ia semakin mempererat kedua tangannya yang mencekik karyawan lain.
"Lepaskan dia! Kita bisa bicarakan ini baik-baik," teriak Azara terus berusaha untuk mendekat.
"JANGAN MENDEKAT!" kata Yeni dengan mata yang melotot.
Karyawan itu sudah hampir kehabisan nafasnya karena dicekik oleh Yeni. Namun ia juga tak dapat melepaskan diri dari cekikan Yeni.
"Dia harus mati! Dia sudah menghinaku!" teriak Yeni dengan sembarangan. Sepertinya Yeni sedang berhalusinasi.
Azka yang menyusul Azara ke dalam toko langsung menyergap tangan Yeni dari belakang dan memborgolnya.
"Tolong bantu dia ya! Beri dia air minum dan minyak angin," ucap Azara kepada semua karyawan yang ada di sana untuk membantu temannya yang tadi dicekik sebelum ia pergi menyusul Azka yang sudah lebih dulu membawa Yeni.
Semua karyawan yang ada di ruangan itu langsung ramai membicarakan Yeni.
"Ih, aku dari dulu memang nggak suka sama dia tukang halu dan suka pamer barang," katanya.
"Bukannya tadi dia diminta untuk jadi saksi atas kematian Aryani?"
"Hah? Apa jangan-jangan dia lagi yang sudah membunuh Aryani?" sahut salah satu karyawan toko di sana.
Sesampainya di kantor polisi, Azka membawa Yeni masuk ke ruang penyidik. Sementara Azara keluar dari ruang penyidik untuk melapor kepada Ali. Azara juga telah menjelaskan semua yang tadi terjadi di toko itu kepada Ali. Namun ia tidak mengatakan apa yang tadi ia dengar melalui suara hati Yeni.
Setelah mendengar penjelasan dari Azara, Ali mengajak Azara untuk masuk ke ruang penyidik. Mereka menemui Yeni yang masih ada di dalam sana untuk dimintai keterangan.