Dua hari setelah vidio tentang Dipa-Karin kehilangan anak pertama, Karin mendapatkan banyak sekali pesan whatsAap yang menyatakan belasungkawa dan mendoakan yang terbaik untuk kedepannya. Pesan-pesan itu juga termasuk nasehat untuk menjaga kesehatannya, menyuruhnya untuk banyak beristirahat dan tidak stress. Beberapa teman yang kenal cukup dekat dengannya menghubungi Karin guna mengajaknya makan bersama untuk menghiburnya. Ada juga yang mengajaknya pergi berlibur untuk menghilangkan stress. Beberapa dari teman-teman itu adalah orang-orang yang juga memiliki chanel youtube dengan jumlah pengikut yang cukup banyak, meski tidak sebanyak pengikut chanel youtube Dipa-Karin. Namun semua itu diabaikan oleh Karin karena dia sedang sangat terluka dengan sikap suaminya yang terkesan cuek akan anak mereka yang baru saja meninggal.
Sudah beberapa hari ini pun Karin mendiamkan suaminya. Dia hanya menjawab seperlunya saat suaminya bertanya, dan tidak berusaha untuk bertanya balik. Dia tidak ingin mengetahui rencana-rencana yang tersimpan di dalam kepala suaminya, atau pun tindakan-tindakan yang akan dilakukannya. Sejak Karin mengatakan ingin kembali ke masa lalu, suaminya Dipa terus menerus sibuk, menelpon ke sana ke mari dan dilanjutkan dengan pergi entah ke mana seharian, dan baru kembali saat malam hari. Dipa juga tidak menceritakan apa yang dilakukannya seharian di luar, atau siapa gerangan orang yang ditelpon dengan berbisik-bisik agar tidak terdengar olehnya. Kru pembuat vidio yang biasanya sibuk dengan perencanaan dan editing ini itu di pavilium yang telah dirombak menjadi kantor segala urusan terkait chanel youtube, mendadak sibuk dengan keperluan pribadi masing-masing. Tapi Karin pun sudah tidak peduli. Dia sudah lelah dengan segala urusan youtube ini.
Setelah hampir satu minggu sibuk dengan urusannya, Dipa mencoba berbicara dengan Karin saat mereka tengah makan nasi padang bersama di rumah mereka yang mewah itu.
"Beib, aku mau minta maaf karena tidak peka selama ini" Dipa mengucap dengan pelan dan hati-hati. Karin hanya menggumam pendek dan tidak bergeming sedikit pun dari aktivitas mengunyah makanannya. "Jadi gini.., aku ingin mengajakmu pergi ke suatu tempat". Lanjut Dipa. Karin menelan nasi yang sedang dikunyahnya, meletakkan sendok dan meminum air putih di depannya. Lalu memandang suaminya dengan raut wajah yang tegas.
"Aku tidak ingin pergi kemana pun dengan kamera mengikutiku." Seusai mengatakan itu, dia bangkit dari duduknya, berencana pergi. Namun, Dipa buru-buru menarik tangan Karin dan memintanya duduk dengan halus. Karin yang kesal menolak duduk, dan Dipa tidak melepaskan pegangan tangannya. Dipa justru ikut berdiri sejajar dengan Karin dan mulai mengutarakan rencananya dengan hati-hati.
"Aku tahu selama ini aku terlalu sibuk membuat konten untuk chanel youtube kita sampai-sampai tidak ada waktu lagi untukmu. Itu sebabnya beberapa hari ini aku sibuk mempersiapkan sesuatu yang spesial buat kamu, dan aku sudah meliburkan semua staff, jadi selama perjalanan ini tidak akan ada kameramen yang mengikuti kita, gimana?" Dipa mengatakan rencananya dengan masih memegang tangan istrinya. Karin yang memang tahu bahwa selama beberapa hari ini tidak ada satu pun staff di kantor, menjadi bimbang. Dia menginginkan ini, perjalanan entah bagaimana bentuknya dengan suaminya hanya berdua tanpa ada kameramen atau tuntutan untuk berbicara di depan kamera. Dia sudah lama sekali bisa berdua dengan Dipa tanpa harus terlihat kamera. Sejak chanel youtube mereka memliki pengikut yang sangat banyak, kehidupan mereka berdua pun menjadi tontonan publik dan setiap gerak-gerik mereka menjadi bahan konten youtube. Itu sebabnya Karin sangat senang jika bisa menghabiskan waktu hanya berdua saja tanpa harus ada kamera yang merekam.
"Besok pagi, kamu gak perlu mempersiapkan apa pun, dan kamu bebas mau pake baju apa saja yang membuatmu nyaman". Ucap Dipa dengan senyum lembut. Karin masih sedikit skeptis dengan rencana Dipa, tapi tak kuasa juga dirinya untuk tidak mengiyakan ajakan suaminya.
Keesokan harinya ketika pagi telah tiba, Dipa sudah bersiap dan sedang menunggu Karin. "Kita gak sarapan dulu?" tanya Karin yang melihat Dipa sudah memanaskan mobil. Dipa menggeleng dan segera membuka pintu mobil untuk istrinya.
"Rencanaku ini termasuk di dalamnya adalah sarapan ini." Ujar Dipa dengan sikap sok misterius. Karin tersenyum kecil dan masuk ke dalam mobil. Tapi saat Karin telah duduk, dirinya seketika membeku melihat suatu benda yang tak asing lagi di atas dasbor. Saat Dipa membuka pintu dan hendak duduk di balik setir, dia melihat istrinya membeku. Dengan santai Dipa melambaikan tangan di depan Karin, "abaikan saja, ini hanya untuk buat kenang-kenangan aja kayak foto-foto kita dulu pas jaman belum punya handycam, tapi kan males kalau harus ambil foto kan, gini aja lebih simpel gak ribet." Dipa menjelaskan, namun Karin masih tetap membeku. "kalau kamu gak butuh kenang-kenangan buat disimpan, bisa dimatikan saja kok. Kita ingat saja kenangan hari ini di hati dan pikiran kita," saat bicara dipa meraih handycam dan mematikannya lalu meletakkan di bangku belakang. "Puas? bisa kita jalan sekarang?" Dipa bertanya sambil melihat Karin. Karin tersenyum tipis dengan kelakukan suaminya dan mengangguk.
Sepanjang perjalanan itu Dipa terus merahasiakan tempat tujuannya dari Karin.
"Sesuai dengan keinginanmu, beib, kita kembali ke masa lalu." jawab Dipa saat Karin mulai bingung melihat arah mobil yang mulai menjauh dari tengah kota. Mobil yang dikendarai Dipa mulai menampakkan pemandangan yang tak biasa dilihat Karin. Mulai dari tengah kota yang penuh dengan gedung-gedung tinggi dan rumah-rumah bagus dan indah mulai berganti menjadi rumah-rumah sederhana satu tingkat. Lebih jauh lagi mobil itu melaju mulai ada beberapa sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas. Karin tampak melihat ke arah luar dan menikmati pemandangan yang berbeda dari pemandangan yang dilihatnya setiap hari itu. Seorang remaja dengan seragam putih abu-abu bergerombol, juga ada yang sendiri atau berjalan berdua atau bertiga. Karin mulai tersenyum karena pemandangan itu mengingatkannya pada masa sekolahnya dulu. Lalu pemandangan itu berganti lagi menjadi pemandangan rumah-rumah sederhana lagi, kemudian sebuah gedung bertingkat yang sangat luas dan besar, itu adalah kampus tempat Karin dan Dipa dulu kuliah. Karin segera tersenyum lalu memandang suaminya yang fokus menyetir. Dipa yang menyadari Karin senang denggan pemandangan yang dilihatnya, meliriknya sekilas lewat ekor matanya.
"Siap memulai perjalanan ke masa lalu?" tanya Dipa sambil melirik Karin. Karin tersenyum lebar dan mengangguk kuat-kuat.
"Kita mulai dari man?" Karin bertanya balik dengan wajah berseri-seri.
"Mhmmmm kira-kira dari mana dulu ya..?" Dipa mencoba tarik ulur untuk membuat Karin semakin penasaran. Karin memandang Dipa dengan penuh penasaran. "tentu saja dimulai dari tempat bersejarah bagi kita." Lanjut Dipa yang membuat Karin semakin penasaran.
"Kita punya tempat bersejarah?" Karin mengernyitkan keningnya karena bingung. Dipa tergelak melihat ekspresi istrinya. "tentu kita punya dong, beib, tempat yang biasa aku datangi dan kamu datangi, tempat yang membuat kita jadi makin dekat," Dipa menaikkan alisnya yang membuat ekpresinya lucu, dan Karin tertawa lepas karena dia tahu tempat yang dimaksud oleh Dipa.***