Seperti biasa Arlina harus meminum susu yang sudah menjadi rutinitasnya setiapa hari, pagi dan malam. Yang lebih menyebalkan di bawah pengawasan langsung suaminya, David.
Sedangkan perutnya masih terasa penuh dan begah. Namun ia harus meminumnya, David sudah menatapnya dengan tajam. Karena Arlina masih memegang gelas susunya yang masih penuh.
"Tidak enak? Mual?" Tanya David datar seraya memberikan tatapan maut nan tajamnya.
Arlina meringis mendengar ucapan David. Ia sedikit melirik David dengan takut-takut.
"Ini enak..., tapi memang sedikit membuatku mual. Hmm..., perutku masih terasa penuh," lirih Arlina.
Sekarang Arlina mulai merasakan perutnya sudah tidak terlalu rata lagi. Ia masih bingung 'apa secepat ini besarnya?' tanyanya dalam hati.
"Tapi kau harus meminumnya." Ujar David masih datar. Bukan tanpa alasan ia tidak mau sampai Arlina dan anaknya kenapa-kenapa.