Borgol besi yang dingin mengikat pergelangan tangannya, terasa seakan mencengkeram kulitnya ketika ia mencoba untuk mengangkat tangannya, membuat Jax meringis karena rasa sakit yang aneh terasa si kulitnya.
Dan, hal ini sendiri saja sudah cukup memaksa pria muda yang sepertinya terlihat sangat terkejut ini menerima kenyataan bahwa ia tudak berada di dalam satu pun mimpi liarnya dan ia sudah benar-benar diikat menggunakan borgol di tempat tidur rumah sakit yang sedang ia tiduri.
Ia menolehkan kepalanya untuk melihat tatapan keprihatinan yang terlintas di wajah petugas kepolisian yang meminta penjelasan kepadanya sebelumnya, yang benar-benar menjatuhkan bom untuk Jax beberapa saat lalu.
Hati dan perasaan tertuduh dari Jax memaksanya untuk meluapkan perasaannya dan ia merasa seakan ia ingin sekali berteriak dengan keras untuk mengatakan bahwa ia adalah seorang korban disini.
Tapi, tatapan dan penampilan unik dari sang petugas yang menginterogasinya barusan, berhasil untuk membuatnya merasa terintimidasi dan tidak berani melakukan apapun.
Jax mencoba untuk menenangkan dirinya, tapi tidak membuahkan hasil apapun, karena ia dipenuhi dengan banyak sekali perasaan yang bercampur aduk di dalam hatinya dalam waktu yang bersamaan. Ketakutan, kecemasan, keterkejutan dan masih banyak lagi!
Bagaimana pun juga, ia masih belum bisa dikatakan sebagai seorang pria dewasa dan tudak memiliki siapapun untuk bergantung dan membelanya di dalam situasi seperti ini.
Membutuhkan sepuluh menit penuh bagi Jax untuk bisa membenahi pikirannya yang sangat kacau saat ini dan bertanya kepada seorang petugas kepolisian berwajah tegas yang duduk di sebelah tempat tidurnya dan saat ini menatap ke arahnya dengan tajam seakan Jax adalah seorang pelaku criminal yang sedang menantikan keputusan akhirnya!
Ia bertanya kepada sang petugas kepolisian mengenai apa yang ia maksudkan dengan berkata bahwa ia harus berhenti membuang waktu semua orang dan mengaku bersalah agar mendapatkan hukuman lebih ringan.
Namun, seorang bawahan yang sejak tadi berdiri dengan hening di sisi atasannya selama ini, memilih saat ini untuk membuka suara dan menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh Jax.
"Semua bukti yang telah ditemukan di tempat kejadian, membuktikan bahwa kau adalah pelakunya." Ucapnya dengan singkat.
Jax merasakan seperti ada satu tangki penuh berisi air dingin yang dituangkan ke atas tubuhnya dan ia bergidik dengan tak karuan karena kesadaran ini.
Dari apa yang dikatakan oleh petugas kepolisian bawahan kepadanya, ia akhirnya menyadari bahwa para penegak hukum ini telah lama meyimpulkan dirinya sebagai pelaku utama.
Menurut para petugas kepolisian, ialah pembunuhnya.
Dan, Jax tidak bisa melakukan apapun tapi menatap kesana dan kemari ke arah kedua petugas kepolisian itu, dengan wajah yang penuh dengan kebingungan.
Orang-orang akan mengira bahwa saat ini ia sedang panik karena ia merasa bersalah akan tindakan kriminal itu, tapi bukan itu masalahnya sama sekali disini!
Ia merasa sangat bingung karena semua pernyataan ini yang berasal dari pembicaraannya bersama dengan kedua petugas kepolisian tersebut.
Mereka dengan gila mengatakan bahwa semua bukti disana menujuk ke arahnya!
Bukti pertama; tempat pembunuhan itu terjadi di dalam unit apartemennya sendiri.
Bukit kedua; senjata yang digunakan untuk membunuh korban adalah pisau, lebih tepatnya sebuah pisau dapur dan pisau berdarah itu berasall dari dapurnya sendiri.
Bukit ketiga; sidik jari yang ada di pisau itu adalah sidik jari yang sama dengan miliknya. Mereka sungguh sangat tidak masuk akal!!!
Tentu saja akan ada sidik jarinya di benda miliknya sendiri!
Memikirkan hal ini, ia merasa lebih takut lagi. Semua yang telah terjadi di dalam malam yang bersejarah itu sudah direncanakan dengan sangat baik. Ia sudah dengan sukses dijadikan sebagai seekor kambing hitam untuk siasat yang direncanakan oleh orang lain.
Dengan kesadaran ini di dalam pikirannya, Jax merasa seakan ingin menangis. Apa yang telah ia lakukan sehingga ia harus menerima semua ini? dan siapa yang akan menjawab seribu pertanyaannya; siapa sebenarnya pria bertopeng itu?
Ketika ia ingat tentang pembunuh misterius itu, sebuah pikiran melintas di dalam kepalanya dan sebuah harapan baru muncul di dalam hatinya yang ketakutan.
Ia bisa membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah jika ia bertindak dengan cepat sekarang!
Maka dari itu, ia mengalihkan perhatiannya kepada petugas berbadan tinggi, yang memperkenalkan dirinya bernama Samuel, sekarang inspektur dari kantor polisi terdekat.
"Inspektur Samuel, aku ingin bertanya apakah kau telah memeriksa rekaman CCTV yang ada di sekitar apartemenku atau belum?" Jax bertanya dengan suara yang bergetar.
Meskipun, ia percaya bahwa ia akan bisa selamat selama mereka memeriksa rekaman itu dan melihat seorang pria bertopeng, namun masih tetap ada perasaan cemas yang tidak bisa ia katakan dengan jelas dalam kalimat, karena ia sungguh merasa sangat terkejut saat ini.
Dan, kurang dari beberapa menit, semua harapannya hancur seketika dan ia merasa seakan seluruh hidupnya sedang berkhianat dan mendorongnya ke dalam kematian.
Bagaimana tidak? Dengan sangat mengejutkan lagi, petugas yang bertubuh tinggi itu mengatakan bahwa tidak ada gerakan yang mencurigakan dari siapapun di sekitar apartemennya.
Ia bahkan dengan sabar menjelaskan bahwa semua pintu masuk yang mungkin bisa digunakan masuk ke dalam apartemennya dari pintu hingga jendela, masih tetap pada posisi yang normal dan tudak ada pertanda apapun jika jendela atau pintunya dibuka secara paksa.
Bagaimana bisa itu terjadi? Apakah kamera CCTV juga telah dirusak?
Ya, itu bisa saja masuk akal sekarang.
Jax sudah merasa yakin bahwa saat ini ia sedang dijebak, maka itu tidak berhasil untuk mengejutkannya atas kebenaran barunya ini. ia juga akan sangat berhati-hati untuk tidak meninggalkan jejak apapun atas keterlibatannya jika ia hendak membunuh seseorang dan menyingkirkan tanggung jawab menjadi seseorang yang polos.
Tapi, apa yang harus ia lakukan sekarang? Apakah tidak ada kesempatan baginya untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah?
Namun, sebuah pemikiran yang muncul di dalam pikirannya yang putus asa yang membuatnya menyadari kemungkinan akan adanya saksi mata yang mungkin melihat sang pembunuh atau mendengar keributan di antara dirinya dan korban, atau setidaknya dengan Jax.
Bagaimana pun juga itu hampir tidak mungkin bagi sang pelaku untuk melarikan diri dari tempat kejadian tanpa dilihat oleh siapapun. Jax merasa bahwa ia bisa menganggap ini sebagai kemungkinan baru, karena ia ingat bahwa ia membuat keributan besar ketika berusaha untuk melepaskan dirinya dari cengkeraman sang pembunuh itu.
Ia sudah menjatuhkan rak sebati berat yang terbuat dari besi yang pasti akan menyebabkan suara yang sangat berisik. Dan, itu tidak berlebihan untuk ia katakan bahwa suara itu pasti bergema di sepanjang lorong, karena ia juga mendengar suara berisik itu sejak awal dan ia merasa gendang telinganya saat itu merasa kesakitan karena suara keras yang ia sebabkan pada malam itu.