Gadis lajang berusia sembilan belas tahun dari keturunan kekaisaran Hoshiko. Juga seorang pendekar perempuan dan sekarang ia menginjakkan langkahnya keluar dari kampung halamannya. Berlari membelah pohon di bawah sengatan sinar matahari. Siapakah dia? Ya, itu adalah aku, Hara.
Langkah seiring waktu diriku berganti memijak atap-atap dan dahan pohon-pohon dengan baik.
Seekor roh burung hantu datang - mengikuti langkahku dan kemudian terbang di sampingku.
"Hai Chi, semalam kau kemana? aku mencarimu" tanyaku.
Grrr ... Grr ... (dari rumah pohon beringin)
"Ah mengerti."
Menuju barat melangkahkan hasrat untuk menyusul seseorang. Orang yang begitu berharga di kehidupan ku. Sahabatku sendiri, Matsu. Ia adalah sahabat masa kecilku. Dia juga seorang ksatria yang handal, lincah dan cerdik. Meski ia tak begitu kuat, namun tak banyak orang seperti dirinya.
Angin sepoi menggoyangkan dahan, langkahku berhenti melompat ke dahan lain. begitu juga Chi, ia berhenti terbang maju. Aku sedikit melihat ke bawah. Sebuah rumah pohon yg besar berdiri disana. Tak jauh dari tempatku berpijak.
"Chi, ada rumah disana. Mau beristirahat disana?"
"grr... (boleh juga)"
"Baiklah"
kami melangkah maju, berjalan rendah menuju rumah di depan. Aku meletakan kaki ku di lantai rumah itu. Suara decitan kayu mengganggu pendengaran, namun apa boleh buat, sepertinya ini tempat satu-satunya di hutan ini dan sepertinya masih kokoh walaupun seringkali keluar suara decitan-decitan kayu.
Aku tetap mencoba bersantai disana, mulai duduk bersandar di tembok, meluruskan kaki yang satu dan menekukkan lutut kaki yang satunya lagi.
"Hai Chi, kira-kira Matsu sudah berjalan sampai mana ya?"
"grr... grr... grr... grr.. (kita masih jauh dengannya)"
Aku menghela nafas - menengadahkan pandangan ke daun-daun dibawah langit biru. Aku juga melihat beberapa awan terbang melewati celah-celahnya, tanpa sadar, mata ku semakin menutup dan perlahan aku hilang kesadaran. "Aku ingin sekali bertemu dengannya lagi"
∆
Ruangan kosong, berlantai kayu. Gelap dan angin dingin menusuk bagaikan jarum. Yang kulihat dan yang kurasakan berbeda dari yang sebelumnya. Seingat ku, aku melihat langit yang cerah sebelumnya dan Chi berada disampingku. Namun kini semuanya terbalik. Gelap dan Chi menghilang entah kemana. Tiba-tiba aku melihat sebuah cahaya kecil seperti api lilin di ujung. Cahaya itu berjalan kian kemari. Semakin mendekat ke tempatku berpijak dan ketika jaraknya sekitar 28 langkah, ia menghilang secara tiba-tiba. Aku semakin penasaran terhadap cahaya tadi. Aku memutuskan untuk melangkah maju - menghampiri tempat api kecil itu menghilang, namun langkahku tiba-tiba terhenti ketika tubuhku membentur sesuatu. Aku merabanya dan ini adalah sebuah dinding. Aku merabanya lagi, tetapi ada satu lubang kecil seukuran ibu jari. Aku mencoba mengintip dari lubang tersebut, kemudian aku melihat dinding-dinding yang menyinari lorong dan ada banyak benda hitam menempel di dinding. Pertama kali aku beragumen, jika itu hanya noda yang menempel di dinding, namun kejadian aneh muncul setelahnya dan ku yakin, aku harus benar-benar menguatkan diri untuk melanjutkan perjalanan ini. Karena diriku sangat ingin bertemu Matsu, namun pertama kali melakukan perjalanan, aku malah terjebak di dalam dimensi yang tak aku kenal.