Selama pengenalan wali kelas berlangsung Ryu tidak terlalu fokus memperhatikan. Mirhan dan Arif yang menyadari perubahan sikap dari Ryu sejak pelajaran dimulai. Dia sangat ingin berbicara dengan Ryu saat ini untuk menanyakan sikap Ryu yang berubah.
Begitu pula dengan Heri yang juga lebih dulu menyadarinya, tapi dia lebih memilih diam. Selama pengenalan kelas mereka berempat sama sekali tidak fokus dalam mendengarkan. Hingga sampai jam istirahat Arif lalu mulai bertanya ke sahabatnya itu.
"Lo kenapa bro?" tanya Arif mendekati Ryu. "Soalnya gue liat dari mulai jam pengenalan lo kayak nggak fokus gitu," ungkapnya.
"Santai bro 'gak ada masalah apa-apa," jawab Ryu berusaha menutupi.
"Ternyata selain pakaian lo yang berantakan, cara lo berbohong juga berantakan," ucap Heri menanggapi jawaban Ryu. "Soalnya gue liat goblok banget lo saat penjelasan tadi, walaupun biasanya lebih goblok dari ini sih," ucapan Heri dengan jujur meski terdengar menyakitkan.
"Ada apa Yu?" tanya Mirhan ikut peduli ke sahabatnya.
"Serius, gue cuman gak enak badan aja kok…" jawab Ryu kembali berbohong.
"Eh lo masih nganggap kita temen gak sih?" tanya Arif sambil menarik kerah baju Ryu.
"Gue nganggap lo pada temen gue kok, tapi..." ucap Ryu menepi tangan Arif dari kerah bajunya. "Aaaaah...sial!…" akhirnya Ryu menyerah. "Nih…" sambil langsung menunjukan secarik kertas yang dia temukan di tasnya.
Mirhan mengambilnya lalu membacanya dengan serius. "Wah, Ini sih ancaman," ucapnya kemudian. "Gimana kalau kita melaporkan ini ke sekolah?" ucapnya memberikan saran.
"Percuma bro, memang lo pikir sekolah ini bakalan mengusut masalah kacangan seperti ini? paling mereka pikir ini hanya lelucon," jawab Heri dengan serius.
"Ya udah...kita labrak aja seisi sekolah ini, gimana?" ucap Arif yang mulai kesel.
"Yah… gue akui lo berani, tapi jangan konyol dong...kan kita gak tau siapa yang ngirim. Jangan sampe lo salah ngehajar orang, Rif..." ucap Heri mengomentari.
"Oh, kalo soal itu gue punya ide," ucap Ryu kemudian. Dia dari tadi sedang berpikir untuk menyusun rencana.
"Gimana? Gimana?" tanya Arif bersemangat.
"Tapi sebelumnya gue harus memancing tuh orang, buat nemuin gue," ucapnya dengan mantap.
Ryu kemudian memberitahukan sebuah rencana pada teman-temannya. Mereka semua setuju dengan rencana itu. Dia membagi tugas ke Arif, Mirhan, dan Heri. Mereka semua tersenyum menerima tugas yang Ryu berikan.
"Jadi gimana? Ok gak?" tanya Ryu kemudian setelah menjelaskan.
"Okeeey," ucap mereka serempak. Mereka melakukan tos dengan gaya salaman khusus.
Setelah istirahat Ryu ke kantin sendirian tidak ditemani teman-temannya. Dia mencari Rasya atau paling gak teman-temannya. Dia sempat kecewa setelah mendapati mereka semua ada di sana.
"Sorry gue ganggu, ada yang liat Rasya ga?" tanya Ryu pada kakak kelasnya yang berkumpul di sebuah meja.
"Oh…Rasya si Princess?..." tanya seorang cowok dengan mimik wajah merendahkan. "Dia jarang ngumpul di sini, biasanya mereka berkumpul di belakang gudang sebelah sana" ucapnya menjelaskan sambil menunjuk sebuah tempat Ryu bertemu Rasya.
"Oh...makasih…" ucap Ryu dengan sopan.
"Oh iya, Sebaiknya lo hati-hati ama Rasya, soalnya kalo lo berani deketin dia artinya lo udah siap buat dimanfaatin," ucap seorang cewek yang terlihat peduli dengan Ryu.
"Udahlah Helena...kita enggak perlu ikut campur urusan orang lain," ucap seorang yang Ryu tebak adalah teman cewek itu.
"Iya gue ngerti...tapi makasih ya udah ngingetin gue," ucap Ryu sambil tersenyum menanggapi ucapan tuh cowok. "oke gue bakalan hati-hati, gue cabut dulu ya?" ucapnya kemudian.
Ryu lalu meninggalkan mereka yang sedang bercanda di kantin. Dia sengaja berlagak mencari Rasya disana berharap orang yang mengancamnya melihat. Dia kemudian menuju tempatnya menemui Rasya tadi saat istirahat. Menelusuri deretan kelas yang berjejer. Di ujungnya terdapat sebuah gudang yang sudah tidak terpakai. Dia berjalan ke samping gudang menuju ke belakang gudang. Disana dia melihat Rasya dengan teman-temannya.
"Ryu…" ucap Rasya lalu berdiri menyambut Ryu.
"Gue pengen ngomong hal penting sama lo," ucap Ryu serius. Rasya memberi kode pada teman-temannya.
"Oke…" ucap seorang temannya sambil tersenyum dan mengedipkan mata, tapi mereka tidak pergi juga. Rasya lalu menatap kedua temannya dengan tajam. Itu cukup membuat mereka bersegera pergi meninggalkan tempat itu.
Setelah itu Rasya memulai pembicaraan dengan Ryu. "Jadi apa jawaban kamu?" tanya Rasya penasaran. "Kamu mau nerima aku jadi pacar kamu?" tanya Rasya mengulangi pertanyaannya saat tadi istirahat.
"Oke...gue terima…" ucap gue sambil tersenyum.
"Serius?..." tanya Rasya seolah tidak percaya apa yang dia dengar. Refleks dia langsung memeluk Ryu karena sangat senang mendapat jawaban dari Ryu.
"Kalau gitu gue pergi dulu ya?..." Ryu lalu pergi sambil mengusap kepala Rasya.
"Eh? K-ka-kamu mau kemana?" tanya Rasya kebingungan dengan Ryu yang terlihat acuh, semua ini tidak sesuai dengan rencananya. "Ka-kamu gak mau, n-nemenin aku?" tanyanya dengan suara agak memelas gaya cewek, terlihat sangat kecewa.
"Maaf gue punya urusan dengan teman gue, masalah sekolah," ucap Ryu berjalan perlahan pergi meninggalkan Rasya.
Rasya semakin bingung karena usahanya tidak berhasil menahan Ryu agar tetap di sana. "Yes...seperti yang gue rencanain…" ucap Ryu dengan bangga setelah merasa Rasya tidak melihatnya lagi.
***
Sepulang sekolah Ryu berjalan sendirian menuju asrama. Sedangkan teman-temannya sedang melakukan sesuatu yang sudah mereka rencanakan. Dia sempat berpapasan dengan Rasya dan teman-temannya lalu tersenyum. Rasya membalas senyuman Ryu sambil mengedipkan mata.
Dia kemudian berjalan meninggalkan sekolah dengan langkah santai. Setelah dia pikir jauh dari area sekolah dia mengambil sebatang rokok dan korek api. Dia berhenti sejenak untuk menyalakan sebatang rokok di sebuah lorong yang jarang dilewati murid maupun guru. Dia merokok di sana karena hanya tempat itu yang aman untuknya merokok tanpa ketahuan.
Tak lama kemudian selagi dia sedang merokok, datanglah beberapa siswa. Diperkirakan umur mereka setara dengan umur Arif. Ryu tetap acuh pada mereka yang dia pikir hanya ikut merokok bersamanya. Namun perkiraannya salah, sebab Siswa-siswa itu mengepungnya dari segala sudut.
Tepat di depan Ryu ada seorang siswa yang berperawakan tinggi, berkulit putih berambut pendek tapi agak dicat. Dia menatap Ryu dengan tatapan ingin memburu. Tangannya lalu mencengkram kerah baju Ryu dengan kasar.
"Gue sudah peringatkan lo, jangan pernah mendekati Rasya, tapi kenapa lo malah menemuinya lagi?..." ucapnya sembari akan mengayunkan tangannya akan memukul Ryu.
"Memangnya lo siapanya Rasya?" tanya Ryu meremehkan lawannya.
"Gue Dicky pacarnya Rasya," ucap Dicky dengan penuh emosi.
Dia mendaratkan pukulan ke perut Ryu. Seketika Ryu langsung tersungkur ke tanah. Rokok yang ada di tangan Ryu ikut terjatuh ke tanah. Teman-teman Dicky yang lain ikut menghajar Ryu dengan cara menendang ke arah tubuhnya.
Dicky kemudian memegang kerah baju Ryu berusaha memaksa untuk berdiri. Bibir Ryu mengeluarkan darah karena tendangan yang mengenai wajahnya. Melihat keadaan Ryu yang sudah dalam keadaan kalah Dicky tersenyum puas.
"Gue peringatkan ke lo, kalau lo deketin Rasya lagi, lo bakalan berurusan dengan gue," ucap Dicky sambil menepuk-nepuk pipi Ryu. Bukannya takut Ryu malah tersenyum lalu menertawakan Dicky.
"Apa yang lucu!..." teriak Dicky sambil terus mencengkram kerah baju lawannya.
Ryu lalu menunjuk sebuah sudut lorong yang ternyata sedang berdiri Arif, Heri, dan Mirhan yang sedang merekam video menggunakan handphone Symbiannya. "Sudah cukup Mir," ucap Arif sambil menepuk pundak Mirhan.
Ryu lalu menepis tangan Dicky dari kerah bajunya. Dia lalu menyalakan sebatang rokok di depan Dicky. Lalu mengepulkan asap rokok ke wajah Dicky.
"Hmph! Lo pikir gue memilih tempat ini buat apa coba?" tanya Ryu merasa sudah menang.
"Ya biar kami bisa ngirim rekaman video ini ke sekolah," ucap Mirhan sambil mengibaskan handphonenya. "dan kemungkinan kalian akan dikeluarkan dari sekolah," tambahnya mengancam.
"Atau bisa saja kami kirim sebagai barang bukti tindak pengeroyokan ke kantor polisi, kalian akan dikeluarkan dari sekolah dan ditahan di kantor polisi," ucap Heri ikut mengancam.
"Itu akan kami lakuin kalau lo berani gangguin kami," ucap Ryu meneruskan ucapan Heri. "Gak selamanya otot selalu menang, jangan meremehkan orang yang memiliki otak…" ucap Ryu sambil menunjuk-nunjuk kepalanya bagian samping di atas telinga.
"Oke…oke...gue ga bakalan lagi gangguin kalian lagi…" ucap salah satu dari teman Dicky. Disana wajah Dicky terlihat sangat kesal dipermainkan seperti ini.
Ryu, Arif, Mirhan, dan Heri meninggalkan Dicky dan teman-temannya. Terdengar sesuatu ditendang dengan sangat keras. Hari ini Ryu telah membuktikan otak berhasil mengalahkan otot dengan sangat telak.
Bersambung...