Chereads / The Epilogue of the Unbreakable Fate / Chapter 7 - JUMLAH TANGAN GARIS KETURUNAN UNTUK DIRAIH

Chapter 7 - JUMLAH TANGAN GARIS KETURUNAN UNTUK DIRAIH

Gang sepi sempit yang jauh dari keindahan, juga sedikit remang-remang. Di sana hanya terdapat Luna dan Alex; yang mana Luna sampai heran kenapa tidak ada orang lain yang lewat? Seolah tempat tersebut sengaja 'dibuat' hanya agar ada mereka berdua? Jangan katakan ini ulah Alex yang menggunakan sihir tertentu. Luna menolak melangkah mundur, tidak pula ia mengalihkan pandangan dari Alex yang nampak sedang berpikir. Haruskah Luna yang menyerang duluan? Akankah berakhir konyol seperti kejadian saat ia menyerang Leon?

Alex menghela napas panjang, melipat kedua tangannya di belakang kepala sembari menatap Luna dengan pandangan yang sulit Luna baca. Ucapan yang selanjutnya keluar dari bibir Alex lebih mencengangkan dari apapun yang pernah Luna dengan akhir-akhir in. Alex berkata dengan nada santainya, "Mama belum sadar juga ya? Leon dan aku adalah anak mama Luna dengan papa Ares. Lihat saja warna rambutku yang merah ini. Leon punya rambut putih dan kulit seputih itu karena dia terlahir sebagai albino."

Luna mematung beberapa detik, kemudian ia tertawa bagai mendengarkan bualan paling tidak masuk akal? Ini memang dunia novel dan sihir, namun bukankah ini 'twist' yang sudah cukup keterlaluan? Ia berhenti tertawa, tetap menatap Alex dengan curiga, bibirnya berucap, "Kau sungguh bekerja di sirkus sampai bisa membuat lelucon-. Tunggu….."

Luna membelalakkan mata keemasannya, baru menyadari bagaimana mungkin Alex bisa menemukan relasi antara dirinya dan Ares?! Bahkan hubungan mereka di dunia ini saja belum sempat terbangun. Siapa Alex dan Leon? Luna mendadak pusing sekilas. Ketika ia berusaha fokus lagi, kini ia mulai memperhatikan fisik dari Alex secara lebih teliti.

Ini mungkin hanya pengaruh ucapan dari Alex? Sebab bila dipikir-pikir hawa-hawa 'ketidakwajaran' dari cara Alex tersenyum-menyeringai itu sesekali mirip dengan Ares. Tidak hanya itu, sesekali Alex menatap kearah samping, lalu tertawa dan berbicara sendiri. Anak di depannya ini sungguh tidak wajar. Ketidakwajaran yang 'normal' dari darah keturunan De Jove; yang mana di bagian ini nampaknya Alex memiliki gangguan yang membuat ia berhalusinasi, di mana Alex terkadang melihat dan/atau mendengar hal yang seharusnya tidak ada.

Alex berucap lagi, tanpa memberikan jeda agar Luna mampu benar-benar memproses dan menanggapi segala yang baru dituangkan kepadanya. Alex nyengir dengan setengah paras bagai meminta maaf, "Maaf, Ma. Papa, Mama dan lainnya sering bilang kalau Daniel itu tidak nyata. Tapi dia nyata bagiku! Aku tidak selalu bisa mengabaikan saat dia berusaha berbicara padaku."

Luna masih belum bisa menentukan cara responnya lagi, tidak mudah menerima seseorang datang dan mengaku menjadi anaknya dan Ares, terlebih tingkah laku Alex sungguh tidak wajar. Bila pun benar ia adalah sosok seorang ibu, melihat anaknya mengalami 'gangguan' semacam ini tidaklah mudah. Tunggu-tunggu! Kenapa ia mulai mengandaikan dirinya sebagai ibu-nya Alex?!

Alex mengeluarkan helaian rambut berwarna putih dari sakunya, disusul ia menarik rambutnya sendiri hingga tercabut beberapa. Ia abaikan Luna yang makin nampak syok dan ngeri karena tingkahnya sebab bingung juga kenapa Luna tampak ngeri? Rambut-rambut ini dibutuhkan. Alex mengulurkan tangannya yang menggenggam rambut-rambut tersebut ke Luna, "Ambil ini, Mama. Yang helaian putih punya Leon si anak nakal. Mama ke penyihir atau pakai saja sihir yang bisa menunjukkan koneksi sedarah kami ke mama. Juga shhhh jangan kasih tahu Leon ya kalau aku membocorkan ini ke Mama."

Ada hal lain lagi yang sedari tadi Luna usaha sangkal; yaitu perasaan naif yang seolah membujuknya kalau Alex tidak berbahaya untuknya, perasaan sama yang ia rasakan ke Leon waktu itu. Luna menggigit bibir bawahnya tanda was-was dengan keadaan. Tangannya bagai punya nyawa sendiri, meraih helaian-helaian rambut yang Alex sodorkan padanya. Setelah helaian itu ada di genggamannya, Luna tidak tahu lagi harus apa.

"Yay! Aku tahu Mama pasti percaya padaku!" seru Alex kegirangan, menerjang Luna untuk memeluk Luna yang sedari tadi sudah ia panggil Mama. Teriakan kaget Luna pun ia abaikan, lebih memilih menikmati kehangatan yang lama ia rindukan.

"Mama, maaf ya kalau Max dan aku lahir seperti ini? Sebenarnya aku tidak tahu apa makna dalam dari 'ini' yang dimaksudkan orang-orang. Namun orang-orang banyak yang bilang kalau Max dan aku adalah produk gagal. Sedangkan Leon katanya jauh lebih baik dan lebih bisa diandalkan," lanjut Alex yang makin terdengar sedih dalam setiap katanya; juga terdengar bingung dan tertekan juga dengan keadaan. Alex di sini harusnya menjalankan misi, tetapi ia bingung harus apa. Bila terus-terusan bertanya ke Leon, ia merasa tidak enak hati. Kalau ke Mama mereka, Alex bisa lebih bebas sebab sang Mama biasanya sabar ke mereka, kan? Mama kan sangat menyayangi mereka!

Luna tahu hatinya haruslah kuat, serta ia tidak boleh mudah percaya dengan siapapun, tidak boleh juga dengan mudah membuka hati. Apa prinsip-prinsipnya kini sedang diuji? Maaf, sayangnya ia gagal di sini. Alex benar-benar berucap seolah Luna adalah Mama-nya. Perlahan Luna membalas pelukan Alex, mengangguk lalu membelai rambut merah Alex perlahan. Alex sungguh gudang kejutan, tiba-tiba menangis dipelukan Luna sembari memanggil-manggil 'Mama' dan 'Papa'; serta mengutarakan kalau Alex sangat merindukan ke duanya.

Berasal dari dunia modern, ditambah Luna yang sudah terbiasa dengan genre kisah fantasi; maka Luna menyusun praduganya. Ia berucap, "Alex dari masa depan, kah? Apa tidak apa-apa bila lama di sini? Atau Alex dari Alternative Universe lain? Kalau rindu dengan Mama dan Papa, kenapa Alex tidak pulang?"

Alex melepaskan pelukannya, menatap Luna dengan bingung sembari sedikit memiringkan kepalanya, "Pulang ke mana? Luna kan Mama-ku? Aku kan lahir dari rahim Mama?" Alex menatap ke arah samping lagi, berkata ke Daniel kalau Mama-nya sedang bingung.

"........" Di titik ini Luna tidak lagi bisa berkata-kata, terlebih Alex masih saja sempat mengajak bicara sosok Daniel yang sesungguhnya tidak nyata, tidak ada dan memang hanya halusinasi dari Alex saja.

Harusnya ada obat untuk mengurangi halusinasi, kan? Bila di perhatikan Alex nampak tidak terurus, jadi sepertinya ramuan/obat herbal untuk obat kejiwaan-nya juga tidak ada yang meminumkan? Leon sepertinya cukup sehat jiwa, kenapa tidak mengontrol kondisi Alex? Tunggu-tunggu! Ini kenapa Luna jadi perduli sejauh ini?! Belum tentu juga ucapan Alex benar perihal mereka adalah anak-anaknya. Ia lebih baik memastikan apa benar mereka anaknya dengan helaian rambut yang ia dapat; yang bila di dunia modern-nya dulu ini akan mirip seperti tes DNA.

"Mama! Ayo main sama Alex dan Daniel!" Alex menarik tangan kanan Luna, mengajaknya berlari dan baginya ini seolah main-main biasa. "Ayo main lari-lari dan balon juga nanti, Ma! Mama kan tidak sedang hamil juga jadi boleh dong main-main sampai capek!" ucap Alex dengan ceria dan santainya; tidak menahami Luna yang nampak bingung dan merona malu karena membayangkan dirinya yang hamil anak Ares.

***

Di jalanan yang cukup ramai penduduk kota, nampak Leon sedang melihat ke sana-sini; terlihat sedang mencari seseorang. Lebih tepatnya Leon sedang mencari Alex sembari menahan emosi marah. Ingin ia rasanya mengikat dan mengurung saudari-nya tersebut, di kurungan pribadi, bukan kurungan dalam sirkus. Bisa-bisanya Alex menghilang di saat seperti ini! Serta lagi dan lagi, Leon mendapati isi bubuk herbal obat untuk kondisi kejiwaan Alex masihlah penuh! Anak nakal itu mengingkari janji untuk minum obat herbalnya! Jangan katakan setelah ini Leon akan mendengarkan nama Daniel terucap dari bibir Alex; yang mana Daniel sungguh hanya produk halusinasi Alex semata.

Leon menggaruk kepalanya sendiri walau tidak gatal. Garukan yang kuat karena ia butuh melampiaskan rasa kesalnya. Dilanjutkan ia menggigit jempol jarinya sendiri, mempertimbangkan segala sesuatu. "Tidak apa. Alex tetaplah kuat. Dia pasti bisa jaga diri. Lebih baik aku segera melapor ke atasan sebelum 'Mana'-ku menipis lagi karena lelah," gumamnya yang diikuti helaan napas.

***

Di antara rimbunnya pepohonan, lebat-nya hutan, hingga sore hari seperti ini sudah nampak bagai malam; terdapat Logan yang sedang baringan di rerumputan, menunggu sosok Ares sang ayah-kakaknya kembali dari mencari makan di kota. Terselimuti bosan, mata Logan makin lama makin terlihat sayu tanda ia sedang mengantuk. Tanpa sengaja ia tertidur.

Sesekali Logan terbangun ketika jatuhnya air hujan lebat mengenai tubunya. Tanpa banyak berpikir, Logan menggunakan sihir yang bagai menciptakan balon udara; dengan Logan berada di dalam balon tersebut. Ia tidak lagi terkena air hujan; kondisi oksigen pun aman-aman saja dengan modifikasi sihirnya. Belum ada hasrat untuk bangun, ia kembali tertidur. Tertidur amat pulas sampai tidak menyadari adanya luapan air yang tinggi dari sungai yang berlokasikan dekat dengannya tiduran.

***

Megahnya bangunan rumah kumpulan De Hillary hampir mendekati megahnya istana di kerajaan. De Hillary terkenal sebagai darah keturunan penyihir dan penasehat hebat di kerajaan Esezar ini. Meski mereka sendiri adalah penyihir, mereka tetap memperkerjakan penyihir-penyihir lain. Beberapa tahun ini De Hillary diserahi kekuasaan penuh untuk mengurung satu monster yang mirip sekali dengan naga, namun monster tersebut memiliki enam sayap; yang mana biasanya naga-naga yang mereka pernah temui maksimal memiliki empat sayap. Bertahun-tahun mereka meneliti monster yang mereka sebut 'Black Dragon of Hell' tersebut. Namun sungguh sial di sore hujan lebat ini, sang naga yang selama ini tertidur karena sihir mereka pun terbangun dan sukses melepaskan diri dari rantai sihir!

Alan De Hillary terdiam mematung di posisinya. Tongkat sihirnya terbakar karena serangan sang naga, beruntung ia masih selamat. Ia menatap horror ketika naga tersebut terbang ke arah kota! Tidak hanya ini akan membahayakan orang-orang, nama De Hillary bisa tercoreng! Ia dan keluarganya bisa ditekan dan diancam kehormatannya oleh banyak pihak karena ini! Sebagai kepala keluarga De Hillary; ia harus melakukan tindakan cepat!

"Tangkap makhluk itu segera!" teriaknya pada para bawahannya.

***

Hujan masih turun dengan lebatnya, petir menyambar-nyambar serta langit berubah hitam bagai sudah malam. Ares sedang berlari cepat menuju hutan, menghemat 'Mana' sembari mengingat-ingat di tanggal ini biasanya ada bencana apa? Tidak ada ingatan yang jelas, pun tampaknya ingatan-nya tercampur-campur dengan bayangan bencana yang berbeda-beda. Mungkin tiap di tanggal ini akan ada bencana namun memang bencana di setiap kehidupan akan berbeda-beda? Ia tidak tahu pasti, yang jelas ia harus segera menemukan Logan; memastikan adiknya itu baik-baik saja.

Sesekali ia teringat dengan pertemuannya dengan Luna yang terasa mengecewakan tadi; tetapi ini bukan saatnya untuk memikirkan Luna. Luna akan baik-baik seja sebab ingatan dan perasaannya berkata tragedi musibah ini adalah salah satu tragedi besar di hidup Ares, bukan Luna. Arght! Oke, ia akan memastikan Luna baik-baik saja setelah ia yakin Logan dalam keadaan aman! Logan tidak pernah ada di kehidupan Ares sebelumnya; ia tidak bisa memprediksi Logan akan mati muda atau tidak. Berbeda dengan ia dan Luna; yang selalu kehilangan nyawa di usia dewasa.

Langkah Ares terhenti, bersamaan dengan warga kota yang mulai mengucapkan kata-kata penuh ketakutan dengan menunjuk ke arah langit. Ares menelan saliva-nya dengan berat; sama-sama mendengar suara raungan monster mengerikan. Ia mendongakkan kepalanya ke atas, melihat naga hitam besar sedang berterbangan di udara. Kenapa naga ini bersayap enam? Aneh sekali. Hasil eksperimen? Kelainan genetik? Jenis baru yang baru saja di temukan?

Ares juga menyadari terdapat beberapa penyihir yang mengejar naga tersebut, namun sekali semburan api hitam dari sang naga; banyak penyihir yang tumbang dan berjatuhan ke rumah-rumah warga. Naga itu terus terbang berputar-putar. Ketika naga tersebut berhenti, waktu itu juga luapan air sungai besar dan tinggi keluar dari area hutan; banjir besar tiba-tiba. Kengerian makin terasa mencekam.

".....???!!!!" Ares menatap luapan air tersebut; ia menggunakan sihirnya untuk melayang di udara, hendak meraih Logan yang nampak tertidur pulas di dalam gelembung sihir dan ikut terbawa derasnya air. Bisa-bisanya anak itu tidur pulas di saat kondisi begini?! Ares melesat cepat ke arah Logan; namun takdir punya jalannya sendiri.

Raungan naga terdengar lagi, lebih keras dan lebih dekat. Beberapa meter lagi Ares akan mampu meraih Logan sang adik; namun gerakan naga tersebut lebih cepat dalam menyambar dan menggigit balon sihir Logan hingga rusak. Ares sendiri terdorong mundur karena kuatnya angin ketika naga tersebut melesat ke arah Logan. Tubuh Ares jatuh ke banjiran arus air, yang selanjutnya badannya terhempas kuat ke dinding rumah salah satu warga. Teriakan ketakutan serta horror ditambah bisingnya suara warga dalam upaya menyelamatkan diri pun makin membuat telinga Ares terasa sakit.

"....Tuhan....," Ares memegangi pilar terdekat agar tidak terbawa banjir, pandangannya menata horror ke atas; menatap Logan yang berteriak kaget dengan kondisinya yang berada di mulut naga. Perasaan Ares campur aduk. Terdominasi oleh rasa khawatirnya ke Logan, namun di sisi lain ia ingin tertawa melihat Logan yang bisa-bisanya baru terbangun sekarang. Adiknya tadi pingsan atau tidur atau terkena sihir putri tidur?! Ini lebih dari kata parah.

"Punya adik begini amat ya," gumam Ares, dalam batinnya lebih tenang ketika ia mulai bisa menganalisa keadaan; yang mana ia yakin kalau minimal adiknya bisa menyelamatkan diri karena sudah terbangun. Ia sendiri masih mengatur strategi untuk mendekati sang naga; termasuk menyadari kalau area ini sudah di kepung oleh para prajurit dan penyihir istana.

[.....Tapi perasaan tidak nyaman apa ini?] batin Ares, yang entah kenapa ia merasakan perasaan janggal saat menatap mata merah besar sang naga. Ia bahkan tidak mengenal naga tersebut. Puluhan kali ia mati di dunia novel bajingan ini, namun ia yakin kalau ia tidak pernah memiliki kedekatan dengan naga manapun.

***

Gendang telinga Logan terasa sakit karena raungan naga yang begitu keras dan kuat. Tidak terbayangkan ia akan bangun di situasi seperti ini. Ia menggigit erat bibir bawahnya sendiri hingga berdarah, menahan gejolak emosi sebab ia bisa merasakan raungan 'naga ini' terdengar seperti teriakan pilu meminta pertolongan. Tubuh Logan gemetar; bukan karena takut, namun rasa iba pada sang naga, termasuk rasa amarah pada siapapun yang membuat naga ini merasakan penderitaan. Amarah yang tinggi, bagai setiap sel dalam tubuh Logan terbakar oleh murka. Ia ingin balas dendam tapi ke siapa? Ia tidak bisa benar-benar membaca atau mengerti bahasa naga. Tidak tahu kenapa, amarah ini begitu besar sampai Logan terlupa memikirkan keadaan Ares sang ayah; seolah pikirannya dikendalikan demi kepentingan sang naga.

"…..Oke. Siapa yang harus kuhabisi terlebih dahulu?" Logan mengatur posisinya agar ia bisa berdiri di sela-sela gigi raksasa sang naga. Lengket dan menjijikkan, namun ia tidak banyak pilihan. Ketika ia mampu berdiri sembari berpegangan pada salah satu gigi sang naga, tanpa sengaja penutup mata-nya jatuh; memperlihatkan iris mata kehijauan serta pupil runcing khas keluarga kerajaan atau khas De Jove.

Bagai mengerti bahasa yang diucapkan oleh Logan; sang naga makin meraung dengan raungan penuh amarah, dengan tatapan tajam sang naga terarah ke golongan bawahan De Hillary daripada ke para prajurit kerajaan. Logan, sembari menahan sakit di telinga, entah bagaimana juga mengerti kiranya siapa yang tengan naga tersebut tunjuk. Ada apa ini? Apa naga ini mampu mempengaruhi pikirannya atau mereka sedang kontak batin?

***

Bersambung