Mereka lalu pulang dengan kepala keluarga yang pergi selama 6 bulan. Munculnya mereka ditengah-tengah pengunjung bandara, membuat visual mereka sangat kuat melekat dikepala mereka. Apalagi sang ayah yang mempunyai wajah yang sangat meresahkan jiwa kaum hawa. Lalu mereka pulang dengan mobil. Kini, yang mengendarai bukan ibunya lagi. Melainkan ayahnya yang baru saja pulang dari Papua. Dalam perjalanan, mereka berbincang-bincang terkait pekerjaan ayahnya Risu selama dibandara. Sementara Risu sibuk dengan ponselnya. Dia sedang chattingan bersama dengan teman
sekelompoknya untuk tugas fotografi.
"Yanda:
Ya udah jadi kapan kita foto-foto bareng"
"Iqra:
Gimana kalau kita foto di Pauh Pariaman?"
"Risu:
Gak usah di pantai Tiram aja. Bagus tuh pemandangannya"
"Yanda:
Benar juga pantai Tiram aja. Spot disana bagus-bagus"
"Iqra:
Boleh juga, nanti pas kita dari sana besoknya kita ke Ulak-an yok"
"Risu:
Bagus juga itu. Disana pantainya bersih. Nah untuk selanjutnya kita Ke Manjuto Beach."
"Iqra:
Manjuto?"
"Risu:
Ia. Disana itu pantainya bersih banget"
"Yanda:
Bukannya itu jauh banget ya? Kan ditarusan"
"Risu:
Aku rencana mau ngajak yang lainnya kalau bisa"
"Yanda:
siip dah kalau gitu. Nanti aku ajak yang lain buat tugas disana"
Ketika ia sedang chattingan, tiba-tiba sang ayah bertanya kepada Risu.
"Kamu sedang chattingan dengan pacar kamu?" Tanya ayahnya sambil tersenyum.
"Enggak? Ini aku lagi chattingan sama teman sekelompok buat tugas fotografi."
"Spot yang bagus buat ambil gambar itu di Batusangkar. Itu banyak area perbukitannya keren banget" kata sang ibu mencoba mengusulkan.
"Batusangkar dimananya?"
"Itu dekat Lima Kaum. Nanti kapan-kapan papa ajak kesana nginap di villa om kamu." Kata ayahnya yang kebetulan punya saudara di Batusangkar.
"Nanti malam aku mau ngeliat randai boleh nggak pa, ma?"
"Boleh. Kebetulan mama nyuruh kamu buat ngantar snack kesana" Ujar sang ibu.
"Kapan memangnya?" Kata papanya.
"Nanti malam. Katanya kaba yang dibawa adalah siti Baheram"
Sang ayah teringat masa-masa dimana dia menjadi anggota randai. Saat itu, dia tidak ada masalah apa-apa ketika sedang latihan. Namun, saat dia memulai untuk mengatur gerakan. Matanya tidak sengaja melihat wajah seorang wanita cantik memakai baju batabua. Wanita itu awalnya berwajah cantik. Tapi entah kenapa wanita itu berubah menjadi menyeramkan ketika ia mendengar aba-aba. Sampai-sampai wanita itu menyerangnya dengan melewatinya untuk menembusnya.
"Biar papa aja yang ngantarin" kata ayahnya. Akhirnya Risu tidak jadi mengantarkan makanannya. Ia jadi senang. Perjalanan lumayan jauh. Namun karena perbincangan hangat keluarga, akhirnya sampai juga beberapa saat kemudian. Risu dan Ibunya turun dari mobil. Risu masih sibuk memegang ponsel. Dia pasang foto ayahnya di story WA-nya, karena ia senang ayahnya sudah pulang. Ketika ia pasang story WA, Yanda kemudian mengirim pesan WA bertubi-tubi.
"Ris itu siapa? Pacar kamu?" tanya Yanda dalam pesan WA-nya.
"Kamu udah punya pacar ya? Pacar kamu ganteng ya?" Ujar Yanda dalam pesan tersebut.
"Ini papa aku" Risu membalasnya. Dia kemudian memasukan ponselnya dalam tas. Yanda bertanya seperti itu seolah-olah dia takut pacarnya selingkuh. Kemudian masuk kedalam rumah mengganti pakaian, karena seragamnya belum diganti. Ia masuk sambil membantu ayahnya membawa barang-barang seperti kumpulan oleh-oleh dari Papua. Setelah ia masuk, ia menaruhnya diatas sofa. kemudian ia tertidur karena capek.
Saat dia tertidur, ia terbangun disebuah tempat yang kejadiannya pada malam hari. Sekelilingnya banyak sekali rumah gadang yang berdiri dengan suku yang mereka pegang. Suasanya sangat mencekam. Serasa ada suara harimau dan binatang lain seperti seekor burung gagak yang memakak diatas udara. Membuat Risu menutup telinganya. Tiba-tiba ia melihat seorang perempuan berjalan sendirian dimalam itu. Risu mengikutinya secara diam-diam kemana perempuan itu pergi. Dia memakai baju batabua dengan sejumlah perhiasan yang melekat ditangannya, dia berjalan sendirian tanpa ada yang mendampingi.
Baginya, perempuan itu sangat berani jalan sendirian. Biasanya dimalam mencekam seperti ini perempuan itu ditemani oleh mahramnya. Namun perempuan ini nekat berjalan ditengah malam.
"Siapa itu?" Tanya Risu. Dia berusaha jalan sembunyi-sembunyi mengikuti perempuan itu. Ada 2 orang pemuda datang membawa senjata tajam. Wanita yang ia lihat dirampok semua perhiasannya, kemudian perempuan itu ditikam berkali-kali. Risu berusaha teriak, namun anehnya suaranya hilang. Pemuda-pemuda merampas semua apa yang terpakai oleh wanita itu kecuali pakaian yang ia kenakan. Disana, wanita itu tewas. Risu mendekatinya. Ia melihat siapa wanita yang dibunuh itu. Alangkah terkejutnya ia, perempuan yang terbunuh itu adalah seorang wanita yang selalu mengikutinya.
Dan Risu tersentak ketika kumandang azan zuhur telah masuk kedalam kupingnya. Ia kemudian mencuci muka. Ia kemudian kekamar mandi mengambil air wudhu. Pertama ia berjalan menuju dapur.
"Mama? Papa mana?"
"Oh, Papa dia barusa mau kelapau"
"Oh... aku mau solat dulu. Mama gak solat?"
"Mama lagi haid"
Risu kemudian masuk kedalam kamar mandi dan menguncinya. Keadaannya masih mengantuk. Orang bilang nyawanya masih belum terkumpul. Ia mengambil wudhu dalam keadaan mata masih tertutup. Sebelum Wudhu ia buang air kecil, ia mulai membuka resleting roknya namun saat mau dibuka ia merasakan hawa aneh yang ada didalam kamar mandi.
"Risu....." Ia mendengar suara seorang wanita didalam kamar mandi. Ia tak tau sumber suara itu berasal dari mana.
"Risu... Baoknyo pulang( Risu... bawa dia pulang)"
Risu mencari sumber suara itu. Ia membuka pintu kamar mandi namun mendadak terkunci. Ia bingung dan memanggil mamanya.
"Ma....bukain pintu"
"Risu....Baoknyo pulang, tampeknyo ndak disiko do (Risu bawa dia pulang, tempatnya tidak disini)"
Risu mulai ketakutan. Dia menoleh kebelakang. Ia melihat seorang wanita memakai baju batabua, dengan wajahnya yang sangat pucat serta perutnya yang mulai berulat membuat Risu takut. Dia mencoba untuk tenang.
"Risu... baoknyo baliak ( Risu bawa dia kembali)"
Perempuan itu menghilang bagaikan serpihan debu. Jantungnya serasa mau copot. Siapa itu? Siapa itu sebenarnya? Saat ia mengalami kejadian itu, sang ibu dan ayah menggedor-gedor pintu.
"Ris...lai ndak baa kan?( Ris .... gak apa-apakan?)" Suara ayahnya terdengar. Ia kemudian mencoba membuka pintunya. Ternyata pintunya bisa terbuka kembali. Ia membukanya sedikit saja.
"Nggak apa-apa mah-pah. Aku ambil wudhu dulu" Risu menuntup pintu kamar mandi kembali.
Ia masih menganggap bahwa jiwa perempuan itu seperti tidak. Siapa yang harus dibawak pulang? Apa maksudnya? Daripada ambil pusing, ia kemudian melanjutkan aktivitasnya yaitu buang air kecil beberapa saat. Selanjutnya ia mengambil air wudhu.