Risu dan kawan-kawannya kemudian kembali menuju rumah. Kebetulan arah rumah mereka searah. Nisa kearah desa Toboh Balabah, sementara Monra dan Risu terus menyebrangi rel kereta api, kemudian jalan terus sampai mereka bertemu sebuah musholla. Lalu mereka belok kiri dan sedikit belok kekanan. Jalan terus kedepan hingga menemukan jalan 4 simpang disekitar area wilayah Desa Marabau. Mereka memilih lurus karena itu arah menuju Pasailalang wilayah SMKN 4 Pariaman.
Wilayah Pasailalang awalnya banyak area persawahan. Selanjutnya akan ditemukan banyak pepohonan dan rimbun dan pondok-pondok kecil yang digunakan untuk berteduh, atau tempat nongkrong anak laki-laki kalau mereka ingin bermain gitar atau merokok bersama. Banyak parak kosong yang ditemukan serta pepohonan yang tersusun rapi, seperti pohon-pohon yang ada difilm-film Korea. Hanya pohon yang ditanam bukanlah pohon-pohon seperti bunga sakura. Namun tetap indah dipandang.
Sebelum ada perbaikan, jika ada motor lewat pasti akan ada sensasi seperti orang yang menggelinding. Jalan yang sedikit bergelombang, dan lampu-lampu jalan dulu tidak terpasang. Makanya disana dulu gelap gulita kalau dilewati pada malam hari.
Sehingga mereka tidak menyadari bahwa mereka sudah sampai di area sekolah mereka
Disana, mereka melihat teman-teman mereka yang latihan randai membawa salah satu alat musik tradisional. Anak laki-lakinya memikul sebuah benda yang disebut dengan Ganda ng Tasa yang diangkut kedalam mobil pick up. Mau kemana mereka?
Mereka tak menghiraukan anak-anak randai itu. Mereka berdua hanya fokus menuju kerumah. Monra menghantarkannya kerumah Risu. Lalu setelahnya gadis itu balik kerumahnya.
Setelah sampai dirumah, Risu kemudian masuk kedalam rumah. Seperti biasa para karyawan mamanya sibuk membuat kue. Tapi mereka semua membungkus kue-kue itu kedalam sebuah kotak.
"Assalamualaikum" Sapa Risu kepada mereka.
"Walaikumsalam"
Ada kue talam, risole, dadar gulung, dan agar-agar.
"Banyak banget. Pesanan siapa?" Tanya Risu.
"Ini, guru seni disekolah dik Risu datang kesini mau pesan kue. Katanya nanti malam mereka bakal tampil latihan dekat area sekitar depan pos ronda"
"Oh, jam berapa?"
"Jam setelah solat Maghrib"
"Risu"
Saat ia sedang berbincang-bincang dengan karyawan ibunya, bosnya datang dengan wajah sumringah.
"Ris....temanin mama ke BIM"
Risu bingung, ke BIM? BIM adalah Bandara Internasional Minang kabau.
"Ngapain kesana mah?" Tanya Risu.
"Papa kamu mau pulang. Ayo cepetan"
Risu terpaksa tidak mengganti bajunya. Mamanya kemudian membuka pintu bagasi. Yah, sang ibu ingin berangkat kesana dengan menggunakan mobil.
"Ayo Ris."
"Ia mah sabar, keluarin mobilnya dulu mah"
"ia yah mama lupa"
Sang ibu kemudian masuk kedalam mobil. Kemudian menghidupkan mesinnya. Disaat itu tiba-tiba ponselnya berdering. Ia mengecheck ternyata ada nomor telvon yang tidak dikenal. Risu mengangkatnya.
"Assalamualaikum, ini siapa?"
"Walaikumsalam calon istri"
Baru kenal sudah dibilang calon istri. Risu bingung. Tapi dari suaranya sepertinya ia kenal.
"Akhirnya aku dapat juga nomor kamu" ujar cowok itu. Risu mencoba mengingat suara ini. Setelah diteliti, ternyata ini adalah suara dari orang yang menjengkelkan.
"Yanda?!! Calon istri .... gigimu!"
"Heh jangan marah gitu dong santai. Oh ya kapan kita ngerjain tugas fotografi?"
"Tunggu! bentar cari tempat yang bagus dulu."
"Ok sip!"
" Kamu ganti nomor ya Yan?"
"Nomor aku ada dua. Ya udah aku latihan lagi"
"Ya udah, aku juga mau pergi"
"Pergi kemana?"
Yanda benar-benar cerewet. Seperti menanyakan sesuatu kepada pacarnya. Padahal mamanya sudah mengklakson mobil dari tadi yang tanpa sadar sudah berada diluar, dan ia tiba-tiba melihat karyawan ibunya membukakan pintu. Sejak kapan?
"Loh kak Yeni"
"Risu dipanggil gak dengar, makanya kakak bukain" kata Kak Yeni.
"Terimakasih kak Yeni"
Risu kemudian keluar dari area rumahnya, lalu setelah keluar pintu pagar ditutup. Gadis cantik nan sederhana itu masuk kedalam mobil, tapi ia minta maaf kepada mamanya yang menjadi supir.
"Maaf ya mah tadi Risu gak dengar"
"Ya gak apa-apa. Masuk gih"
"Ia mah"
Gadis itu membukakan pintunya. Setelah itu masuk ke bangku paling belakang. Selanjutnya ia tutup, kemudian berangkatlah mereka. Pertelevonan belum putus.
"Ya udah nanti telvon lagi ya Yan, aku mau pergi dulu sama mamaku ke BIM mau jemput papa"
"Oh ya udah hati-hati dijalan ya?"
"Makasih yan. Assalamualaikum"