***
Illa memaksakan diri untuk sekolah, meskipun luka-lukanya belum pulih sepenuhnya. Ia merasa telah cukup beristirahat selama 5 hari.Entah mengapa, hari ini ia menjadi sorotan di sekolahnya. Semua pasang mata tertuju kepada Ila ketika memasuki gerbang sekolah. Padahal biasanya tidak, lebih tepatnya semuanya cuek dan bodo amat.
"Kenapa aku menjadi sorotan banyak orang?" Ila benar-benar tak mengerti.
Akan tetapi, jujur saja ia merasa terganggu dengan para siswa-siswi yang memandanginya dengan tatapan terbilang penasaran mungkin?
Samar-samar ia mendengar percakapan beberapa siswi yang terkenal sebagai penghasil handal.
"Eh, itu anak yang kemarin bantai kakak kelas gak sih? Kok beda banget ya?"
"Kayaknya iya deh, kok sekarang dia keliatan kayak pendiem gitu. Padahal waktu itu keliatan sangar."
"Jangan-jangan yang kemarin cuma cari perhatian lagi? Wah, kalo gini auto dibantai sama kakak kelas sih."
"Ckckck … ya, coba kita lihat nanti."
"Anak sok-sokkan doang juga. Cih, paling cuma caper doang."
Ila yang mendengar percakapan mereka semakin tidak mengerti. Ila membantai kakak kelas? Sebuah hal yang sangat tidak mungkin alias mustahil untuk dilakukannya.
"Sebenarnya apa yang terjadi?"
Ila berpikir keras sebenarnya apa yang mereka maksud. Menurutnya, pasti ada kesalahpahaman di sini. Seorang Ila tidak akan membuat onar seperti itu. Sudah ciut duluan nyalinya.
Ketika sedang bergelut dengan pikirannya sendiri. Tiba-tiba ada seseorang yang menarik tangannya. Lantas ia pun terkejut, begitu menoleh ia melihat orang yang benar-benar ia hindari selama ini.
"Berani sekali kamu melawanku kemarin!"
PLAK!
Tamparan keras di pipi kanannya, membuat Ila shock. Ila masih tidak mengerti apa yang telah terjadi. Mengapa dia melakukan hal ini.
"BERANI SEKALI KAU KEMARIN MEMPERMALUKANKU HAH?! ANAK GA TAHU DIRI!"
BUAGH!
Perempuan itu menendang perut Ila dengan sangat keras. Ila jatuh tersungkur dan langsung muntah darah. Luka yang kemarin belum sembuh, tapi sudah tambah lagi. Tidak hanya itu, bahkan mereka mulai menginjak-injak kepala Ila.
Menangis, hanya itu yang bisa ia lakukan untuk saat ini. Ila bingung, kenapa dirinya harus mendapatkan perlakuan seperti ini.
"MAKAN TUH! AWAS KALO SAMPE TUH MUKA MUNCUL DIHADAPANKU LAGI. GA AKAN KU KASIH AMPUN!"
Ia hanya bisa menangis tak melakukan perlawanan sama sekali. Ditambah lagi, lukanya semakin parah. Ia berusaha berdiri dengan sempoyongan, tujuannya hanya satu, yaitu UKS. Setidaknya di sana ia bisa menenangkan diri. Akan tetapi, tubuhnya tak kuat, ia pingsan di tengah lapangan.
Meskipun pingsan, tak ada yang membantunya sama sekali. Hingga seorang guru datang dan menolong Ila.
***
Di dalam sebuah ruangan yang gelap, ia menangis. Dikunci di sebuah gudang penyimpanan benar-benar ketakutan terbesarnya.
"Tolong aku! Siapapun tolong aku! Bebaskan aku dari sini! Apa salahku?! Apa salahku?!"
Jeritan yang benar-benar menyayat hati, anak kecil itu hanya bisa menjerit dan menangis. Berharap ada seseorang yang menolongnya.
Secara tiba-tiba pintu gudang sedikit terbuka, seseorang mengulurkan tangannya. Seolah mencoba menggapai gadis kecil itu. Sontak anak itu langsung menerima uluran tangan misterius itu. Lalu ia pun ditarik keluar. Saat itulah, ia mendengar sebuah bisikkan.
"Kamu gadis kuat ga boleh menangis. Kenapa kau harus menangis? Lawan saja mereka, kalau perlu kau bunuh."
"Kalau tak sanggup, biar aku saja yang melakukannya," lanjutnya.
Gadis kecil itu melihat sebuah senyuman mengerikan di wajah orang yang telah menolongnya.
"Siapa kamu?"
"Aku? Kamu mau tahu jawabannya? Coba temukan sendiri hihihi…."
"Terkadang manusia itu, sok baik, sok peduli. Padahal nyatanya, mereka hanya memanfaatkan. Semuanya hanya saling memanfaatkan. Tidak ada yang benar-benar baik. Tidak ada yang benar-benar tulus. Itulah manusia sekarang. Satu hal lagi, ciri khas mereka adalah suka sekali bersilat lidah."
Gadis kecil itu tampak tidak terima dengan kalimat yang dilontarkan oleh cowok misterius itu. Ia pun menyangkalnya. "Tidak semuanya seperti itu! Pasti ada yang benar-benar baik. Aku percaya itu!"
"Memang ada, sayangku, namun hanya 10% di dunia ini, " ucap cowok itu.
Ia tampak kesal dengan ucapan yang dilontarkan cowok itu. Meskipun yang dikatakannya mungkin benar.
Cowok itu mengelus pucuk kepalanya. Lalu bertanya,"Apakah kau suka permainan?"
"Permainan? Aku suka. Tapi permainan apa?" jawabnya dengan tatapan polos. Sesaat cowok itu tertawa terbahak-bahak.
"Nama permainan ini disebut 'Guess Who I Am', artinya Tebak Siapa Aku?"
"Wah, kayaknya seru!"
"Seru dong!"
"Kalau begitu, sekarang tidurlah. Kau pasti lelah." Ajaibnya, gadis kecil itu langsung tertidur setelah dia menyelesaikan kalimatnya.
***
Ketika terbangun, Illa mendapati ia berada di ruangan serba putih. Ia merasa berada di rumah sakit atau mungkin UKS. Seingatnya, ia jatuh pingsan di lapangan sekolah.
"Bagaimana perasaanmu?" Ila dikejutkan dengan kehadiran seorang wanita yang berpakaian seperti suster di rumah sakit.
"Eh, ini di mana ya?" tanya Ila karena masih bingung.
"Ini di rumah sakit. Aku mengagetkanku tadi ya? Maaf ya?"
"Ah, tidak apa-apa. Tapi bagaimana aku bisa berada di rumah sakit?"
"Pihak dari sekolahmu yang membawamu ke sini. Ohya, bagaimana perasaanmu? Masih ada yang sakit?"
"Kepalaku hanya sedikit pusing. Sisanya tidak ada masalah."
"Baiklah kalau begitu, ohya, ini makananmu. Aku akan menaruhnya di sini." Ila baru sadar kalau sejak tadi suster tersebut membawa nampan makanan.
"Baiklah terima kasih, Suster."
"Sama-sama, Sayang. Beristirahatlah."
Sepergian suster itu, Ila merenungkan mimpi yang ia alami ketika tak sadarkan diri. Ia memang tak ingat semuanya, akan tetapi ia ingat sebuah permainan yang masih terngiang-ngiang dipikirannya.
"Guess Who am I? Apa maksudnya? Kenapa aku merasa ada yang tidak beres?" Ila berpikir keras, berusaha mengingat kepingan mimpi yang lainnya.
"Ah, sial! Kok gak ingat sih. Aku hanya ingat nama permainan itu." Ila benar-benar kesal kenapa ingatannya sangat pendek sekali.
Ila melirik makanan yang ada di sebelahnya. Ia baru sadar kalau dirinya sudah sangat lapar. Terbukti dengan suara perutnya yang mengaum secara tiba-tiba.
"Ya makan ajalah, enak gak enak ini tuh rejeki. Makanan gak boleh dibuang," ucapnya lalu mengambil nampan itu.
BRAK!
Baru saja mau makan, Ila sudah dikejutkan dengan suara pintu yang terkesan dibuka kasar. Terlihat di sana berdiri sosok yang sangat tidak diinginkan.
Siapa lagi kalau bukan 'orang itu'.
"DASAR BEBAN, KAMU NGAPAIN DI RUMAH SAKIT HAH?! IKUT PULANG SEKARANG!" pekik orang itu.
Di saat yang sama datanglah 2 satpam. Mereka mencoba membawa 'orang itu' pergi dari rumah sakit. Entah mengapa, Ila merasa puas dengan hal itu.
"Maafkan orang ini ya, Mbak. Kami akan membawanya pergi, " ucap satpam yang memakai kacamata.
Ila hanya mengangguk sembari tersenyum. Melihat ekspresi Ila yang seperti itu, membuat 'orang itu' semakin kepanasan dan murka. Ia mencoba berontak.
"ANAK SIALAN! AKAN KUBUNUH KAU!"
*
*
"Masih belum kapok kau, Tua Bangka?"