Rasya makin merasa aneh saja, lebih aneh lagi dia merasa bahwa harus menjawab pertanyaan ini. Sebetulnya agak lucu juga, di pertemuan pertama sudah bertanya sebanyak ini. Dikiranya Rasya anak efbe yang menggunakan 'p' untuk menyapa?
Meskipun dia memang mantan anak efbe juga sih. Ah, biarlah dia terus-menerus menjawab. Toh Rasya yakin kalau dia tak akan dirugikan hanya karena masalah seperti ini.
"Ayah sudah meninggal, dua tahun yang lalu dan sekarang saya hanya hidup bersama dengan ibu dan seorang adik, untuk ibu ... kebetulan juga sedang dirawat di rumah sakit saat ini," lirihnya.
Raut wajah Rasya berubah drastis setelah menjawab pertanyaan itu. Meski ayahnya sudah lama meninggalkan dirinya, tapi entah mengapa rasanya dia benar-benar masih belum rela apalagi ketika mendengar orang lain menanyakan perihal sang ayah.
Sebetulnya aku lebih tak rela dengan fakta bahwa ayah diam-diam bermain judi bahkan meninggalkan hutang sebanyak ini untuk kami, gumam Rasya dalam hati.
Semua kenangan, kesedihan di masa lalu muncul menjadi satu, tetapi rasa kesalnya karena harus mencicil semua hutang yang bahkan ia tak tahu wujud uangnya membuat Rasya benar-benar ... sial! Kenapa harus finansial? Rasya lebih suka saat ada seorang bayi dan mengaku sebagai adiknya.
Tetapi dia bukan sang maha kuasa yang bisa mendatangkan seseorang tanpa ada asal-usulnya. Ya sudahlah, menyesalinya tak ada guna, yang penting mencicil hutang kan ya?
Jiwon terlihat iba, mendengar sekilas cerita hidup gadis yang ada di hadapannya kini. Tetapi dia tampak sedang menyembunyikan sesuatu.
"Saya ada satu tawaran menarik untukmu ...."
Rasya mengernyitkan dahi, mendengar ucapan yang baru saja dia dengar. Makin aneh lagi ini, baru pertama kali Rasya bertemu dengan seseorang yang berani mengajukan penawaran bahkan belum saling mengenal satu sama lain.
"Tawaran?" beonya.
"Ya, kamu bahkan tidak perlu bersusah payah bekerja seperti ini lagi, untuk membayar kuliah dan pengobatan ibumu," jelasnya.
Orang baru yang bahkan memikirkan bagaimana kehidupannya. Rasya merasa terharu, tapi akhir-akhir ini dia dididik sang ibu untuk tak mudah mempercayai orang lain bahkan keluarga sendirian. Sang ayah telah mengajarkannya tanpa sadar.
"Maaf sebelumnya, tapi tawaran yang Tuan maksud itu seperti apa?" Rasya benar-benar tak mengerti dengan ucapan dan perilaku Jiwon padanya.
"Oh, kita belum kenalan secara resmi, ya? Saya Kang Jiwon, kamu?"
"Saya Rasya," ucapnya sambil berjabat tangan dengan lelaki itu.
Ahahaha, setelah mengobrol sebanyak itu bagaimana bisa laki-laki ini yak sadar belum berkenalan dengan resmi? Entah kenapa Rasya merasa makin menaruh rasa curiganya, tetapi jika masalah uang bisakah dia menolak tawaran yang ada?
"Jadi, begini saya bisa lihat bagaimana perlakuan Lee Soo ke kamu, dan saya merasa iba melihatnya, jadi saya berniat membantu kamu," jelasnya kembali.
"Iya Tuan, tapi bantuan yang Anda maksud tadi seperti apa? Maaf, saya masih tidak paham ...." Rasya akan terus bertanya sambil mengawasi ekpresi pria ini.
Barang kali minatnya di bidang psikologi akan membantunya saat ini. Hidup tak ada yang semudah itu bukan? Kita harus melewati segala proses sambil membaca gerak-gerik wajah mereka. Dengan demikian kita bisa membuat perubahan untuk diri sendiri.
"Saya penuhi semua kebutuhan kamu, berapa pun itu asalkan kamu mau menjadi perawat untuk ibu saya," jelasnya.
"Perawat? Ta-tapi ...."
Brakkk!!!
Soo datang tiba-tiba mendorong tubuh lelaki yang tadinya berdiri di depan Rasya, begitu kencangnya sampai membuat lelaki itu terjatuh di lantai. Nafasnya tampak terengah-engah mungkin karena baru menyelesaikan konsernya.
"Tuan!" seru Rasya yang tak ingin melibatkan diri dengan masalah.
Sudah cukup banyak masalahanya jadi tolong tak usah ditambah! Dan juga, meskipun menjadi perawat sebetulnya dia lebih suka tawaran itu. Bukankah titel 'perawat' jauh lebih baik dari 'babu' ya?
"Apa? Berani kamu membentak saya? Dengar ya, Jiwon! Aku pikir masih ada banyak orang yang membutuhkan tawaranmu itu, jadi jangan racuni Rasya dengan pikiran licikmu itu sialan!" bentaknya.
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません もうこの小説は続きません
"Aku tidak meracuni dia dan hanya berniat untuk membantunya saja, supaya tidak tertekan karena sikapmu yang arogan dan egois itu," jawab Jiwon tenang meskipun sudut bibirnya tampak berdarah.
Rasya yang melihatnya pun meringis, lebih lagi luka di pelipis itu mungkin akan membiru. Jelas tak bisa diteloransi, sebagai seorang aktor dan penyanyi tentu saja wajah adalah faktor penting saat ini. Namun, Rasya harus sadar siapa majikannya saat ini.
"Kamu yang egois, brengsek!" maki Soo, lagi
Lee Soo menarik paksa tangan Rasya, mengajak gadis itu pergi dari sana secepat mungkin dengan emosi yang seolah tak terkontrol lagi. Tubuhnya seperti dilempar masuk ke dalam mobil, disusul oleh Lee Soo sendiri yang kemudian mengemudikan mobil itu pergi dari sana.
Rasya hanya bisa diam, seolah sebagai barang yang diperebutkan oleh dua orang artis, yang punya berjuta bahkan beribu penggemar. Kalau sampai penggemar mereka tahu, entah apa yang akan terjadi pada gadis itu. Padahal dia merasa wajahnya sangat buruk, ah bukan hany itu saja, kulitnya pun kusam.
Untuk orang dekil sepertiku berada di antara mereka begitu wah, lirih Rasya sambil menundukkan kepala.
"Saya peringatkan ke kamu, jangan dekat-dekat dengannya," ucap Lee Soo yang masih fokus menyetir mobilnya.
"Tuan, saya hanya—" Rasya hendak membantah tapi sepertinya tak akan bisa.
Ahaha, orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri seperti Lee Soo ini mana mungkin mendengarkan pendapat orang lain? Rasya mengalah, dan sepertinya sampai semua hutang bisa dilunasi dia akan menundukkan kepalanya.
"Apa? Karena dia tampan? Dia itu licik, apa yang dia perlihatkan gak sesuai kenyataannya, dia pintar bersandiwara menutupi kelicikannya itu," cetus Lee Soo.
"Tuan, saya hanya tak sengaja bertemu dengannya sudah itu saja," jelas Rasya.
Lee Soo tersenyum licik mendengar pengakuan itu. Semua itu bohong, menurutnya. Sudah jelas-jelas dia mendengar Kang Jiwon memberikan tawaran yang cukup menggiurkan Kepara Rasya, kalau saja dia tidak bergerak cepat mungkin gadis sudah terpengaruh olehnya.
Entah kenapa Soo paling benci jika miliknya hendak diambil seperti ini. Rasya adalah orang yang bekerja untuknya, bukankah itu sama saja dengan gadis ini adalah miliknya?
"Kamu tidak tahu apa-apa, saya yang sudah mengenalnya." Soo tampak bersungguh-sungguh dengan ucapannya kali ini.
Rasya bingung dia tak paham dengan ucapan Lee Soo, dan dia pun juga tak peduli. Baru satu hari kerja, sudah banyak hal yang dia ketahui tentang pria ini, terutama keegoisan dan keras kepala yang bosnya miliki itu. Susana kembali hening, sampai akhirnya sebuah suara yang bersumber alami dari perut Rasya, memecah keheningan itu.
Dasar perut sialan ini, waktunya tak tepat, heh! gerutunya tapi tetap tak tahu harus melakukan apa.
Bersambung ....