"Mas, aku enggak enak hati denganmu," ucap Tari memecah keheningan.
"Enggak enak hati kenapa?" tanya Adam dengan dahi berkerut. Dia yang semula fokus mengendarai mobil harus terpecah konsentrasi dengan ucapan sang istri.
"Kamu sudah berjuang keras untuk mendapatkan perusahaan Arya Wiwaha, tapi dengan mudahnya kamu memberikannya kepadaku." Akhirnya kalimat yang sekian lama dia pendam itu terlontar juga. Sebenernya dia ingin membicarakan hal ini sedari tadi. Tapi belum menemukan waktu yang tepat.
"Memangnya kenapa Sayang? Apa ada masalah?" sahut Adam enteng seakan hal itu bukan sesuatu hal yang besar baginya.
"Mas enggak menyesal memberikan perusahaan sebesar itu kepadaku?" Nada suara Tari ditekan rendah berhati-hati sekali mengucapkan kalimat tersebut. Takut suaminya tersinggung.
"Ya, enggaklah Sayang. Buat apa menyesal. Lagian aku memberikannya untuk orang yang paling aku Sayang." Jawaban Adam sedikit membuatnya lega. Namun, dia masih tidak enak hati dengan pria itu.