Prank!
Anton berdiri di antara serpihan guci yang baru dia pecahkan. Bentuk dari amarah yang dia tahan selama perjalanan pulang dari pesta tadi. Santi yang ada di sampingnya hanya terperangah melihat apa yang di lakukan suaminya itu.
Tatapan Anton nyalang ke suatu arah. Wajahnya yang merah padam masih membara. Malu berbaur dengan emosi yang meluap tatkala mengingat kata-kata istri pertamanya tadi yang secara tidak langsung seperti melempar tahi ke wajahnya. penuh kehinaan.
Dia yang seharusnya yang berdiri di atas panggung tersebut, memberikan kata sambutan sebagai pewaris tunggal dan membanggakan kepada semua orang bahwa dirinya adalah orang terpandang dengan kekayaan warisan yang melimpah. Namun, siapa sangka angannya itu harus kandas oleh istri pertama yang dulu sering dia hina habis-habisan. Di Pesta tadi, wanita itu dengan sengit membalas dendam, bahkan yang lebih menyakitkan dari hal itu adalah wanita itu merebut apa yang seharusnya menjadi miliknya.
Argh!
