Chereads / terpaksa menikah muda / Chapter 3 - Persyaratan konyol

Chapter 3 - Persyaratan konyol

"Kenapa pagi-pagi sudah di sini? Harusnya kau ke kantor?" tanya Annisa.

"Well memangnya gak boleh mampir dulu ke rumah calon istri?" balas Rayhan ketus pada Annisa.

"Di mana Om Dendy apa sudah berangkat kerja?" lanjutnya.

"Beliau baru saja berangkat, yang ada hanya aku dan mas Damian di rumah sebentar aku panggilkan," pamit Annisa namun tangannya di cekal oleh Rayhan.

"Mau kemana? Bukankah tadi aku bilang mencari dirimu kenapa kau mau membangunkan kakakmu?" tanya Rayhan.

"Tak baik berdua-duaan karena yang ketiga adalah setan. Aku panggilkan mas Damian dulu," ucap Annisa melepas paksa cengkraman tangan Rayhan.

Tok...tok...tok...

"Mas.. apa kau sudah bangun? Di sini ada Rayhan mas tolong keluarlah dan temani dia," pinta Annisa.

Selang beberapa menit Damian membuka pintunya.

"Ada apa dek kok teriak-teriak dari tadi," tanya Damian.

"Tuh di luar sana ada mas Rayhan, tolong ditemani ya mas," pinta Annisa.

"Loh mas juga mau kerja kok, suruh nemenin gimana maksudnya?" tanya Damian heran.

"Aduh Mas Damian, apa iya Annisa ditinggal berdua saja dengan dia di rumah segede ini mana boleh?" protes Annisa.

"Dah pokoknya temani dia dulu jangan berangkat kerja atau nanti Annisa lapor sama papa," ancam Annisa tak mau kalah.

"Dah gih buruan!" lanjutnya.

Damian tercengang sejak kapan adiknya menjadi cerewet plus berani dengannya karena setahu Damian adiknya jarang bicara.

Damian tak mau ambil pusing lebih baik segera ke depan menemui Rayhan.

"Ada apa ke sini Ray, bukankah kantormu di ujung seberang jalan sana?" tanya Damian melihat Rayhan yang berantakan, "Sepertinya kau belum mandi?" tebak Damian.

"Sok tahu kamu!" balas Rayhan kesal.

"Ya dari penampilan kamu itu bisa dilihat jika kamu belum mandi," ujar Damian.

"Aku memang sengaja ke sini dulu sebelum ke kantor buat nemuin adikmu itu. Siapa namanya Nisa?" seru Rayhan.

"Jangan ngasal kamu namanya Annisa dia adikku satu-satunya yang paling kece di kompleks ini tahu," ucap Damian bangga.

"Cih! Hanya satu komplek mantanku model terkenal seluruh dunia tahu," ucap Rayhan bangga.

"Apa yang kamu maksud itu Sabrina yang dengan tega meninggalkanmu hanya untuk kekasih pertamanya. Ayolah Ray apakah kamu belum juga move on darinya?" tanya Damian penuh selidik.

"Jangan bilang kau masih mencintainya jika kau menikah dengan adikku hanya untuk mempermainkannya bakal aku habisin deh kamu sama bokap dan nyokap kamu itu," ucap Damian sarkas.

"Kita lihat saja nanti apa Annisa bisa bertahan dengan standar hidupku yang selalu saja berubah-ubah?" ucap Rayhan terkekeh kecil.

"Mas, aku ke rumah Siska ya?" pamit Annisa.

"Loh jangan dek lebih baik sekarang kita langsung aja ke kantor Mas Ray daripada nunggu nanti dan sekarang sama aja kan?" tanya Rayhan.

Annisa berpikir sejenak.

"Tapi tadi Papa bilang siang loh mas, masa ke sana sekarang? Aku juga sudah janji mau ketemu sama teman."

"Ya udah itu terserah kamu aja," balas Rayhan.

"Nanti aja dek ke rumah temannya kita langsung berangkat saja," ucap Damian.

"Loh mas kalau Papa marah gimana?" tanya Annisa.

"Biar saja ada yang mau tanggung jawab kok," sahut Damian membuka pintu mobilnya dan segera melaju ke kantor Rayhan.

Rayhan sendiri tersenyum miring mendapati Annisa yang memang terlihat lugu dilihat dari penampilan luarnya.

Sesampainya di kantor milik Rayhan Annisa masih saja terdiam melihat dari gedung bangunan yang megah Annisa yakin jika rayhan bukanlah bos biasa. Annisa berjalan mengekor di belakang Rayhan dan juga Damian.

Banyak pasang mata menatap kehadiran Annisa karena memang Rayhan tak pernah membawa wanita asing masuk ke dalam kantornya semenjak batal menikah dengan Sabrina.

Rayhan masuk ke ruangannya diikuti Annisa dan Damian.

"Dek, kamu tunggu sebentar aku akan menelpon Papa," ucap Damian namun belum juga ditelpon sang pemilik nama sudah ada di dalam ruangan.

"Papa sudah di sini Damian duduklah," perintah Dendy kita tunggu dulu pak Julian dia masih dalam perjalanan ke sini."

"Om sudah siapkan dokumennya tapi itu hanya buat kamu tidak dengan Annisa karena dia yang membuatnya sendiri jadi Om belum tahu sama sekali apa isinya."

Annisa mengulurkan beberapa lembar kertas yang masih terbungkus dalam map plastik.

Rayhan mengerutkan keningnya.

"Apa kau menulis sendiri semuanya?" tanya Rayhan menatap lembaran demi lembaran yang lihatnya hanya sepintas itu.

'Tunggu, apa ini?' tanya Rayhan dalam hati melihat point ke dua

'Tidak ada hubungan badan/hubungan intim suami dan istri sampai benar-benar ada cinta di hati bersama.'

Rayhan terkekeh membaca persyaratan dari Annisa, 'Benar-benar gadis lugu,' pikir Rayhan.

"Kenapa tertawa apa ada yang lucu?" tanya annisa menatap Rayhan kesal.

"Tidak ada, aku hanya ingin tertawa saja apa ada larangannya?" tanya Rayhan.

"Sudahlah jangan bertengkar sebentar lagi pak Julian datang," seru Dendy menengahi dua manusia yang bersitegang.

"Assalamu'alaikum, maaf menunggu lama," sapa Julian.

"Waalaikumussalam," balas bersamaan kecuali Rayhan yang tampak acuh dengan kehadiran Julian.

"Maaf saya telat ya, tadi macet di jalan biasa jakarta."

Julian duduk di sofa berdekatan dengan Dendy. Annisa bersama Damian dan Rayhan duduk sendiri di sudut sofa.

"Apa bisa kita mulai sekarang?" tanya Julian.

Yang ada di dalam ruangan hanya dapat mengangguk sepakat.

Rayhan dan Annisa sama-sama membaca surat perjanjian yang akan ditandatangani oleh mereka berdua dengan seksama.

"Bagaimana nak apa kau merasa dirugikan sebagai perempuan?" tanya Dendy menatap lekat wajah putrinya.

"Sejauh ini tak ada Pa, baiklah aku akan menandatangani surat perjanjian ini tapi jika salah satu diantara kita ada yang melanggar berarti batal ya dan keputusan mutlak untuk masing-masing," ucap Annisa.

"Bagaimana denganmu nak Rayhan?" tanya Dendy.

"Saya setuju saja Om," seru Rayhan.

"Syukurlah jika demikian maka kami sebagai orang tua tinggal mengurus semuanya," ujar Julian.

"Rayhan Papa harap kau tidak main-main sekarang," ucap Julian.

Rayhan mengangkat sebelah alisnya dan mengurai senyumnya. " Kita lihat nanti Pa," balas Rayhan melirik Annisa.

"Oke jika begitu bagaimana jika pernikahannya kita adakan besok pagi saja?" tanya Julian membuat yang ada di dalam ruangan terperangah Annisa dan Rayhan shock.

"Kenapa secepat ini Pa? Apa tidak bisa di undur saja bulan depan misalnya?" ucap Rayhan kesal karena semua diluar ekspektasinya.

"Tidak bisa, Papa sudah tidak sabar mengumumkan pada semua orang jika Julian sebentar lagi akan mempunyai menantu yang baik sebagai ganti yang kemarin pergi mempermalukannya."

Dendy tersenyum namun dalam batinnya teriris dapatkah putrinya melewati semua ini mengingat Rayhan yang suka sekali bermain-main dengan wanita dan juga keluar malam mencari kesenangannya sendiri di club' malam.

Dendy resah memikirkan nasib putri kecilnya Annisa.