Chereads / My Ex-Mother's Wife / Chapter 4 - Gavin Mencurigai Kinan

Chapter 4 - Gavin Mencurigai Kinan

Begitu mendengar kabar dari kekasihnya, Alisa langsung bersiap-siap untuk pergi ke kediaman Gavin. Dia begitu khawatir dengan Gavin karena kabar meninggalnya sang Ayah. Alisa pun sungguh tidak tahu apa sebabnya. Padahal baru saja Gavin berjanji pada Alisa jika besok dia akan membawa Alisa ke hadapan sang Ayah untuk meyakinkan ayahnya jika keduanya saling mencintai namun ternyata restu itu tidak didapat karena sang ayah sudah lebih dulu tidak ada.

Alisa mematut diri di cermin, melihat penampilannya apakah sudah sempurna atau masih kurang, kali ini entah kenapa dalam benak dirinya, tidak ingin tersaingi oleh ibu tiri Gavin yang saat ini sudah menjadi istri kekasihnya sendiri. Ayah Gavin memang tidak masuk akal karena dia mempunyai ide gila semacam itu.

"Sudah oke," gumamnya pelan sambil tersenyum, dia memasukkan ponselnya ke dalam tas setelah berhasil memesan taksi online dan kemudian turun dari lantai apartemennya.

"Agak sedikit cepat ya Pa," kata Alisa pada sopir taksi tersebut. Sang sopir langsung mengangguk dan melajukan mobilnya dengan cepat.

Kinan keluar dari kamarnya, dan mendapati Inem sibuk memasak di dapur, entah apa yang Inem masak, padahal untuk para tamu tahlilan Kinan dan Frans sudah memesan katering.

"Masak apa mbok, sibuk banget," kata Kinan, wanita itu ke dapur ingin mengambil pisau untuk mengupas buah-buahan. Namun dia urungkan karena suasana rumah sudah tampak sepi, padahal sebelum suaminya meninggal di kursi ruangan televisi biasanya Handoko menonton televisi sambil bersantai.

"Ini Non, katanya mau ada temannya Den Gavin, Mbok suruh buat steak."

"Teman Gavin?"

"Iya, dia bilang mau ta'ziah ke sini." Kinan mengangguk dan tidak mempermasalahkannya.

"Oh ya sudah lanjutkan saja, bang Frans belum pulang kan?"

"Masih ada, dia lagi istirahat di kamar tamu."

Kinan mengangguk kemudian berniat hendak mengetuk pintu kamar Frans, namun dia mendengar suara bel pintu berbunyi.

Kinan melangkah ke arah pintu, dia langsung membuka pintu tersebut dan terkejut karena melihat wanita yang di yakini pacarnya Gavin, dia pernah melihat dengan jelas wanita itu adalah wanita yang pernah tidur bersama Gavin.

"Gavin ada?" Wanita itu sampai menjentikkan jarinya karena Kinan malah memandanginya dari atas sampai bawah mematung tidak menjawab.

"Hai sayang ..." Gavin turun dari kamar atas langsung menyambut Alisa begitu menyadari kekasihnya sudah sampai, mata Alisa langsung beralih pada Gavin dan tersenyum. Bersamaan itu Ara pergi meninggalkan mereka dan tidak begitu peduli apa yang mereka lakukan.

Kinan hendak mengetuk kamar Frans, namun pria itu lebih dulu membuka Handelnya karena dia pun sudah beristirahat dengan cukup.

"Kenapa?"

"Aku mau bicara sama bang Frans masalah pernikahan aku dengan Gavin."

Frans mengerutkan kening sambil menatap Kinan lekat, namun setelahnya dia mengangguk.

"Bicaralah, kita ngobrol di ruang tamu."

"Tidak enak Bang, ada kekasihnya Gavin di sana."

Frans terkejut mendengar ucapan Kinan barusan, dia hendak menghampiri Gavin namun segera Kinan cegah.

"Bang, jangan. Aku tidak mau buat keributan saat suasana duka, kasian Mas Handoko."

Frans menghela napas beratnya, dia sudah kesal dengan sikap ponakannya. Tentang Gavin dan pacarnya, Frans sudah tahu dari Handoko karena beliau pernah bercerita sebelum meninggal.

"Ya sudah kita ke taman belakang."

Inem langsung menyuguhkan air minum begitu Gavin menyuruhnya, namun Inem sendiri begitu terkejut melihat penampilan Alisa yang memakai pakaian sangat minim tersebut. Dia pernah melihat gadis itu pertama kali saat dibawa oleh Gavin ke  rumah ini. Dan langsung dibawa ke kamar oleh Gavin.

"Silahkan di minum Non."

"Terima kasih mbok," kata Alisa berusaha untuk ramah dan tersenyum.

Alisa langsung bergelayut manja di pangkuan Gavin dan mengucapkan bela sungkawa pada kekasihnya tersebut, kemudian mempertanyakan langkah apa selanjutnya yang akan dia tempuh setelah ayahnya tiada.

"Apa yang akan kamu lakukan setelah ini Vin, kita harus kembali lagi ke Singapura, aku tidak bisa berlama-lama dan aku juga tidak mau jauh darimu."

"Aku belum tahu sayang, empat puluh hari ayah saja belum, aku belum bisa ke sana, aku pun masih bingung harus bagaimana, perusahaan ayah tidak ada yang pegang, dan aku tidak mau jika Kinan yang memegangnya sendiri, dia bisa menghabiskan harta ayah perlahan-lahan aku tidak akan sudi dia menikmati semuanya sendiri, tapi kamu tidak usah mengkhawatirkan semuanya."

"Tapi kamu janji Gavin, kamu janji akan segera menceraikan dia kemudian menikahi aku," kata Alisa, wanita itu merajuk pada Gavin karena jujur saja dia tidak rela sampai saat ini karena ikatan keduanya, karena Alisa takut jika Gavin lama-lama mencintainya.

"Perempuan itu sudah jelas tidak memiliki hak apa pun setelah ayah sudah meninggal dia harus segera angkat kaki dari rumah ini, aku pun bisa langsung menceraikan dia setelah empat puluh hari. Setelah itu kita bisa menikah sayang," ucap Gavin sambil memeluk Alisa. Sudah dia pikirkan matang-matang sebelum akhirnya dia membuat surat perjanjian pada Kinan.

*

"Apa yang mau kamu katakan?"

Kinan memberikan selembar kertas pada Frans agar pria itu membacanya.

Frans melirik sebentar kemudian mengambil kertas tersebut.

"Kertas apa ini Kin?"

"Surat perjanjian yang Gavin buat untuk aku, aku harus meninggalkan tempat ini setelah empat puluh hari mas Handoko, aku juga akan diceraikan dia setelah empat puluh hari nanti, karena pernikahan kami tanpa cinta, dia bilang dua bulan lagi akan segera menikahi kekasihnya."

"Jangan kamu tanda tangani," kata Frans, sambil mengembalikan kertas itu. Dia enggan membaca kertas itu karena sudah mendengar isinya dari Kinan.

"Aku tidak bisa apa-apa lagi karena aku memang tidak berhak atas semua harta Mas Handoko bang, aku memang sadar diri dulu menikahi dia karena permintaan ibu Gendis."

"Tapi kamu menyayangi Abang dengan tulus, kami sekeluarga tahu itu."

"Besok semuanya akan dibahas oleh notaris, dia akan ke sini, kamu tidak perlu tanda tangan sekarang kalau pun Gavin memaksa bilang kertasnya ada di aku."

Kinan bingung sendiri jadinya, padahal dia sudah pasrah kalaupun harus meninggalkan rumah ini dan perusahaan Handoko, melihat Kinan bersedih. Frans pun langsung menggenggam tangannya mencoba menenangkan gadis itu.

"Tidak usah banyak mengeluarkan air mata terus Kin."

Gavin tersenyum miring setelah melihat pemandangan tersebut, padahal niatannya Gavin ingin mengajak Frans makan siang sambil membicarakan rencana dirinya dengan Alisa. Karena mbok Inem terlihat gagu mengantakan apa yang dilihatnya barusan, akhirnya Gavin pergi ke taman belakang dan melihat keduanya sedang berpelukan.

"Sudah peluk-pelukannya."

Kinan langsung melepaskan diri dari pelukan Frans dan menghapus air matanya, melihat Gavin melipatkan kedua tangannya di dada.

''Aku mencium bau sesuatu yang tidak enak di rumah ini," kata Gavin sambil tersenyum miring.

"Apa maksud kamu Gavin!"

"Bisa saja ayah meninggal karena melihat kalian berselingkuh, iya kan!"

Frans memejamkan matanya, rasanya dia ingin sekali melayangkan bogem mentah pada ponakannya karena pria itu asal bicara. Sedangkan entah kenapa Gavin sendiri benci dengan pemandangan yang dilihatnya barusan.