Melihat kondisi Grace yang aneh, Luis pun menatap Kenneth meminta penjelasan. Dan sepertinya Kenneth menjelaskan semuanya melalui mind-link mereka berdua karena tak lama setelahnya, Luis langsung menatap Grace dengan warna mata 10x lebih gelap dari warna mata aslinya. Saat itu Grace paham bahwa serigala-nya telah mengambil alih.
"Minta maaf pada Alpha," ujar Luis dengan dingin.
Grace mengerti bahwa apapun yang ia katakan atau ia lakukan saat ini tidak akan merubah keadaan. Jadi Grace rasa untuk kali ini ia akan mengalah. Karena baginya, ini akan menjadi terakhir kalinya ia membiarkan harga dirinya diinjak-injak.
"Maaf..." ujar Grace menatap mata Kenneth dengan nyalak.
Hatinya hancur dan ia ingin Kenneth melihatnya melalui matanya. Bagi Grace saat ini, tidak ada yang perlu ia tutup-tutupi lagi.
Manik birunya masih menatap mata Kenneth saat tubuhnya tiba-tiba saja terjatuh. Luis menekan kedua bahu Grace kebawah dan membuatnya berlutut dihadapan Kenneth.
"Nggak sopan. Lo pikir lo boleh natap Alpha lo kayak gitu?! Minta maaf sambil berlutut."
Ah, dirinya sekali...
"Maaf, Alpha... Maafkan aku,"
Setelah puas mendengar permintaan maaf dari Grace, Luis langsung menarik tangan Grace untuk berdiri dan segera membawanya keluar dari area sekolah.
Ia membawa gadis malang itu menuju area parkir dan langsung menghempas tubuhnya.
"Gue nggak ngerti lo ini maunya apa. Gue udah mencoba untuk merawat lo secara sukarela. Lo udah gue kasih makan, gue pelihara, tapi ini balasan lo?"
Grace menatap mata Luis dengan kosong. Entah kenapa saat ini ia tidak dapat merasakan emosi apapun. Pikirannya masih mengulang kejadian tadi.
"Kenapa sih gue harus punya adek yang nggak guna kayak lo?! Lo tuh selalu bikin malu! Kalo Mama sama Papa masih ada, mereka juga pasti malu sama lo!"
"Harusnya lo mati aja biar gue nggak malu dan biar lo juga bebas," gumam Luis pelan.
Luis mengusap wajahnya sebelum ia kembali menatap Grace dan kemudian langsung menarik kerah baju adiknya itu. "Sekarang lo pulang dan tunggu gue di rumah. Kerjakan tugas lo dengan baik, oke? Mungkin karena Kenneth ulang tahun hari ini, dia bisa maafin elo," ujarnya terakhir kali sebelum menghempas tubuh Grace dan berlalu begitu saja.
•••
Grace tidak sanggup lagi.
Siapa yang dapat menolongnya?
Thought Kenneth was her Prince in shining armor. Grace pikir dengan memiliki mate, ia dapat bebas.
Grace tidak pernah tahu bahwa penolakan dapat benar-benar terjadi bagi pasangan yang telah ditentukan oleh Moon Goddess. Baginya hal itu sangat tabu. Dan dalam pencatatan sejarah, sangat jarang sekali pasangan yang saling menolak dapat hidup dengan lama.
Tetapi mengapa Kenneth mampu menolaknya? Mampukah Kenneth hidup dengan lama tanpa ada Grace di sisinya?
Grace paham betul bahwa dirinya bukanlah seorang Luna material. Ia tidak cantik, tidak juga kuat. Ia paham bahwa dirinya penuh dengan kekurangan. Tapi tidak bisakah Kenneth berada di sampingnya dan menjadi panduan baginya untuk menjadi lebih mampu? Bukankah itu yang seharusnya dilakukan olehnya sebagi pasangan yang ditakdirkan untuk Grace?
•••
Dengan perlahan, Grace menyeret kedua kakinya yang lemas untuk bisa sampai ke kamar. Matanya sembab sementara bibirnya bergetar menahan tangis dan isakan.
Saat ini, Grace masa bodo dengan segala pekerjaan rumah yang belum diselesaikannya.
Begitu sampai dikamarnya, ia langsung membuka sebuah laci tempatnya menyimpan buku-buku pelajaran. Ia mengambil sebuah buku tulis dan merobek dua kertas pada bagian tengahnya, lalu ia mencari sebuah pensil sebelum mulai menulis.
"Untuk Luis," tulisnya.
"Terima kasih sudah menjadi kakak yang baik untukku. Kamu memberikanku makan, tempat tinggal, perawatan, dan juga luka lebam.
Biar bagaimanapun... aku berterima kasih untuk segalanya."
Grace mengusap airmatanya.
"Luis, maafkan aku ya karena sudah membuatmu menderita...
Maafkan aku yang membuatmu harus bersikap tegar di umur yang masih muda. Maafkan aku karena aku lahir ke dunia ini.
Maafkan aku karena aku lahir sebagai adikmu.
Aku tahu kalau aku ini adik yang memalukan, adik yang hina. Dan aku tahu kalau semuanya adalah salahku..."
Grace tidak dapat menahan isakannya ketika ia mulai menulis paragraf berikutnya.
"Luis, hari ini aku menemukan pasanganku. Ia mempunyai warna mata yang indah. Bau aromanya seperti hutan dan hujan yang sangat menenangkan. Tapi ketika ia tahu bahwa akulah pasangannya, ia menolakku. Aku tidak lebih dari seorang pembantu di matanya.
Nanti ketika kamu sudah menemukan pasanganmu, jangan lakukan hal yang sama terhadapnya, ya? Kalian harus bahagia seperti mate pada umumnya.
Aku sepertinya akan pergi, Luis. Aku tidak mau lagi menjadi batu sandungan bagimu untuk mencapai kebahagiaan.
Tapi, satu hal yang perlu kamu tahu. Tidak ada yang perlu kamu sesali.
Aku tetap menyayangimu apapun yang terjadi.
Aku sayang padamu, Luis.
Dari, Grace."
•••
Berlalu pada kertas berikutnya, tangan Grace dengan gemetar menuliskan nama yang telah melukai hatinya.
"Untuk Kenneth,
Aku minta maaf ya karena Dewi Bulan memasangkan kita berdua. Aku akhirnya paham dan sadar diri akan posisiku di rumah kawanan Blue Moon.
Aku minta maaf atas segala kesalahan yang pernah kuperbuat dan pernah menyakitimu.
Aku berharap bahwa kamu dan Bella mampu memimpin kawanan ini menjadi kawanan terkuat yang pernah ada.
Maafkan aku kalau sebagai Alpha kamu malu karena memiliki anggota kawanan seperti aku.
Maafkan aku juga kalau kamu harus merawatku dengan tidak sukarela.
Maafkan aku ya. Aku sungguh-sungguh minta maaf, Alpha."
Grace berhenti sejenak untuk memegang dadanya yang terasa perih. Ia kembali menangis.
"Terakhir, izinkan aku untuk memberikan berkat kepada kamu dan Bella.
Semoga kebahagiaan selalu menyertai kalian berdua.
Aku sangat menghormatimu, Kenneth. Apapun itu. Entah sebagai Alpha ataupun sebagai teman kecilku.
p.s: Aku harap kamu suka kue ulang tahunnya.
Dari, Grace."
•••
Grace menaruh kedua surat kecil itu di matras tempatnya tidur. Setelah memastikan bahwa suratnya terlihat dengan jelas, ia mulai berjalan menuju kamar mandi.
Ia mengambil sebuah cutter usang yang berada di wastafel dan mulai berjalan menuju bathtub kecil miliknya.
Grace lalu menyalakan air untuk mengisi penuh bathtubnya. Begitu penuh, tanpa membuka sehelai pakaian miliknya, ia langsung masuk dan berendam di sana.
Sembari memegangi cutter, Grace kembali terisak... Suara isakannya terdengar sangat pilu.
"Ma, Pa, jemput Grace... Grace udah nggak kuat."
Dan layaknya orang yang begitu depresi, berkali-kali ia hujamkan goresan demi goresan pada pergelangan tangan kirinya. Ia mengukirnya dalam-dalam agar sampai ke nadi. Darah segar pun mulai mengalir dan rasa sakitnya mulai timbul. Tetapi Grace nampak tidak perduli. Tidak ada yang mengalahkan rasa sakit dihatinya. Ia terus saja menghujamkan goresan-goresan baru sampai warna air yang ada di bathtub mulai berubah menjadi kemerahan.
Ia sudah tidak sanggup lagi. Tidak akan ada yang datang untuk menolongnya.