"Apa yang Kau tambahkan diminumanku? Racun, ya?"
"Bu-Bukan kok," jawabku dengan gagap dan panik.
"Lalu, apa yang Kamu masukkan ke dalam sana? Kalau Kamu tidak mengakuinya, Aku akan menyeretmu ke kantor polisi sekarang juga!" ancamnya terhadapku.
"Coba periksa! Apa kandungan yang ada di minuman ini!" Dia memerintahkan anak buahnya untuk memeriksa apa yang telah kucampurkan di dalam makanannya tersebut.
Sekitar dua jam aku ditahan untuk menunggu hasil pemeriksaan kandungan minuman tersebut. Aku sudah ketingat dingin, meskipun aku memang tidak menambahkan racun dan sejenisnya yang ada di dalam minumannya tersebut. Namun, mau bagaimana pun aku menjelaskannya tetap saja dia tidak akan mempercayaiku.
Setelah dua jam menunggu, akhirnya hasilnya keluar. Ucapanku terbukti. Tidak ada satu zat berbahaya pun yang ada di sana. Yang ada hanyalah sedikit kandungan jambu biji yang kutambahkan ke dalam minumannya. Aku tahu dia sedang diare, sehingga aku berniat untuk memberikan minuman itu untuknya.
Berhubung aku menyimpan minuman tersebut di saku bajuku, jadi terkesan aku sedang diam-diam ingin memberikannya untuknya. Dia pun menyangka bahwa aku ingin meracuninya. "Bagaimana, apa sekarang Bapak sudah percaya kepada Saya?" Pertanyaanku membuatnya merasa malu. Dia hanya bisa terdiam dan terlihat menyesal.
Tak lama kemudian, datang satu orang kepercayaannya dengan sangat terburu-buru. "Bos, gawat!"
"Gawat kenapa?"
"Nyonya Siska sedang datang kemari!" Entah apa yang terjadi. Aku pun tidak tahu siapa Siska yang disebut-sebut oleh anak buah CEO tampanku itu. Tiba-tiba, dia menarik tanganku yang berdiri di sampingnya, lalu dia membuatku duduk di pangkuannya. Diam! Kalau tidak, Kamu Saya pecat!" ancamnya secara tiba-tiba.
Dia menahanku dengan sekuat tenaga. Ketika pintu ruangan terlihat sedang berusaha dibuka oleh seseorang, CEO tampanku tiba-tiba memegang wajahku dan menciumku tanpa berpikir panjang. Aku bagaikan kehabisan kata-kata. Sikap gila apa yang dia lakukan terhadapku?
Aku memang sedang berusaha mengejarnya, tapi bukan dengan cara ini. Memang hal ini menguntungkan bagiku, tapi apa tujuan dia sebenarnya, aku tidak tahu. Hingga akhirnya, perempuan yang bernama Siska itu muncul di hadapanku.
"Wah, wah … pemandangan yang sangat menjijikkan. Jadi, ini kelakuan CEO tampak yang katanya polos dan lugu itu? Kupikir Kamu adalah laki-laki yang tepat untuk menjadi calon suamiku, tapi ternyata Aku salah menilainya. Atau jangan-jangan … Kamu memang sengaja melakukan semua ini di hadapanku? Boleh juga wanita yang ada di pangkuanmu itu."
"Untuk apa Kamu datang kemari?"
"Awalnya sih, Aku berniat menjengukmu yang katanya sedang sakit, tapi ternyata malah hatiku yang Kau buat sakit. Ya sudahlah, lanjutkan saja adega panasnya. Aku akan meninggalkan kalian di sini. Oh iya, satu lagi. Kalau kalian tidak ada tempat lain untuk melakukannya, Aku bisa kok menyewakan sebuah kamar hotel untuk kalian. Aku juga sering melakukannya ketika Aku sedang merasa bosan."
Siska pun meninggalkan kami berdua. Anak buah CEO tampanku tampak ikut keluar memastikan Siska benar-benar meninggalkan perusahaan. "Jangan salah paham. Aku terpaksa melakukannya. Aku akan membayar kerugian atas apa yang telah kulakukan terhadapmu. Aku harap, Kamu tetap diam dan tidak membesar-besarkan masalah. Kalau Kamu mau, Aku ingin mengajakmu bekerja sama."
"Sebelum itu, maukah Kamu menurunkanku dari atas pahamu? Rasanya, Kamu membuatku semakin tidak nyaman."
"Oh, maaf … tanpa sadar Aku malah tetap menahanmu di posisi ini. Ternyata bibirmu manis juga. Habis makan apa Kamu sebelum datang kemari?"
Aku benar-benar tidak menyangka. Image-nya yang selama ini tersebar di luar begitu jauh dari kenyataan. Atau memang sebenarnya semua image yang telah dia bangun selama ini hanya untuk menutupi kelakuan busuknya? Aku menyesal sempat jatuh hati kepadanya. Namun, entah kenapa sepertinya ada yang dia tutup-tutupi.
Mana jati dirinya yang sebenarnya, aku tidak tahu yang mana. Apakah CEO tampan yang polos dan baik hati, atau malah CEO yang penuh gairah dan suka mempermainkan perasaan wanita? Sampai dengan saat ini, aku masih terus mengamatinya.
"Jadilah istiku. Aku tahu, sebenarnya kita pernah berada di sekolah yang sama. Bukan Aku tak menyadarinya, Aku cukup pintar untuk mencari tahu asal usul seseorang. Dan itu sangatlah mudah bagiku. Aku juga tahu Kamu bukanlah anak yang lahir dan keluarga yang beruntung. Menjadi miskin sejak lahir pasti bukanlah hal yang mudah bagimu. Aku salut dengan dirimu yang mampu melampai batas seperti ini. Kamu cukup pintar karena bisa diterima di perusahaanku, tanpa bantuan dari orang dalam. Untuk wajah, Kamu tidak buruk-buruk amat. Dengan dipoles sedikit dan kubelanjakan pakaian dan aksesoris sesuai kelasku, Kamu sudah cukup bisa diajak ke berbagai acara. Siska juga cukup mengakui wajahmu. Jadi, sepertinya itu sudah cukup bagiku. Ada yang ingin Kamu tanyakan?"
"Siapa Siska sebenarnya? Dan apa saja keuntungan yang akan kudapatkan?" Awalnya aku berniat untuk menjeratnya, tapi sepertinya dialah yang terlebih dulu berhasil menjeratku. Aku akan melihat, jika kerja sama ini menguntungkan bagiku, aku akan menyetujuinya. Namun, jika hal ini tidak menguntungkan bagiku, aku akan menolak secara tegas.
"Baiklah, malam ini akan kusiapkan kontraknya. Jika melihat dari jawabanmu, sepertinya Kamu akan setuju. Aku tidak ingin menikah dengan Siska. Dia adalah orang yang dijodohkan denganku. Menikah karena bisnis tidak membuatku tertarik sedikit pun. Yang ada bukan mengaturnya, nanti malah dia yang lebih banyak mengaturku. Aku ingin hidup bebas, itu saja. Sayangnya, orang tuaku masih saja ingin Aku segera menikah. Kamu pasti sudah tahu itu."
"Baiklah, nanti malam Aku akan menemui di apartemenmu untuk membicarakan kontrak kita. Aku tidak mau menundanya. Karena bisa jadi, Kamu sedang berniat untuk mempermainkanku." Sebenarnya aku bukan takut dipermainkan oleh CEO tampanku, tapi aku lebih takut dia berubah pikiran dan malah memikirkan perempuan lain untuk menggantikanku sebagai istri kontraknya.
"Tak kusangka, ternyata Kamu berani juga. Baiklah! Toh nantinya Kamu juga akan tinggal di apartemen itu setelah menikah denganmu. Aku harap, Kamu tidak mengecewakanku. Sentuhan fisik, tentu saja itu bukanlah sesuatu yang dilarang. Hanya saja, Aku masih sadar dengan batasan-batasan tertentu. Selain berpelukan dan berciuman, semuanya dilarang! Jadi, jangan berharap Kamu akan melakukan lebih dari itu terhadapku. Baik dengan atau pun tanpa sadar! Itu adalah peringatan bagimu."
Mendengar ucapannya, sepertinya CEO tampanku terlihat ada trauma tersendiri tentang hal itu. Dia terlihat sangat takut aku melakukannya terhadap tubuhnya. Memang sih, kalau sudah menikah tentu saja aku ingin melakukan itu dengannya. Namun, aku sadar diri bahwa ini hanyalah pernikahan kontrak. Sehingga, aku tidak menginginkannya sama sekali. "Tunggu saja, Aku akan membuatmu bertekut lutut di hadapanku. Aku pasti bisa mendapatkanhatimu. Bahkan kalau perlu, Kamu akan mengemis-ngemis untuk mendapatkan balasan cinta dariku."