Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Siapa si pembunuh?

Sasa_5473
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3.1k
Views
Synopsis
Blurb Gladis Zannisa Violeta dilahirkan dalam keluarga sama-sama para pembunuh berantai. Menyiksa orang-orang yang suka mencari masalah, bahkan demi uang mereka mau menjalankan aksi tidak terpuji tersebut. Jejak mereka di kala membunuh seseorang harus siap siaga agar jejaknya tidak dapat di lacak oleh polisi ataupun para detektif yang menyelidiki kasus tersebut. Alhasil aksi mereka tidak dapat di lacak dan keluarga Violetta yang terlihat damai itu tidak ada yang mengetahui bahwa keluarga itu adalah kumpulan orang psikopat handal. Tapi satu hal lagi, ada seorang yang menutup namanya menggunakan nama samaran atau digelari dengan nama singkatan yaitu Mr. S, adalah seorang pembunuh secara diam-diam yang di setiap akhir aksinya membunuh di letakkan sebuah kertas tempel yang di tulisi dengan nama samaran tadi pakai darah orang yang barusan dia habisi. Maka dari itu juga mengakibatkan seisi sekolah gempar karena hampir setiap harinya siswa ataupun siswi di sekolah SMA DRUPADA tersebut kehilangan satu persatu murid karena meninggal secara mengenaskan, tanpa diketahui jelas siapa sebenarnya dalang dari semua kejadian mengerikan itu. Mampukah Gladis mengungkap orang yang kerjaannya menghabisi nyawa seseorang itu selain dirinya? Dan bisakah Gladis mengetahui siapa itu Mr. S ? Mari di baca ceritanya. Anda senang, saya juga. Cover by Endah Diana.
VIEW MORE

Chapter 1 - Part 1

WARNING!

CERITA INI BANYAK TERDAPAT KATA-KATA KASAR, PENYIKSAAN DAN LAIN-LAIN. HARAP PARA PEMBACA DAPAT MEMBACANYA DENGAN BIJAK!

~~~

Perkenalkan nama lengkap ku Gladis Zannisa Violetta, seorang cewek yang di mata orang-orang sekitar berperilaku feminim kayak cewek-cewek lain. Tapi menurutku malah sebaliknya, yang di kira orang aku baik dan ramah, padahal kenyataannya sangat terbalik dari yang dikatakan.

Cewek yang hobinya suka menghabisi nyawa orang, itulah yang cocok mereka bilang.  Sebetulnya aku dilahirkan ke dunia bukan untuk menjalani kehidupan seperti manusia normal lainnya. Aku lahir ke dunia hanya untuk bersenang-senang, menyakiti orang yang suka mencari masalah denganku ataupun tidak menyenangkan bagiku. Bukan cuma aku yang menyukai hobi ini, tapi kedua orang tuaku lebih kejam dibanding dengaku maupun adikku. Bisa dibilang keluargaku ini jauh dari kata ramah.

Ha ha ha-------ups kurasa cukup perkenalannya. Ada hal lain yang membuat ku sangat bersemangat sekarang. Ini sangat seru, saat ini aku berhadapan dengan cewek alay dan songong di dunia. Memakai lipstik dan bedak yang tebal terlihat seperti ibu-ibu mau ke kondangan. Menjijikkan, anak SMA berdandan seperti itu.

Di kedua mataku dia nampak meronta-ronta minta di lepaskan.  Aku mengikat kaki dan tangannya pakai tali belati. Sedangkan bibir menornya itu di lakban agar suara cempreng miliknya mati kutu. Rambut berwarna kuning seperti kotoran itu ku sembur pakai lumpur seember yang sengaja ku ambil dari sawah.  Baik sekali bukan?

Aku ingin sekali membunuhnya karena ada satu alasan yang mengharuskan ku untuk membunuhnya. Alasannya karena dia ingin merebut pacarku dengan menggodanya seperti seorang sampah. Aku benci hal itu, sangat-sangat benci!

" Siapa kau?! Berani-beraninya memperlakukan ku seperti ini. Akan ku adukan sama ayahku biar kau tak berkutik dan mendapatkan karmanya keparat! Cepat lepaskan aku agar kau selamat! "

Tcih 

Dia melotot ke arahku, tapi secuil pun tidak ada rasa takut. Untuk melihatnya secara sejajar, aku menjongkokkan diri dan melepaskan lakban yang menutupi mulutnya. Hingga mengeluarkan suara.

Sreet

" Bajingan! Ini sakit tau, kau ini sebenarnya siapa?! Apa salahku hah? Jawab bangsat?! "

Sungguh lawak sekali ucapannya barusan, sampai-sampai membuat ku tertawa geli. Lihatlah cewek ini, saat situasi begini saja masih sempat-sempatnya mencaci.

" Apa yang lucu?! Dasar sinting, keparat sialan! "

Aku membuka masker hitam dan membuangnya asal. Setelah melihat wajahku, mimik wajahnya sangat terkejut sekaligus marah. Tergambar jelas di wajahnya, dia menatapku garang seakan menganggap ku seperti anak kecil.

" Rupanya kau Gladis, hei lepasin aku, apa salahku kepadamu?! Apa kau gila?!  " bentaknya yang sama sekali tak ku hiraukan.

Aku berjalan sedikit menuju alat-alat perkakas yang ingin ku gunakan untuk bermain. " Hm---disini rupanya ada kapak, palu, gunting, gergaji, pisau. Yang mana ya kira-kira enak buat dipakai? "

" Hei bodoh, mau kau apakan benda itu?! "

Aku membalikkan badan dan memperhatikan ekspresinya yang ketakutan. Ingin rasanya aku tertawa terbahak-bahak sekarang, tapi kalau ku lakukan akan memperlambat waktu.

" Mau bermain denganmu. "

" DASAR CEWEK GILA, KALAU AKU LOLOS DARI SINI AKU AKAN KASIH PELAJARAN YANG SETIMPAL! "

" Ck, diamlah. Apa kau yakin bisa kabur dari sini? Siapa yang akan menolongmu sayang? "

" DASAR BAJINGAN! "

Tanpa mempedulikannya, aku mengambil kapak dan berjalan mendekati Suci, yang namanya tidak sesuci dirinya.

" Kau mau tau alasannya bukan? " aku mengusap-usap kapak tersebut sambil menyeringai ke arahnya, dia sangat-sangat ketakutan. " Karena kau telah merebut pacarku Sam! Dan reaksi apa itu? AHAHAHAHA----oh kasian sekali, tapi aku suka pemandangan ini gimana dong? "

" Glad tolong singkirkan benda itu ku mohon, lepaskan aku. A-aku janji akan melakukan apapun yang kamu mau, tapi please jangan membunuh ku. " nada suaranya yang gemetar makin membuatku bersemangat. Apa dia pikir dengan berkata seperti itu aku akan percaya? Sedangkan aku sendiri sudah tahu sikapnya.  Apa menurutnya juga aku akan patuh gitu saja?

Dikiranya bodoh sekali aku. Oh tentu saja tidak, aku sengaja memancingnya agar sampai ke sini. Tempat dimana aku suka menghibur'kan diri dengan mendengarkan rintihan mereka yang kesakitan dan memohon-mohon kepadaku layaknya aku ini seorang ratu.

Ruangan yang ku pijak ini ialah ruang khusus milikku seorang. Ruangan tertutup kedap suara, siapapun itu tidak akan bisa mendengar suara dari dalam sini. Sekeras apapun berteriak tidak akan terdengar oleh seseorang diluar sana.

Aku mengangkat dagunya dan menatapnya dengan jarak yang sangat dekat. Kedua matanya  itu mengolah ku ingin sekali mengeluarkannya dari tempatnya sekarang juga. Ah Gladis kau ini terlalu nafsu.

" Katamu tadi akan melakukan apapun yang ku mau bukan? Dan aku mau kamu jadi bahan hiburan ku. " aku terkekeh geli melihat kedua bola matanya yang membulat total, itu nampak gemas sekali.

" Gladis ku mohon lepaskan aku. Aku minta maaf sebesar-besarnya sudah menggoda Sam. Ka-karena aku iri sama kamu bisa mendapatkannya.  Ampuni aku Glad, tolong bi-biarkan aku pergi. Ha-habis i-tu aku jan-ji akan menuruti perintahmu. "

" Hei-hei dengarkan aku. Memang nyawa seseorang itu ada ditangan tuhan, tapi aku akan membantu mempercepat prosesnya. Jadi kau cukup menikmatinya sayang. "

" Apa maksudmu?! "

Jari telunjuk ku taruh di bibirnya, " Diam saja bisa?! Kau ini banyak bicara sekali, memperlebar waktuku saja. Sekarang aku tanya apa permintaan terakhir mu? Cepat jawab?! "

" JANGAN MENDEKAT! KAU MEMANG CEWEK GILA! SIAPAPUN TOLONG AKU! TOLONG----TOLONG---TOLONG! " dia menangis rupanya, tapi tangisan itu tidak akan mempan buatku. Tangisan itu sudah biasa ku dengar. Lagian mau sekuat apapun dia berteriak tidak akan ada hasilnya. Miris.

" Percuma kau berteriak seperti itu! "

Bruk....

Mulutnya itu sudah membuatku darah tinggi, mulutnya memang pantas buat ditendang.  

Dengan senang hati aku mendorong kursi yang di dudukinya. Hingga Wajah yang dia bangga-banggakan itu tergesek sempurna ke lantai penuh darah kering ini.

" Sssttt----" desisnya, aku menginjakkan kaki ke atas punggungnya. Menekan-nekannya pakai sepatu kets milikku berkali-kali. Hm, seperti berada di kasur yang empuk.

" Gladis hentikan! "

" Hentikan katamu? Ah Suci, kau ini tidak tau cara orang bersenang-senang ya? ini seru loh. " dengan menjadikan tubuhnya seperti menginjak pompa, ku tarik badannya agar terduduk lagi seperti tadi. Dia asyik memegang mulutnya yang berdarah, " Glad ampuni aku..." dasar cewek bodoh, mau menangis seperti apapun aku tidak peduli.

Aku mengambil silet dari dalam saku celana yang selalu nangkring di dalamnya, lalu menggoreskan pipinya sehingga membentuk namaku dan nama pacarku. Terlihat indah sekali, apalagi digoreskannya di pipi orang bajingan.

Sret....

Sret....

Sret....

Sret....

Sret....

Sret....

" Berhenti! Ini sakit sekali Glad, ku mohon biarkan aku hidup. "

Suci dari tadi tiada henti memohon-mohon. Lihat 'kan? Apa yang ku katakan tadi benar. Ujung-ujungnya orang itu akan memohon seperti ini. Orang seperti Suci ini akan paham kalau dikasih pelajaran.

Aku mengangkat kapak tadi sedikit dan mengancungkan benda itu ke arah wajahnya.

" Aku minta maaf, ya aku tau aku salah dan aku sudah mengakuinya. Harus bagaimana aku biar kamu mau memaafkan? Tolong beribu tolong, biarkan aku pergi Glad....aku masih mau hidup hiks, kalau perlu aku akan mencium kakimu berulang kali. Tapi lepaskan aku, tolong. "

" Hei bodoh, tidak ada satupun orang yang sudah jadi target bahan mainan, ku lepaskan begitu saja. Mau bagaimanapun juga aku tidak peduli.....oh ya ampun Suci, Suci kau ini membuatku tertawa saja. HAHAHAHAHAHA---" aku tertawa seperti orang sinting. Ups, aku 'kan emang sinting. Si cantik bertubuh tinggi.

Aku menyumpali mulutnya pakai kain usang bernoda darah kering yang ku ambil barusan di atas meja barisan depan. Dan ku lepaskan tali yang mengikat tubuhnya.

Bruk

Sialan! Berani-beraninya dia menendang ku!

Tap

Tap

Tap

" SILAHKAN KABUR SEBISA MUNGKIN. KAU TIDAK AKAN BISA MEMBUKA PINTU ITU DENGAN TANGAN KOSONG HAHAHAHAHA-----"

Clak

Clak

" AKU BILANG JANGAN MENDEKAT! KA-KALAU KAU BERANI MENDEKAT SELANGKAH SAJA MAKA KA---"

" MAKA AKU APA?! OH KAU MAU BERBUAT SESUATU UNTUK MELUKAI KU?! AH TIDAK INI MENAKUTKAN SEKALI, TOLONG AMPUNI AKU HAHAHAHAHA----MENGERIKAN SEKALI ANCAMANMU BARUSAN. AKU SAMPAI MERINDING TAU HAHAHAHA----" lelucon ini mengolah diriku tertawa terbahak-bahak, sampai-sampai membuat perutku menjadi agak sakit.

Clak

Clak

Clak

" PERCUMA SAJA KAU, MEMBUKA PINTU ITU TIDAK ADA HASILNYA, ITU SAMA SAJA MENGURAS TENAGAMU. "

Tap

Tap

Aku terbelalak ketika Suci berlari cepat ke arah dimana perkakas ku berada. Dia mengambil sebuah gergaji dan mencondongkannya ke arahku. " KAU KIRA AKU BODOH GLAD?! SEBELUM KAU MEMBUNUH KU, AKU DULUAN YANG AKAN MEMBUNUHMU! KAU ITU MEMANG PANTAS MATI DULUAN CEWEK GILA! "

" Mau kau apakan gergaji itu? Memutilasi ku? "

" Kenapa kau tidak takut Glad?! Oh kau ingin menjebakku 'kan? Berpura-pura tidak takut padahal kenyataannya kau itu gemetar. " ucapnya, dimana benda itu masih condong ke depan.

" Iya ah aku takut banget tolong! Pffft----HAHAHAHAHAHA----MARI KITA AKHIRI! "

DOR

" Tepat sasaran. " huh untung saja aku masih menyimpan pistol yang dikasih Edward pagi tadi di kantong jaketku.

Peluru itu pas sekali mengenai perutnya. Padahal bisa saja aku menembakannya di kepala, tapi aku ingin bermain dengannya. Pasti sangat asyik. Gergaji yang dipegangnya jatuh ke lantai dan itu sesuatu teramat bagus. Aku berjalan santai ke arahnya, dimana dia lagi memegang perutnya yang berlumuran darah segar. Merintih kesakitan.

" Itulah akibatnya Suci, ayo kita bermain sayang. " aku menyeringai kecil sembari memegang dagunya. " Bermain manislah. "

" Hiks, ampuni aku Glad----"

" Shuut, diamlah. Ini tidak akan sakit. "

Pakk

Tanpa basa-basi, kapak yang sedari tadi ada ditangan, ku hantamkan ke pipinya sehingga pipi kanannya terbelah menjadi dua. Mengeluarkan banyak sekali darah. Kapak itu ku biarkan saja melekat di pipinya. Daging-daging pipinya berjatuhan ke lantai, bercampur dengan darah kental itu. Hingga menghasilkan genangan air merah.

" TOLONG! SIAPAPUN TOLONG AKU! "

Tidak ku sangka, dia masih hidup rupanya. Kuat juga cewek songong ini. " Eh kau masih hidup ternyata. " dengan santainya aku meraih gunting dari atas meja, dan menjongkokkan diri.

" Diam sayang, biar ku bantu mengeluarkan bola matamu yang indah itu. " dari pandanganku, Suci terlihat kurang sehat, terdengar jelas deri nafasnya yang tidak beraturan. Wah ini kesempatan bagus. Tanpa banyak omong lagi, perlahan namun pasti bola mata kanannya ku congkel. Lambat namun pasti, mengorek-ngorek bola mata hitamnya secara berputar-putar sampai sedalam-dalamnya, begitupun juga dengan mata satunya. Hingga bola matanya yang indah terlepas dari tempatnya, sesuai dengan harapan.

" Yah sudah mati rupanya. " aku merenggut kecewa, padahal aku ingin sekali mendengar jeritan syahdunya.

Belum puas sampai di sini, aku menusukkan gunting tadi ke atas kepalanya berulang kali seperti menumbuk beras.  Silet yang ku genggam sampai berdarah itu ku pakai lagi buat merobek mulutnya, mulutnya itu menganga lebar mencipratkan darah pekat hingga mengenai wajahku yang cantik ini.

Seettt

Seettt

Kulit-kulit wajahnya ku kupas sampai terlihat kerangka putihnya saja lagi. Kalian bisa bayangkan sendiri, bagaimana rasanya benda kecil seperti silet ini menggoresi pipimu. Menciptakan sebuah karya bagus.  Giginya ku tarik sekuat tenaga sampai keluar dari tempatnya.

Sreeek

Seeeett

Seeeett

Darah segar beberapa kali menciprat mengenai bibirku, lalu ku jilat pakai lidah. Selanjutnya ialah badannya. Hmm--setelah ku buka bajunya ternyata tubuh cewek ini lumayan berbody juga. Pantas saja cowok-cowok suka menggodanya.

Aku meraih linggis dan menancapkan ke area V miliknya sedalam mungkin, hingga tembus ke belakang. Aku kembali berjongkok dan pahanya ku sayat-sayat sampai ke area telapak kaki. Kuku-kukunya berhamburan bercampur darah.

Terakhir, area perutnya. Di dalam situ ada benda berharga buat ku jual apalagi kalau bukan ginjal, hati, jantung. Aku akan makin kaya, nggak sabar rasanya memegang kertas merah.

Tidak ingin mengotori mulut, aku menggunakan pisau untuk membongkar isi perutnya. Isi didalamnya terpampang jelas. Tanpa pikir panjang aku mengambil hati, jantung,  ataupun ginjal yang bisa ku jual. Melihatnya seperti harta kartun, ups bukan seperti lagi. Tapi harta Karun sesungguhnya.

Ususnya ku tarik dan ku buat sebuah pita untuk pergelangan tangannya. Terlihat sangat cantik.

Oh tidak ini bukan yang terakhir rupanya. Aku menyeringai sambil mencabut kapak yang menancap di pipinya.

Pakkk

Tanpa perasaan aku menebas lehernya sampai kepalanya terlepas menggeliding mengenai kakiku. Dan ku belah kepalanya menjadi dua bagian. Aku mengambil separuh kepalanya, lalu memutar-mutarnya. " Nah ini baru cantik Suci. "

Bersambung...