Chereads / Lentera Ajaib / Chapter 2 - Balasan Kematian

Chapter 2 - Balasan Kematian

Pria itu menatap penuh kengerian dan rasa takut yang membuncah, sedangkan pria lainnya menatap penuh kemenangan. Darah yang sedari tadi mengucur dari pelipis dan bahunya tidak ia hiraukan, mulutnya terus megumamkan sesuatu dalam bahasa asing.

Sebuah usaha terakhir yang bisa ia lakukan, meski tahu tidak akan ada artinya karena ia sudah mencoba beberapa kali sebelumnya. Pria lainnya malah terkekeh berubah jadi tawa jahat, kemudian menatap dingin pria yang wajah dan tubuhnya kini sudah dipenuhi dengan luka dan dibalut darahnya sendiri. "Mantra seperti itu tidak akan mempan padaku."

Pria itu terlihat kesal, untuk kesekian kalinya, ia mencabut pedang yang dijadikan sebagai tumpuan. Tidak perlu waktu lama, ia melesat dengan sangat cepat, menghantam pria bertudung dengan jubah menjuntai sampai lututnya dengan ganas.

Pedangnya berayun ke sisi kanan dan kiri targetnya, namun dihindari dengan gesit. Matanya menatap garang, disertai ayunan pedang ke leher pria lainnya, dihindari dengan mudahnya. Wajah pria yang sudah memar dimana-mana itu makin kesal, ia berhenti sejenak, kemudian menyerang kembali.

Hasilnya tetap sama, tidak ada satupun serangannya yang berhasil mendarat. Jangankan mengenai tubuh lawannya, kainnya saja tidak terlihat goresan sedikitpun.

Pria yang terlihat masih muda itu sangat lihai, ia menghindari setiap serangan tebasan pedang yang ditujukan padanya dengan sangat mudah. Tubuhnya meliuk-liuk dengan bebas, dibandingkan tengah bertarung, ia seperti sedang melakukan tarian perayaan kemenangan.

Tingkah pria muda itu membuat lawannya geram, namun tidak bisa berbuat apapun. Pertarungan yang tidak ada habisnya, pria tersebut menyadari hal itu. Ia mencoba mencari celah, saat lawannya menghindari serangannya agak jauh, ia berlari ke arah berlawanan. Berlari dengan kencang, menuju ke hutan yang lebih dalam.

Tidak ada kepanikan, pria muda yang menjadi lawannya malah tersenyum senang. "Perburuan akan segera dimulai." Ucapnya dengan dingin, lalu melesat dengan cepat.

Merasa rencananya berhasil, pria yang dipenuhi luka itu tertawa dengan keras, wajahnya terlihat puas. Sesekali ia menengok ke belakang, saat tidak melihat tanda-tanda pria yang dilawannya, ia tertawa sekali lagi.

Namun tawanya terhenti, bertepatan dengan langkah kakinya yang juga terhenti. Pria itu berlutut seketika, matanya menatap penuh rasa frustasi, tubuhnya menggigil tanpa sadar. Ia mengumpat, mulai menyesali tingkah sembrono yang dilakukannya beberapa jam lalu.

Beberapa detik yang lalu, ia sangat yakin sudah terbebas dari pria yang kini sudah berdiri di hadapannya. Tapi apa yang terjadi?

Mata pria itu menatap pria muda yang berdiri di hadapannya, ia mulai ketakutan. "Ba-bagaimana kau bisa mengikuti ku secepat ini?" ucapnya tergagap,

Pria di hadapannya tersenyum angkuh, "Sangat mudah, hanya berlari seperti biasa."

Ia berjalan mendekat, wajah pria itu semakin terlihat jelas. Ia menempelkan telapak tangannya ke wajah pria penuh luka itu, mencengkeramnya dengan kuat. Berkomat kamit, membuat pria lainnya memberontak kuat namun tidak berhasil.

Ada sesuatu yang aneh dengan pria itu, wajahnya semakin mengkerut, lama kelamaan berubah kering kerontang, dan akhirnya berubah menjadi debu yang berterbangan ditiup angin sepoi-sepoi.

"Inilah akibatnya jika kau tidak bisa menggunakan sihir dengan bijak,"

Sesaat kemudian ia berdecak, membersihkan debu mayat yang berterbangan dan menempel di pakaiannya.

"Ha~ah, ternyata aku masih belum bisa mengontrol teknik ini dengan baik."

Pria muda itu menatap ke arah tumpukan debu yang tersisa, kemudian mengendikkan bahu. "Biarkan saja, orang itu juga tidak berguna untuk dunia ini."

Kini ia berjalan dengan santai, meninggalkan sisa debu yang menumpuk dan mulai diterbangkan angin secara perlahan.

Suasana hutan itu kembali hening, pepohonan yang tumbang dan rusak akibat pertarungan sebelumnya, kembali pada kondisi awalnya.

Pria muda itu tidak berhenti komat kamit sepanjang langkahnya, seiring itu pula, jejak pertarungannya seperti hilang di telan bumi.