"Halo, mah! Maaf aku berada di kamar mandi," ucap Laras kepada ibunya yang bernama Agnes melalui panggilan telepon. Laras bahkan sampai terburu-buru ketika mendengar nada dering ponselnya. Bau tubuh Laras menjadi aneh karena Kevin. Dia memutuskan untuk mandi lagi, berharap jejak Kevin segera lenyap, ternyata tidak. Laras benci aroma pria itu.
"Belum sampai sehari saja kau telah menjadi tidak tahu diri. Kau mau ayahmu mati!" ucapnya yang membuat Laras tercengang.
"Itu tidak seperti yang kau pikirkan. Aku benar-benar sedang mandi dan terburu-buru ketika mendengar ponselku berdering," sahut Laras dengan cemas.
"Maksudmu aku mengganggumu begitu!" seru Agnes membuat Laras menggelang frustasi.
"Ingat, sayang. Jika kau masih ingin melihat senyum di wajah ayahmu maka bersikaplah dengan baik kepadaku," ucap Agnes membuat Laras semakin khawatir. Selama ini Agnes tak pernah main-main dengan perkataannya. Laras khawatir wanita ini akan berbuat nekat.
"Aku janji akan melakukan tugasku dengan baik, mah. Aku telah menikah dengan pria kaya dan menjadi menantu keluarga Admaja. Bisakah mama mempertimbangkan atas perjuanganku ini?" ungkapnya.
"Haha, kau benar. Sekarang buktikan perkataanmu bukanlah omong kosong. Karena ku dengar temperamen cucu ketiga keluarga Admaja tidak baik. Banyak gosip tentangnya, dia sangat liar. Jangan sampai usia pernikahanmu berjalan singkat anakku. Apa kau mengerti maksudku mama?"
"Aku mengerti," sahut Laras mematikan sambungan. Laras meletakkan ponselnya diikuti hembusan nafas berat.
Ketika Laras berbalik dia begitu terkejut menemukan Kevin telah berdiri di hadapannya. Laras nyaris menabrak daun pintu lantara kaget. Sejak Kapan pria itu berdiri disitu! Laras baru sadar bahwa ketika Kevin keluar dia lupa mengunci pintu. Astaga kenapa dia sangat ceroboh.
Kevin menatap Laras dengan dingin dan kesal. "CK, menyebalkan!" umpatnya.
Laras segera berdiri dengan baik dan berhadapan dengan suaminya itu. Anggap saja suami meskipun mereka sama-sama tidak saling menganggap.
Bertatapan dengan Kevin membuat Laras gugup. Apakah dia mendengar percakapan mereka tadi?
Dari tatapan Kevin Laras bisa menebak bahwa dia mendengar segalanya.
"Aku… kau…" Laras binggung harus mengatakan apa ketika tatapan mereka bertemu. Tatapan Kevin yang amat curiga dan sangat dingin membuat adrenalin Laras lenyap oleh sikap mengintemidasi pria di depannya ini.
"Sepertinya kau sudah salah paham," ucap Laras ingin menjelaskan kepada Kevin. Namun Kevin terlihat tidak peduli dan bernalik membelakanginya.
"Tidak perlu basa-basi. Aku mendengar segalanya," ucap Kevin tanpa mau mendengar penjelasan Laras segera keluar dari kamar mandi meninggalkan Laras yang merasa hampa.
Laras menatap kepergian Kevin dengan perasaan kesal. Mengapa dia tidak mau mendengar penjelasan dulu malah pergi begitu saja. Dia benar-benar tidak bisa dibujuk atau diajak bicara.
***
Episode 2
Setelah pemikiran panjang, Laras memutuskan keluar dengan piyama yang melilit tubuhnya. Sekarang tubuh dan pikirannya terasa lebih segar dibanding sebelumnya. Tanpa memperdulikan Kevin yang sedang duduk di sofa dan sedang memainkan laptop, Laras berjalan menuju ruangan yang diyakini adalah ruang ganti. Ini bukan kamarnya, dia bertindak sesuai kata hatinya.
Hingga ketika Laras salah memasuki ruangan, yang dimasukinya adalah ruangan 18+ dimana terpampang foto-foto seksi dan hot wanita dengan penampilan setengah telanjang
Laras bergegas keluar dan menutup pintunya dengan rapat. Wajahnya berubah menjadi merah seperti udang bakar. Penampakan yang ia lihat membuat jantungnya bergerak tanpa ritme. Berantakan.
Laras melempar tatapannya kepada Kevin yang menyadarinya perilakunya. Pria itu hanya bertindak biasa saja sambil melempar tatapan masa bodoh dan kembali fokus pada laptop.
"Dasar Mesum!" umpat Laras terang-terangan segera berlari mendekati Kevin.
Laras menatap Kevin yang duduk dengan tenang seakan tak menghiraukan keberadaannya. Jika tak butuh baju ganti dia mana sudi berbicara dengan pria ini.
"Ruang ganti dimana? Aku gak bawa pakaian apapun. Kata pelayan, ada pakaian yang telah disiapkan untukku di kamar. Kau tahu kan pakain untukku dimana?" tanyanya sambil menengadah.
Kevin yang sibuk dengan laptop akhirnya mendongkak dan menatap Laras dengan malas.
"Makanya kalau gak tahu gak usah sok tahu. Apa susahnya nanya ke aku?" sahut Kevin dengan dingin seraya menunjuk ke arah ruang ganti.
"Ruang ganti disana," ucapnya lalu kembali fokus pada laptop.
Laras berjalan memasuki ruangan ganti yang terletak di sebelah pojok. Kevin mengatakan letak ruang ganti, namun tak mengatakan pakaian. Entah apa yang dia kerjakan di laptop sehingga tak bisa diganggu.
Ketika Laras membuka sebuah lemari dia begitu tercengang menemukan satu-satunya pakaian yang bisa ia kenakan–sebuah lingerie berwarna hitam.
Laras memperhatikan lingerie tersebut dengan mata yang melotot. Sebenarnya dia sudah terbiasa bahkan nyaman mengenakan lingerie atau pakaian dalam ketika tidur, namun tidak mungkin ia menggunakannya di hadapan pria itu. Laras takut dia akan diterkam hidup-hidup.
"Jubah mandi juga sepertinya sudah basah," gumamnya memperhatikan jubah yang tergeletak di lantai. Semua ini karena ulah Kevin yang asal nyosor ke kamar mandi tadi.
Dengan terpaksa Laras mengenakan lingerie tersebut. Meminta bantuan Kevin pun sepertinya percuma, pria itu tidak akan membantunya mencari pakaian baru.
Setelah mengenakan linggeri, Laras memperhatikan dirinya di depan cermin. Dia nyaris syok melihat dirinya sendiri. Hampir seluruh bagian tubuh yang ia sembunyikan terekspos. Lingerie yang ia pakai menggunakan kain kelambu, bagian yang tertutup hanyalah bagian vital antara dada dan area v. Itupun hanya ditutupi dengan secarik kain tipis.
Setelah pertengkaran dengan dirinya sendiri, Laras memberanikan diri untuk keluar. Keroncong dari perutnya telah meminta jatahnya. Jika masih berlama-lama lagi dia mungkin akan pingsan di ruang ganti atau mati kelaparan.
Laras menghampiri Kevin yang telah duduk di kursi sofa. Melihat makanan yang belum disentuh sepertinya pria ini sengaja menunggunya.
"Ma-makan disini?" ucap Laras dengan tidak percaya diri.
Kevin menyipit matanya mendengar perkataan Laras. "Iya, memangnya dimana lagi? Tempat tidur?" sahut Kevin dengan tenang namun mampu membuat jantung Laras membelonjak hampir lepas dari tempatnya ketika mata Kevin bergerak nakal menyapu tubuhnya membuat Laras merinding.
Laras menggeleng dengan cepat, membuat Kevin ikut menggeleng melihat tingkahnya.
Sebenarnya Laras ingin tanya kenapa harus menu makanan Jepang yang merupakan makanan favoritnya.
"Duduk dan makan dengan tenang!" ucap Kevin membuat Laras mengeryit. Melihat wajah Kevin yang amat tenang ingin rasanya Laras menonjok wajahnya yang sok cool itu.
Memangnya penampilannya sekarang tidak cukup apa! Dia bahkan kesulitan berekspresi namun pria ini malah biasa-biasa saja. Hiks, ini merupakan penghinaan terbesar bagi Laras.
Dengan kesal Laras duduk di hadapan Kevin. Laras mulai memasukkan beberapa makanan ke mulut menggunakan sumpit. Matanya tak kehilangan jeda menatap Kevin yang mencicipi makanan dengan tenang. Meskipun dia sangat lapar, namun sikap Kevin jauh menarik perhatiannya dan rasa penasarannya. Dia sangat dingin dan juga acuh.
'Saat makan pun dia masih berpura-pura cool. Bagaimana bisa ada pria seperti dia? Dia harus menunjukkan kepribadiannya yang sesungguhnya!' batin Laras menggebu-gebu olah rasa penasaran.
Selama hidupnya ia tak pernah berjumpa dengan pria yang bersandiwara selama ini. Sudah 3 jam mereka di dalam kamar, namun pria ini masih belum menelanjanginya lagi. Laras tak sadar dirinya yang polos berubah kotor ketika berhadapan dengan Kevin. Dia hanya ingin menjinakkan pria dingin seperti Kevin. Itu membuatnya merasa tertantang.
'Atau mungkin dia bermasalah?' Laras segera menggeleng dengan cepat. Apa yang baru saja ia pikirkan. Amit-amit buah belimbing. Jangan sampe!
"Apa aku boleh bicara saat makan?" ucap Laras menatap Kevin dengan seksama.
Pria yang duduk di depannya yang terlihat tidak tertarik dengan tenangnya menjawab, "Boleh," sahut Kevin tanpa menatap Laras.
Laras memasukkan sendok ke dalam mulut dan mengangguk-ngangguk. Dia sedikit ragu mengatakannya. Namun ia harus mencoba.
"Kau… apa ini masih belum cukup? Em, maksudku apa kau tidak anu, iiiingg..in...?" ucap Laras dengan hati-hati membuat Kevin berhenti makan dan mendongkak kepadanya.
Ditatap oleh Kevin membuat Laras membeku, namun ia sangat menantikan jawaban Kevin sehingga mampu menatap Kevin tanpa berkedip.
Kevin mengernyit. "Ingin…? Apa kau sedang membahas malam pertama?" detailnya.
Bodoh dan gila! Laras merasakan detakan yang amat dahsyat di dadanya ketika malam pertama disinggung dari mulut Kevin. Rasanya berbeda ketika hanya dipikirkan di pikirannya saja.