Bruk.
Hampir saja Anan menabrak truk kalau saja dia tidak membanting setir. Alhasil mobilnya menabrak pohon di pinggir jalan. Bemper mobilnya rusak parah di bagian depan. Pelipis Anan juga berdarah karena membentur dashboard. Darah segar menetes dari dahi Anan.
Warga yang melihat kejadian langsung berhamburan, mendatangi tempat kejadian.
Mobil Anan mengeluarkan asap, segera para warga bergotong-royong membantu mengeluarkan Anan dari dalam. Anan dalam keadaan pingsan sehingga warga yang mau menolongnya kesulitan, untuk mengeluarkannya dari mobil.
Pintu mobil Anan diketuk dari luar. Para warga berteriak agar Anan segera terbangun, sebelum mobil meledak kebakaran.
"Pak, buka pintu mobilnya!" teriak warga bertubuh kurus tinggi.
Hening tidak ada jawaban.
Warga mengulangi lagi panggilan yang sama.
"Tuan, buka pintunya!" ucap seorang pemuda berambut cepak.
Masih hening.
Dengan terpaksa warga memecahkan kaca mobil, untuk mengeluarkan Anan dari dalam.
Suara pecahan kaca berserakan dimana-mana. Kaca mobil berhasil dipecahkan warga untuk menolong Anan agar keluar dari dalam mobil.
Beberapa warga membantu melepas sabuk pengaman yang mengikat Anan. Setelah Anan berhasil dikeluarkan dari dalam mobil, lima menit kemudian mobil yang dikemudikan meledak terbakar.
Para warga refleks menjauh dari mobil yang terbakar. Tidak ada yang bisa memadamkan mobil Anan, karena situasi jauh dari sumber mata air. Mobil mewah Anan seharga ratusan juta kini sudah hangus terbakar.
Lima belas menit kemudian polisi datang ke tempat kejadian. Warga yang menolong Anan diminta kesaksian oleh polisi.
"Selamat siang, Bapak-Bapak," ucap pak polisi berpangkat Bripda.
"Siang, Pak," jawab mereka serentak.
"Kami dari barisan, polisi ingin meminta kesaksian dari Bapak-Bapak semua atas kejadian perkara yang menimpa korban," jelas Bripda bernama Ruly.
Salah satu warga pun, dimintai keterangan, dan menjadi saksi atas kejadian yang menimpa Anan.
Polisi yang meminta keterangan warga yang menjadi saksi, di bawa ke kantor polisi. Sementara Anan di bawa ke rumah sakit untuk pengobatan. Luka Anan tidak begitu parah tapi akan dimintai keterangan juga, bagaimana kejadian bisa terjadi. Truk yang akan menabraknya berhasil melarikan diri.
***
"Mas, kamu gapapa kan?" tanya Sarah menghampiri suaminya.
Sarah ditelpon polisi kalau Anan mengalami kecelakaan.
Anan menggeleng pelan. "Nggak, hanya luka kecil saja, kok."
"Syukurlah kalau kamu selamat," ucapnya sembari memeluk Anan.
Saat kejadian Sarah sedang berada di kantor. Dia mendapat telepon dari polisi melalui ponsel Anan. Mengabarkan kalau suaminya mengalami kecelakaan. Mobil Anan, menabrak pohon besar dipinggir jalan. Ada sebuah truk yang melintas dari berlainan arah, truk tersebut ingin menyalip sebuah mobil. Detik selanjutnya, Anan yang melintas hampir menabrak truk bermuatan pasir. Akhirnya Anan terpaksa membanting setir tapi menabrak sebuah pohon.
Tanpa di sadari matanya mengarah pada televisi yang sedang menyala, dalam ruangannya. Dia melihat Habib, mengikuti perlombaan MTQ untuk wilayah se provinsi. Wajah Habib tersorot kameramen yang sedang membaca ayat Al-Qur'an.
Suara Habib begitu merdu dan mendayu-dayu di telinga. Tanpa terasa, sebutir kristal bening jatuh menodai pipi Anan saat melihat putranya melantunkan ayat suci dengan merdu. Ia pun segera menghapus air matanya ketika melihat polisi datang mengetuk pintu.
"Masuk!" serunya sambil melihat ke arah pintu.
Tampak Bripda Ruly dan polisi yang lain datang menghampirinya.
"Selamat siang, Bapak Anan Adelio," ucapnya ramah.
"Selamat siang, Pak," balas Anan.
"Kami dari pihak kepolisian ingin meminta keterangan, Bapak atas kejadian tadi," lanjut Bripda Ruly.
Sejenak Anan berpikir sebelum memberi kesaksian.
"Entahlah, kejadian itu terjadi begitu saja saat aku sedang menyetir," sahut Anan datar.
"Apa, Bapak bisa mengenali plat truk tersebut?" tanya Bripda Ruly lagi.
Anan menggeleng-geleng. "Tidak."
"Baik, kalau begitu. Kejadian ini, akan kami proses dan menangkap sopir truk yang membawa truknya dengan ugal-ugalan," tegas Bripda Ruly. "Selamat siang dan maaf mengganggu waktu istirahatnya."
Anan mengangguk pelan. "Iya."
Polisi berpamitan untuk melanjutkan perkara di tempat kejadian.
"Permisi, Bapak Anan."
"Silahkan, Pak!"
Sarah yang sedari tadi mendengar percakapan Anan dengan polisi segera mendekatinya.
"Mas, kamu ngelamunin apa, sih hingga tidak fokus sambil menyetir. Atau jangan-jangan kamu lagi mikirin ...." Sarah menjeda ucapannya.
Kening Anan berkerut. "Mikirin apa maksudmu?"
"Mikirin, Ayi," ketus Sarah.
"Sarah," seru Anan. "Demi kamu aku rela ninggalin anak dan istriku di Kampung halaman. Sekarang kamu menuduhku aku memikirkan, Ayi, begitu?"
"Mas, wajar, kan kalau aku sebagai istrimu cemburu? Di hatimu masih ada wanita lain. Terlebih, Ayi wanita cantik dan sholeha."
"Apa pengorbananku selama ini, belum cukup bagimu hah? Bukti apalagi yang harus kuberikan padamu agar kau percaya, hem?" Anan mendesah.
"Aku tidak percaya padamu begitu saja, Mas. Laki-laki pandai menyimpan dusta," celetuk Sarah.
Anan menghela nafas panjang. "Sudahlah Sarah, aku mau istirahat! Aku lelah berdebat denganmu masalah ini, terus."
Sarah mengangkat satu alisnya ke atas.
"Mas, seharusnya aku yang marah. Di hatimu ada wanita lain. Kamu aku jadikan suami dan aku angkat derajatmu, dari tukang sapu hingga sukses sampai sekarang. Seharusnya kamu beruntung karena mendapatkan gadis-cantik dan tajir."
"Jadi kamu menyesal karena menikah denganku, hem?"
Sarah membuang wajahnya ke arah kaca jendela yang transparan.
"Aku tidak menyesal, Mas, cuma ...." Sarah menggantung ucapannya.
"Cuma apa, Sarah?" cecar Anan penasaran. Ia membalikkan tubuh Sarah dan menghadapkan ke arahnya. "Pandang aku, Sarah! Tatap mataku! Adakah kau lihat keraguan di sana?"
Netra Sarah dan Anan saling bertemu di manik hitam.
"Lepaskan!" Sarah menghempaskan tangan Anan yang menyentuh bahunya.
"Dengar, Sarah! Hanya kaulah wanita satu-satunya yang ada dalam hatiku. Aku sungguh sangat mencintaimu," bisik Anan lembut di telinga Sarah.
Seraya membenamkan kepala Sarah dalam dadanya yang bidang.
Sedetik kemudian Sarah terdiam dalam buaian Anan. Begitulah jika lelaki sudah menggombal, wanita akan terbuai dalam rayuannya. Iya gak guys? Kata pria, wanita itu makhluk paling bodoh. Sudah dibohongi, dan di kibulin masih saja tetap percaya dengan alasan nama cinta.
Ya sudah kita tinggalkan Anan, dan Sarah yang terbuai dalam cinta mereka. Kita menuju saja kepada Habib yang lagi menyelesaikan perlombaan.
***
Acara perlombaan segera dimulai. Habib membaca Al-Qur'an dengan hikmat. Penonton terpukau dengan suara emasnya.
"Bismillahirrahmanirrahim."
1. Ar-Rahman
Tuhan Yang Maha Pemurah.
2. Allamal-Qur'an
Yang telah mengajarkan Al-Qur'an.
3. Holaqol Insan
Dia menciptakan Manusia.
4. Allamahul-bayan
Mengajarnya pandai berbicara.
5. Asy-syamsu wal-qamaru bihusban
Matahari dan bulan beredar menurut
Perhitungan.
6. Wan-najma wasy-syajaru yasjudan
Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya.
7. Was-sama arafa'aha wa wada'al-mizan
Dan Allah telah meninggikan langit dan
Dia meletakkan neraka keadilan.
8. Alla takqau fil-mizan
Supaya kamu jangan melampaui batas
neraka itu.
9. Wa aqimul-wazana bil-qisti wa la tukhsirul-mizan.
Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu.
10. Wal-arda wada'aha lil-anam
Dan bumi telah dibentangka -Nya untuk
mahluk-Nya.
11. Fiha fakihatuu wan-nakhla zatul-akmam
Di dalamnya ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak Mayang.
12. Wal-habbu zul-asfi war-raihan
Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-
bunga yang harum baunya.
13. Fabi'ayi ala i rabbikuma tukaziziban
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
14. Khalaqal-insana min sal saling kal-fakhhar
Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.
15. Wakhalaqal-janna mim mariji min nar
Dan dia menciptakan jin dari nyala api
tanpa asap.
16. Fabi ayi ala i rabbikuma tukazziban
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah
yang kamu dustakan?
17. Rabbul-masyriqaini wa rabbul-maqribain
Tuhan(yang memelihara) dua timur dan
Tuhan(yang memelihara) dua barat.
18. Fa bia ayyi ala i rabbikuma tukazziban
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah
yang kamu dustakan?
19. Marajal-bahraini yaltaqiyan
Dia membiarkan dua laut mengalir yang
kemudian keduanya bertemu.
20. Bainahuma barzakhul la yabqiyan
Di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.
21. Fa biayyi ala i rabbikuma tukazziban
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah
yang kamu dustakan?
22. Yakhruju min-humal-lu'lu'u wal-marjan
Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.
23. Fa bi'ayyi ala' i rabbikuma tukazziban
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah
yang kamu dustakan?
24. Walahul-jawaril-munsya' atu fil-bahri kal-
a'lam
Milik-Nyalah kapal-kapal yang berlayar di lautan bagaikan gunung-gunung.
25. Fabi'ayyi ala' i rabbikuma tukazziban
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah
yang kamu dustakan?
26. Kullu man'al aiha Fan
Semua yang ada di bumi itu akan binasa.
27. Wa ya qa wal-hu rabbika zul-jalali wal-ikram
Tetapi wajah Tuhanmu yang memilikki
kebesaran.
28. Fabi'ayyi ala i rabbikuma tukazziban
Maka nikmat manakah yang kamu
dustakan?
29. Yas'alahuman fis-samawati wal-ard kulla yaumin jiwa fisya'n
Apa yang di langit dan di bumi selalu
meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.
30. Fabi'ayyi ala i rabbikuma tukazziban
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah
yang kamu dustakan?
31. Sanafruqu lakum ayyuhas-saqalan
Kami akan memberi perhatiaan sepenuhnya kepadamu wahai golongan manusia jin.
32. Fabi'ayyi ala i rabbikuma tukazziban
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah
yang kamu dustakan?
33. Yama'syaral-jinni wal-insi initata'tum an
tantuzu min aqtaris-samawati wal-ardi
fanfuzu' la tan fuzuna illa bisultan
Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus melintasi penjuru langit dan bumi, maka tembuslah kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuasaan Allah.
"Sadaqallahulazim," Habib menutup bacaan ayat suci dengan mencium Al-Qur'an.
Riuh tepuk tangan dari para penonton sambil berdiri, begitu Habib menyelesaikan bacaan terakhirnya.
Detik berikutnya Habib terjatuh pingsan, dii atas mimbar setelah menyelesaikan perlombaan.
Ini Author asal nyebut aja kata bruk ya. Semoga emak-emak yang baca tidak ada yang protes. Secara author gak bisa mencontohkan adegan jatuh. Mohon maaf bagi readers jangan ada yang protes.
"Habib!" teriak Ayi.
Ayi segera berlari menyongsong Habib yang terjatuh. Hidung Habib mengeluarkan darah segar.
Ustaz Rahman Maulana tak kalah terkejut melihat tubuh Habib ambruk, mengeluarkan darah segar dari hidungnya.
"Habib!" panggil Ustaz Rahman.
Para dewan juri, panitia, dan juga penonton seketika menjadi panik. Suara dalam ruangan perlombaan mendadak kisruh.
"Bib, bangun, Nak! Jangan tinggalkan Bunda!" bisik Ayi lembut sembari terisak.
Pucat, dan dingin itulah yang terasa suhu badan Habib.
"Habib, Nak, bangunlah! Lihatlah semua penonton bertepuk tangan meriah untukmu," ucap Ustaz Rahman.
Para awak media yang meliput, menyorotkan kamera ke arah Habib yang terbujur dingin. Ayi tidak dapat menahan kesedihannya, dan membendung air mata yang kian bertubi-tubi, mengalir deras di pipinya.
"Nak, jangan tinggalkan, Bunda!" lirih Ayi.
Tubuh Habib yang dingin dia peluk dengan air mata.
Ustaz Iman yang melihat kejadian tersebut segera meminta panitia, menghubungi dokter agar datang menangani Habib. Untunglah ada salah satu dari penonton yang menyaksikan perlombaan ada seorang dokter. Bergegas dokter tersebut memeriksa kondisi, Habib yang dalam keadaan pingsan.
"Maaf, saya dokter. Bisa tolong minggir sebentar!" ucap dokter muda menerobos kerumunan massa.
Seketika para penonton yang mengelilingi Habib sedikit menjauh. Dokter muda tersebut memeriksa keadaan Habib yang lemah.
"Maaf, Ukhti. Sekarang juga kita harus membawa, Habib ke rumah sakit. Kondisinya mengkhawatirkan," jelas dokter.
"Dokter, apa keadaan anak saya membahayakan?" tanya Ayi penasaran.
Seraya menatap tajam ke arah dokter muda tersebut.
"Anak-nyonya mengalami dehidrasi. Kita harus membawanya ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan," lanjut dokter.
"Berapa lama Habib akan pingsan seperti ini, dokter?" sela Ustaz Rahman bertanya.
Ada raut wajah kekhawatiran terhadap Habib, ditunjukkan Ustaz Rahman.
"Mungkin setelah diinfus pasien akan segera sadar," ucap dokter menjelaskan.
"Dokter, kalau begitu tunggu apalagi. Segera bawa pasien ke rumah sakit agar mendapat pertolongan," ucap Ustaz Iman menimpali.
Beberapa panitia membantu Habib untuk membawa ke rumah sakit. Dokter muda yang tadi menangani Habib, menawarkan mobilnya untuk membawa bocoh itu ke rumah sakit.
"Ukhti, naik saja ke mobil saya! Saya akan segera membawa Habib ke rumah sakit, tempat saya bekerja," tawar dokter.
Ayi memandang ke arah Ustaz Rahman meminta persetujuan. Seakan tahu akan syarat yang diberikan Ayi, Ustaz Rahman pun mengangguk.
"Iya, Dokter," sahutnya. "Terima kasih, Dokter ...."
"Raka-namaku, Dokter Raka," dokter Raka menyebutkan namanya dengan cepat.
"Terima kasih, dokter Raka," ucap Ayi.
"Sama-sama," balas dokter Raka mengulas senyum sembari menghidupkan starter mobil.
Ustaz Rahman menemani Ayi ke rumah sakit dengan menggunakan mobil dokter Raka. Sepanjang jalan dokter muda mencuri pandang ke arah Ayi. Sesekali dia mencuri pandang. Jilbab syar'i Ayi melambai-lambai tertiup angin, dari kaca jendela mobil yang tertutup.
Sementara Habib masih belum sadarkan diri dari pingsannya.
Lima puluh menit kemudian mobil memasuki halaman rumah sakit. Ternyata rumah sakit yang di maksud dokter Raka, tempat Anan juga dirawat.
***
Bersambung.
Untuk part di awal karma belum dibalas tunai buat pelakor dan suaminya biarkan mereka bahagia di atas derita orang lain. Kalau penyesalan datang di awal namanya kan pendaftaran jadi nanti di akhir perjalanan kisah ini akan ada dapat balasan setimpal buat yang sudah zalim.