Mark dan Keysa menoleh ke belakang. Mark menatap sosok itu, ia sedikit terkejut. Keysa menatap sosok wanita itu dari atas ke bawah, wanita itu tampak menawan meskipun di matanya terlihat ada kerutan.
"Ibu datang?" tanya Mark dengan wajah senang.
"Tentu saja. Maaf, Ibu terlambat," wanita itu menarik Mark ke dekapannya. Mark membalas pelukan wanita paruh baya itu.
'Jadi..ini nyokapnya Kak Mark.' Batin Keysa.
"Bu, ini Kaysha tunangan aku," kata Mark sembari melepaskan pelukan.
"Kamu cantik sekali," puji wanita itu tersenyum.
Keysa tersenyum tipis, "Terima kasih, Tante…"
"Panggil saja Tante Mia," tanggap wanita itu ramah.
"Tante udah ketemu orang tua aku?" tanya Keysa sopan. Keysa berusaha memancing wanita di hadapannya. Ia masih ingat isi buku harian kembarannya mengenai sosok Ibu Mark.
Ibu Mia sedikit terkejut, kemudian ia buru – buru mengatur ekspresi wajahnya, "Belum. Ibu baru pulang dari luar negeri dan langsung kesini."
Keysa tersenyum tipis, "Mark gak sempat cerita sama aku. Tante tinggal di negara mana?" tanya Keysa penasaran.
"Oh..itu…" Ibu Mia tampak ragu menjawab pertanyaan Keysa.
'Kena juga!' batin Keysa senang.
"Di Prancis," Mark dengan cepat menjawab.
Keysa menoleh pada Mark, ia tersenyum senang, "Nanti sesekali kita kesana ya, Tan. Gak apa, kan?"
"Tentu saja boleh, Kay," balas Ibu Mia.
"Kay, Mark," panggil Mamah Clara. Disampingnya, ada Ayah Gavin yang mendampingi sang istri.
"Tante, Om. Kenalkan ini Ibu Mark," ucap Mark sopan.
"Ya ampunn~ aku baru lihat kamu. Kata Mark kamu sibuk di luar negeri dan susah dihubungi," sambut Mamah Clara ramah.
"Hahaha iya. Kerjaan aku disana banyak jadi emang susah," balas Ibu Mia. Kemudian wanita itu meneguk sirup yang diambil dari pelayan yang berlalu lalang.
Keysa menatap Ibu Mia, di matanya entah kenapa wanita itu tampak canggung.
"Memangnya kamu bekerja sebagai bagian apa?" tanya Ayah Gavin penasaran.
'Pertanyaan bagus, Yah!' puji Keysa senang dalam hatinya.
"Aku di bagian berita tetapi di belakang layar," jawab Ibu Mia lancar.
Mark menepuk pundak Keysa. Keysa menoleh pada Mark, "Kenapa Kak?"
"Aku lihat teman kamu tadi," bisik Mark.
Keysa mengalihkan pandangannya pada ketiga orang dewasa yang mulai larut dalam obrolan. "Ya udah, kita kesana saja."
"Mark sama Kay izin ke temannya Kay," ucap Mark. Ketiga orang dewasa itu mengangguk kompak kemudian kembali fokus mengobrol.
Mark dan Keysa melangkahkan kakinya ke tengah ruangan, tempat tumpukan gelas sirup yang tersusun rapi hingga membentuk Menara yang indah. Disana, ada ketiga teman Kaysha.
"Hai kalian," sapa Keysa ceria. Ketiga teman Kaysha otomatis menengok, wajah ketiganya tampak bahagia.
"Kayyy! Sumpah lo cantik banget," puji seorang gadis dengan rambut abunya.
Keysa terkekeh kecil, "Makasih ya, Helen."
Si gadis berambut abu, Helen mengangguk, "Aduh gue bisa jatuh cinta sama lo nih," canda Helen.
"Heh! Ada tunangannya!" peringat gadis dengan tahi lalat di bawah mata kanannya.
Mark yang merasa dipanggil menanggapi dengan santai, "Hahaha, kita udah terikat nih, Lun." Mark dengan bangga menunjukan cincin dirinya dan otomatis Keysa mengikuti tingkah Mark.
"Kalian lucu bangett!" Helen menatap Mark dan Keysa bergantian. Ia gemas dengan keduanya.
"Vai? Kok lo diam terus?" tanya Luna sembari menyenggol gadis yang berdiri di sampingnya.
"Oh-oh iya. Selamat atas pertunangan kalian," kata gadis dengan rambut keriting gugup.
Keysa mengangkat alisnya saat menyadari tingkah aneh dari Vaila. Tetapi, Keysa memilih tak peduli, "Makasih ya, Vai."
"Hadiahnya entar kita kirim. Masih dipersiapkan," info Luna.
"Kirain kalian lupa," tanggap Keysa.
"Gimana bisa lupa? Lo tiap hari selalu spam grup untuk bilang ke kita biar gak lupa hadiahnya," sahut Helen.
Keysa tertawa kecil, "Kalian suka alasan lupa soalnya."
Mark menatap Vaila sekilas kemudian ia menatap Keysa lalu berkata, "Sayang, aku mau ke toilet dulu. Kamu sama mereka dulu ya?"
Keysa mengangguk.
"Ciee…sayang nih sayang…" goda Helen semangat.
"Gue dulu lihat kalian pas awal malu – malu gitu," ucap Luna.
"Malu – malu?" Keysa sedikit bingung.
"Marknya yang lebih dulu bertindak. Lo kaya orang bego pas Mark manggil lo sayang," akhinya Vaila ikut terlibat obrolan.
'Ternyata gitu, gue pikir Kak Kay bakalan langsung percaya diri.' Keysa senang bisa mendapatkan info secara langsung dari sahabat kembarannya.
Keysa hanya tertawa kecil. Ia takut kalau membalas perkataan temannya akan membuat mereka curiga. Jadi, ia hanya dapat memperkirakan tingkah Kaysha saja.
"Kay! Aku lupa, ayo temuin lagi satu rekan kerja aku. Dia baru datang," panggil Mark setelah ia kembali dari toilet.
Keysa mengangguk, "Gue kesana ya. Selamat menikmati hidangan disini," izin Keysa menatap teman – teman Kaysha.
"Tapi, Kay…" Mark memperhatikan sekelilingnya setelah ketiga teman Kaysha pergi. "Dia rada…"
"Kenapa Kak? Dia kenapa?" tanya Keysa penasaran.
"Umm…agak kasar tapi, dia bermuka dua," kata Mark ragu.
"OH MARK!" suara menggelegar memanggil Mark.
"Itu dia. Nanti aku jelasin," bisik Mark sembari menatap pria tua yang mendekati dirinya dan Keysa.
"Halo, Pak Yahya," kata Mark sopan setelah pria tua itu berdiri di depannya.
"Tenyata kamu benar – benar bertunangan. Saya pikir bercanda," ucap Pak Yahya menatap Keysa dari atas ke bawah.
"Namamu siapa, cantik?" tanya Pak Yahya tersenyum. Pria itu mengulurkan tangannya pada Keysa.
Keysa menerima uluran tangan itu dengan setengah hati, ia tak nyaman, "Saya Kaysha, Pak."
Mark menarik tangan Keysa cepat kemudian menggenggamnya, "Dia anak dari Om Gavin dan Tante Clara."
"Saya tahu, Mark. Oh iya, proyek yang di Kalimantan berjalan lancar," ujar Pak Yahya.
Mark tersenyum tipis, "Kira – kira berapa keuntungan yang kita peroleh, Pak?"
"Sekitar 3 T," balas Pak Yahya bangga kemudian ia tertawa kencang.
"Wow…" ucap Keysa takjub sendiri.
"Syukurlah, semoga kedepannya terus lancar ya," ucap Mark.
"Semoga saja," tanggap Pak Yahya. "Kalau kamu kerja sama dengan saya. Saya jamin keuntungannya akan besar," katanya bangga.
Mark hanya tersenyum sebagai tanggapan. Keysa menaikkan salah satu alisnya, sepertinya ia bisa menebak mengapa Mark mengatakan pria di hadapannya bermuka dua.
"Mark, kita mau makan malam sama orang tua kita," info Keysa menyela Pak Yahya yang hendak mengeluarkan suaranya.
Beruntung, Mark orang yang tanggap, "Iya juga." Mark menatap Pak Yahya, "Pak, saya mau makan malam dulu. Kami izin pergi duluan ya."
Pak Yahya mengangguk. Keysa sadar kalau Pak Yahya meliriknya kesal, tetapi, Keysa pura – pura tidak sadar.
"Emangnya sekarang sudah jam sembilan?" tanya Mark bingung.
Keysa menggeleng kemudian ia tersenyum, "Masih ada lima belas menit lagi. Aku gak nyaman sama Pak Yahya."
"Ah…beliau itu sebenarnya suka tilep uang perusahaan. Aku udah sadar lama. Keuntungan yang di Kalimantan bisa sampai 5 triliun," terang Mark.
"Terus dua triliunnya dia tilep?" tanya Keysa penasaran.
Mark mengangguk.
"Kok gak diputusin kerja samanya? Kamu rugi dong," kata Keysa kesal.
Mark tersenyum, "Gak semudah itu, sayang. Proyek Kalimantan itu modalnya besar. Tapi, proyek Kalimantan akan jadi kerja sama terakhir kita."
"Kenapa gak kamu tuntut? Kalau dibawa ke pengadilan kamu pasti menang," tanya Keysa.
Mark terkekeh, "Aku malas ngurusnya. Jadi aku biarin," balas Mark santai.
"Dasar orang kaya," gumam Keysa.
"Kamu juga kaya, sayangg~" balas Mark lembut.
"Tapi, aku suka nyumbang ke panti," ucap Keysa bangga.