Chereads / Terpaksa Menjadi Tunangan Palsu / Chapter 10 - Pertanyaan Baru

Chapter 10 - Pertanyaan Baru

Keysa mengedipkan kedua matanya berkali – kali, "Cemburu?"

"Hehehe, iya maaf," ucap Mark.

Keysa mengerutkan keningnya mendengar ucapan Mark. Keysa melepaskan pelukan Mark, tangannya menahan kemeja putih Mark, "Kenapa minta maaf?"

"Soalnya aku kaya anak kecil," Mark menatap Keysa cemberut.

'Kok Kak Mark lucu kalau cemberut gitu?' tanya Keysa dalam benaknya, ia gemas sendiri. Mark bagaikan seorang anak yang tidak diberi permen oleh orang tuanya.

Keysa terkekeh kecil, "Gak ada yang salah kalau Kakak cemburu. Itu normal."

"Tapi, Kakak harus tau Haidar itu hanya teman aku. Jadi, Kakak gak perlu khawatir," peringat Keysa.

Mark mengangguk, kemudian ia kembali menarik Keysa, "Aku mau pulang. Tapi, gak mau pisah sama kamu."

"Masih ada besok, Kak," balas Keysa.

"Kamu yang bilang jangan chat kamu satu hari sebelum acara pertunangan," sahut Mark sembari melepaskan pelukannya dengan setengah hati.

Keysa terdiam. 'Tega juga Kak Kay.'

"Kay?"

"Aku anterin Kakak ke depan ya. Ini udah malam," Keysa secara tak langsung mengusir Mark.

"Bisa nginep di kamu padahal," ucap Mark. Tetapi, lelaki itu sudah berdiri dan menarik Keysa agar mengikuti langkahnya.

"Gak boleh," larang Keysa.

Keduanya berjalan ke teras depan rumah dalam keheningan. Mark menggenggam erat tangan Keysa sejak keduanya keluar dari ruang tamu. Pelayan yang berlalu lalang, hanya tersenyum sopan. Sayangnya, Keysa sadar kalau para pelayan menunjukan wajah iba pada keduanya. Mark yang tidak tau apapun dan Keysa yang harus bersikap seperti calon tunangan Mark.

"Hati – hati ya, Kak," pesan Keysa menyinggungkan senyum manisnya.

Mark tersenyum kemudian ia masuk dan meninggalkan kediaman Kaysha. Keysa menatap mobil mewah Mark yang sudah menghilang dari pandangannya.

"Cape juga hari ini," gumam Keysa pelan.

***

Keysa menatap buku harian Kaysha yang terletak di ranjang. "Gue sebaiknya baca lagi aja," ucap Keysa pada dirinya sendiri.

'Gue izin baca ya, Kak,' batin Keysa.

Keysa membaca dengan teliti. Sesekali, ia berkomentar saat ada cerita yang lucu. Rupanya, buku harian Kaysha hanya sampai kehidupannya SMA. Sejak memasuki bangku kuliah, Kaysha hanya menceritakan penilaiannya pada setiap dosen.

"Eh ada yang tentang Kak Mark," monolog Keysa.

"Gue ketemu sama kakak tingkat yang sebentar lagi lulus. Dia beda dua tahun sama gue. Gue gak sengaja numpahin kopi ke proposalnya. Gue pikir bakal ngamuk, ternyata dia malah minta ke gue buat ngaku di depan dosennya," monolog Keysa.

'Lucu juga ketemu karena kopi,' batin Keysa yang tanpa sadar tersenyum tipis.

"Untungnya, dosennya ngerti. Dia minta gue buat temanin skripsi sampai akhir. Gue iyain soalnya penasaran gimana skripsi. Sesekali, dia traktir gue. Wah, gue kenyang banget setiap nemenin dia skripsi. Dia juga bantuin tugas gue. Berguna banget kating ini meskipun beda jurusan sama gue," monolog Keysa. Keysa membayangkan kejadian yang dialami kembarannya dalam benaknya.

"Namanya Marka Kivandra, cakep bener namanya. Kaya orangnya, hehe," Keysa menutup buku harian Kaysha.

"Indah banget kehidupan Kakak. Ketemu orang yang sayang sama dia, dan mau tunangan," monolog Keysa.

Keysa menghela napas, ia meyandarkan tubuhnya di ranjang, "Terus kenapa Kak Kay nulis gini?" tanya Keysa membuka halaman yang dirobek Kaysha.

Keysa terdiam beberapa saat, ia mengerutkan keningnya, berpikir. Ia tersenyum senang saat sadar kalau ada hal terlewat. Keysa turun dari ranjang, kemudian mendekati tempat sampah yang berisi remasan kertas.

"Bisa – bisanya gak kepikiran tempat sampah dari kemarin," Keysa duduk di lantai dan mulai mengeluarkan isi tempat sampah.

"Untung isinya kertas aja," monolog Keysa.

Keysa mulai membuka isi kertasnya satu persatu. Isinya hanya coretan dan gambar tak jelas dari Kaysha. Ada juga tugas Kaysha yang diberi tinta merah yang dirinya yakini itu dari dosen.

"Banyak banget kertasnya," keluh Keysa sembari menatap tumpukan kertas yang ia kumpulkan dari tempat sampah.

Sampai dasar tempat sampah hanya tersisa dua remasan kertas, "Kalau gak ada dari salah satunya, gue bakalan nanya ke Kak Mark," tekad Keysa.

Ia menarik napasnya kemudian mengeluarkan napasnya perlahan. "Semoga aja ada."

"KETEMU!" ucap Keysa semangat sembari mengangkat tingi – tinggi robekan kertas itu.

Keysa menempelkan robekan kertas ke buku harian Kaysha. "

"Kenapa kamu gak jujur, Mark? Gue gak nyangka kalau nyokap kamu selama ini bukan di luar negeri. Tapi, disini."

Keysa makin mengerutkan keningnya, bukannya mendapatkan jawaban, ia malah mendapatkan pertanyaan lagi di benaknya.

"Bisa gila gue, Kak Kay nulisnya setengah – setengah," Keysa mengacak rambutnya asal.

"Masa cuman sampai disini, disini itu di Jakarta maksudnya? Tempatnya yang lebih detail itu dimana?" keluh Keysa.

***

Mark menunduk saat berhadapan sang ayah. "Angkat kepalamu, Mark," perintah sang ayah, Darel.

"Kamu yakin tidak mau menjadi CEO? Ayah bisa memberikannya sekarang padamu," celetuk Ayah Darel.

Mark mengangkat wajahnya, "Aku gak mau, Yah," tolak Mark tegas.

"Kenapa? Seharusnya kamu senang bisa langsung menjadi seorang CEO," ucap Ayah Darel sembari menyesap kopinya.

Mark menghela napas, "Aku rasa Ayah masih bisa bekerja. Ayah masih sehat."

"Tumben sekali kamu memuji Ayah," tanggap Ayah Darel sedikit terkekeh. "Mau apa kamu? Mobil? Jabatan?"

Mark menatap sang ayah, "Aku beneran tulus mujinya, Yah," keluh Mark.

"Lagian, kalau aku tiba – tiba jadi CEO, entar apa kata bawahan Ayah?" tutur Mark.

Ayah Darel menatap sang anak, kemudian ia tersenyum tipis, "Ya ampun, anak ayahhh~ sudah dewasa."

"Aku bukan anak kecil lagi, Yah," kata Mark menghindari usapan yang akan dilayangkan Ayah Darel.

Ayah Darel mengangkat tangannya, "Oke oke. Kamu sebentar lagi bertunangan dan di masa depan akan memimpin Perusahaan Baratama."

"Saat acara pertunangan nanti, akan ada rekan kerja ayah dan rekan kerja kamu. Jadi, kamu harus bersiap kalau mereka mengajak kerja sama di masa depan, kamu juga akan bertemu anak dari rekan kerja ayah dan –"

"Mereka juga akan menjadi pimpinan perusahaan di masa depan," sela Mark cepat. "Aku tau, Yah."

"Ck, kamu selalu menyela ucapan Ayah," Ayah Darel cemberut.

Mark hanya tertawa pelan, ia menyesap teh yang ada di atas meja.

"Memangnya jabatan direktur operasional cukup buat kamu?" tanya Ayah Darel.

"Astaga, Yah. Itu kan dibawah CEO, aku sebenernya sedikit kesusahan pas dapat jabatan direktur operasional," kata Mark.

"Soalnya, gak ada lagi yang cocok selain kamu, Mark. Kamu sengaja diberikan jabatan biar kamu bisa lihat betapa sulitnya menjadi direktur operasional," jelas Ayah Darel.

"Ayah yang minta aku nerima jadi direktur operasional," sahut Mark.

"Memang, kamu nanti kalau tidak bekerja, Kay akan diberi makan apa? Cinta? Bunga mawar?" tanya Ayah Darel.

"Aku tau…" kata Mark.

"Ayah kangen sama menantu ayah," gumam Ayah Darel pelan.

"Masih tunangan," ralat Mark.

"Kamu memangnya tidak mau menikah dengan Kay?" tanya Ayah Darel.

Mark terdiam beberapa saat, "Mau. Untungnya, kita sama – sama ngerti posisi masing – masing."

Ayah Darel tersenyum melihat Mark, "Kamu beruntung bertemu dengan Kay."

"Ibu nanti datang gak?" tanya Mark setelah keduanya diam beberapa menit.

Wajah Ayah Darel berubah datar, ia menatap putranya tajam, "Kenapa kamu bertanya padahal jawabannya sudah jelas."