Keysa masuk ke mobil sedan, tempat Haidar menunggunya.
"Udah selesai?" tanya Haidar sembari memainkan ponselnya.
Haidar menyimpan ponselnya saat Keysa tidak menanggapi apapun, "Key?"
Keysa menunduk, ia tak ingin wajahnya dilihat Haidar. Haidar yang peka dengan tergesa masuk ke kursi pengemudi. Ia menepuk pundak Keysa yang bergetar.
"Key…" panggil Haidar pelan.
Keysa terus menutup wajahnya. Haidar bukan tipe yang pemaksa, ia akhirnya memilih kembali ke kursi pengemudi. Ia akan membawa Keysa ke taman, tempat Keysa biasa menenangkan dirinya.
"Hei, apa yang terjadi tadi?" tanya Haidar pelan sesampainya keduanya di parkiran taman. Kondisi taman sudah gelap gulita, penerangannya sedikit ditambah suasana sepi membuat Haidar ragu mengajak Keysa keluar dari mobil.
"Gue…gue beban banget ya?" Keysa mengangkat wajahnya. Butiran air mata sudah jatuh di pelupuk mata indahnya.
Haidar mengambil sapu tangan yang biasa ia bawa, ia mengusap lembut bulir air mata Keysa, "Gak kok. Gue tau lo bukan beban, lo anak yang baik."
"Orang tua gue…selalu anggap gue aib…" Keysa buru – buru mengambil inhalernya dan menyesapnya cepat saat dadanya merasakan sesak.
"Tenanglah Key," Haidar berusaha menenangkan Keysa dengan memegang jemari tangan kanan Keysa.
"Haidar…apa sebaiknya gue gak ada di dunia aja ya? Biar Kakak gak perlu debat sama Ayah dan Ibu…" Keysa menatap Haidar sendu. Rasa putus asa menyelimuti Keysa.
"Gue gak pernah izinin lo pergi dari hidup gue, Key," Haidar menarik tubuh Keysa ke dalam dekapannya.
Keysa hanya dapat membalas pelukan Haidar erat. Pelukan Haidar menenangkan dirinya, ia beruntung bisa mengenal lelaki itu.
"Gue cape…" keluh Rara pelan, suaranya sedikit terendam pelukan Haidar. Haidar mengusap punggung itu, menghantarkan rasa nyaman.
"Key…" Haidar memanggil Keysa beberapa menit kemudian.
"Tidur lagi," Haidar melepaskan pelukannya, dengan perlahan ia memposisikan Keysa supaya tertidur dengan nyaman.
"Gue harap lo kuat ya," Haidar mengusap pipi Keysa lembut. Haidar kembali ke kursi pengemudi. Ia melirik Keysa yang sudah nyaman dengan posisinya. Setelah memastikan semuanya aman, Haidar segera melajukan mobil.
Haidar turun dari mobil, ia disambut oleh beberapa pelayan yang berdiri di pintu masuk kediaman Keysa. Haidar mengkode kepala pelayan untuk mendekatinya, ia membuka pintu mobil.
"Nak Haidar, ada apa dengan Nona Key?" tanya Bibi Vey pelan, kepala pelayan. Bibi Vey menatap Keysa yang tampak tertidur dengan tenang. Bibi Vey dapat melihat mata Keysa yang sedikit bengkak, wanita berumur itu jadi khawatir.
"Bisa bangunin Nona Key gak? Saya tidak mungkin mengangkat Nona, dia berat," suara Haidar mengecil di ujung.
"Hush, kamu ini," Bibi Vey memukul pundak Haidar.
Haidar hanya tertawa kecil, ia sedikit mundur. Bibi Vey menepuk pipi Keysa dengan lembut, berusaha membangunkannya.
"Nona Key," panggil Bibi Vey pelan.
"Hm?" Keysa cepat sadar, ia membuka kedua matanya.
"Anda sudah sampai di rumah," kata Bibi Vey menunjukkan senyumnya.
Keysa mengangguk, ia turun dari mobil. Para pelayan segera menunduk sopan, menyambut Keysa.
"Saya harus pulang, Non," ucap Haidar saat berkontak mata dengan Keysa.
"Oke, hati – hati," tanggap Keysa masih setengah sadar.
"Aku mau mandi dulu, Bi," Keysa kini mengalihkan pandangannya dari Haidar ke Bibi Vey.
"Siap, Non. Akan segera disiapkan," Bibi Vey menuntun Keysa agar masuk ke kediamannya. Bibi Vey mengkode pelayan lain agar segera melaksanakan perintah Keysa.
"Pelayan juga udah boleh pulang setelah menyiapkan air," perintah Keysa menatap Bibi Vey.
Keysa berhenti di depan tangga. Ia berbalik ke para pelayan yang masih menatap Keysa.
"Terima kasih ya untuk kerja kerasnya," Keysa menunduk sopan. Para pelayan kembali menunduk sopan, mereka seperti sudah biasa akan kebiasaan Keysa yang menunduk berterima kasih.
"Nona, jangan begini," Bibi Vey buru – buru meminta Keysa untuk kembali berdiri tegap.
"Aku cuma seneng aja. Makasih udah bertahan, soalnya pelayan yang disini hanya tersisa sepuluh orang lagi. Dulu, ada dua puluh orang. Tapi, semuanya dipindah tugaskan ke rumah utama dan ke rumah Kak Kay," tutur Keysa menyinggungkan senyumnya.
"Kami juga senang melayani anda, Non," sahut seorang pelayan dengan tahi lalat di bawah matanya.
"Iya, saya juga," pelayan lain mengangguk setuju.
Keysa tersenyum, ia menatap pelayannya satu persatu. "Semoga hari kalian menyenangkan ya."
"Nona juga," ucap pelayan dengan rambut pirang.
***
Keysa membaringkan tubuhnya di ranjang. Ia sudah selesai membersihkan dirinya. Ia menatap langit – langit kamarnya.
"Hari yang melelahkan," monolog Keysa.
Keysa segera bangun dari tidurnya, ia baru ingat harus melanjutkan tugas akhirnya. Keysa melangkahkan kakinya ke meja belajar putihnya.
"Kira – kira Kak Kay udah mulai ngerjain belum ya?" gumam Keysa sembari membuka laptop lambang apel miliknya.
Keysa mulai mengerjakan tugas akhirnya dengan tenang. Ia sesekali melihat buku panduan mengenai tugas akhir agar tidak melakukan revisi.
"Untung aja judul gue udah di terima." Keysa mengambil air mineral yang terletak di nakas dekat meja belajarnya.
Suara dering ponsel mengalihkan fokus Keysa. Wajah Keysa seketika cerah menerima panggilan video dari Kaysha.
"Lagi apa adikku sayangg?" tanya Kaysha semangat.
"Ah Kak, geli," tanggap Keysa bergidik, "Lagi kerjain tugas akhir, skripsi."
"Lo mah pake bilang segala. Gue belum ngerjain sama sekali, lo rajin banget padahal kita baru masuk semester delapan awal," ucap Kaysha sembari mengunyah permen karetnya.
"Target gue 3,5 tahun," Keysa tersenyum.
"Rajin banget adikkuu. Padahal, lo bisa satu kampus sama gue. Tapi, bokap nyokap malah misahin kita," keluh Kaysha cemberut.
Keysa terkekeh kecil, "Gak apa Kak. Kampus Wijaya Kusuma juga bagus kok. Gue rencananya kalau ngambil S2 mau di kampus Kakak."
"Padahal impian lo kan di Kampus Pelita Terbuka," Kaysha menatap adiknya dengan sedih.
"Entar gue nyusul kesana. Lo tenang aja," Keysa tersenyum menangkan. "Skripsi lo belum dikerjain sama sekali? Padahal kita satu jurusan loh."
"Gue sibuk mikirin pertunangan gue," elak Kaysha.
"Cie entar lagi jadi istri. Gimana rasanya nih?" goda Keysa.
"Gila. Gue deg degan parah," jawab Kaysha semangat sembari memegang dadanya.
"Entar lo sibuk ngurusin suami lo. Gue takut ditinggal," ucap Keysa lirih, ia menjadi emosional.
"Ah Key! Jangan gitu!" Kaysha menatap Keysa khawatir.
"Bercanda Kak," Keysa berusaha menampilkan senyum manisnya.
"Tenang aja, Key! Gue bakalan jagain lo," tekad Kaysha dengan semangat menggebu.
Keysa menimpali, "Lo selaluin jagain gue, Kak."
"Gue mau aja lo ke mall. Kita belanja yuk besok," ajak Kaysha.
"Boleh Kak," Keysa mengangguk setuju.
"Eh, Kak Mark kayanya udah sampai sini," wajah Kaysha berubah menjadi sedikit panik. "Gue tutup ya. Dadah."
Keysa mengerutkan keningnya melihat perubahan ekspresi Kaysha. Kaysha sudah menutup panggilan videonya.
"Gue tanya besok aja," gumam Keysa kembali fokus mengerjakan tugas akhir.