" Aruna!!!!!!!!!!!!!!! "
Lengkingan suara Maharani yang memanggil putrinya bergema di seluruh sudut ruangan dan setiap pagi terus seperti itu.
" Aruna!!!!!!!!! "
Aruna beralih tergopoh-gopoh menghampiri mamanya yang sudah berkecak pinggang
" dari mana saja kamu kenapa lama sekali " bentak Maharani dengan mata melotot
" ma-maaf Ma tadi, Aruna lagi di kamar mandi " sahut Aruna dengan gugup
" mangkanya bangun itu jangan terlalu siang " Aruna hanya menunduk dengan kedua tangannya saling meremas
" ada apa lagi ini Maharani kenapa setiap pagi kamu harus terus berteriak seperti orang kesetanan " tegur Darmawan suami Maharani yaitu papanya Aruna
Maharani hanya melengos tidak suka melihat suaminya yang mengusap lembut kepala Aruna yang sedang menunduk.
" ini akibat kamu terlalu memanjakan Aruna mangkanya dia jadi besar kepala " ujar Maharani dengan geram lalu pergi meninggalkan suami dan juga anaknya.
Aruna mengusap airmata nya yang menetes tanpa permisi setiap pagi jika dia terlambat keluar dari kamar mamanya pasti akan memarahi nya.
Darmawan hanya menatap iba putrinya tanpa tahu harus berbuat apa, terang-terangan membela Aruna maka kemarahan istrinya akan semakin meledak.
" Aruna " panggil papanya dengan lembut
Aruna mendongak menatap papanya dengan sorot mata penuh kesedihan tapi wajah nya tetap tersenyum.
" Aruna baik-baik aja kok Pa.... papa jangan khawatir sama Aruna " ucapnya lembut
" Aruna ke dapur dulu ya Pa bantuin Bik Yani " ucapannya lagi sebelum meninggalkan papanya
" maaf kan papa yang tidak bisa berbuat apa-apa untuk kamu nak " batin Darmawan menatap punggung Aruna yang menghilang ke balik tembok.
Seperti biasa sebelum berangkat berkerja Aruna harus membantu Bik Yani art yang sudah bekerja dengan mereka selama puluhan tahun dulu karena jika tidak mamanya akan kembali memarahi nya.
" Non Aruna belum berangkat kerja? " tanya Bik Yani saat melihat Aruna yang sedang menyusun piring.
" sebentar lagi bik " sahut nya setelah menyelesaikan semua pekerjaan rumah nya.
" kak Aruna mau bareng Mouly tidak? " tawar adiknya yang bernama Mouly.
Belum sempat Aruna menjawab mamanya sudah lebih dulu menghampiri mereka.
" Mouly kenapa belum berangkat ke kampus sayang? " tanya Maharani dengan lembut
Hati Aruna merasa pedih seperti tersayat pisau tajam kenapa mamanya selalu bersikap hangat pada adiknya tapi berbeda saat bersikap dengan dirinya terkadang Aruna sampai berfikir apakah wanita paruh baya yang ada di hadapannya adalah bukan mama kandung nya, Tidak! Aruna menggeleng cepat membuang jauh-jauh pikiran buruk tentang mamanya.
" Mouly mau ajak kak Aruna berangkat sama-sama Ma, tempat kak Aruna kerjakan juga satu arah sama kampus Mouly " jawab adiknya
" tapi nanti kalau kamu antar kak Aruna dulu, kamu bisa terlambat sayang "
" tidak Ma..... ini juga baru jam setengah delapan kok... " sahut Mouly
" ayo kak... aku tunggu di depan yah " ucap Mouly lalu meninggalkan mereka semua
Bik Yani merasa canggung berada didekat ibu dan anak ini, dia tidak pernah melihat Nyonya nya ini bersikap manis pada nona sulung di rumah ini berbeda dengan si bungsu.
*****
" kak jangan terlalu di masukin hati yah ucapan mama tadi " ujar Mouly dengan mata lurus kedepan memperhatikan jalan karena dia sedang menyetir mobil
" kakak sudah biasa kok jadi kamu jangan khawatir, kakak baik-baik aja " balas Aruna meyakinkan adiknya meskipun dia sadar bahwa itu hanyalah kebohongan.
Tidak mungkin hatinya baik-baik saja jika setiap saat harus menghadapi kemarahan mamanya yang entah salah apa yang sudah dia lakukan serta caci maki mamanya yang menunjukkan seakan kalau dia bukan dari bagian keluarga mereka.
Setibanya di kantor Aruna yang baru masuk lobi langsung di hampiri oleh kedua sahabatnya yaitu Imel dan Tasya.
" selamat pagi Aruna "
Aruna hampir saja terjengkang karena terkejut oleh ulah Imel yang tiba-tiba saja merangkulnya
" Imel!!! kamu ngagetin aku " ujar Aruna yang mengatur nafasnya
Imel dan Tasya hanya terkekeh melihat wajah imut Aruna yang sedikit merajuk mereka berjalan bersama menuju ruang kerja mereka yang kebetulan mereka memang satu ruangan.
" eh apa kalian sudah dengar kalau pimpinan di kantor kita akan di gantikan dengan pimpinan yang baru " seru Tasya
" husssss jangan ngawur kamu, jangan kebanyakan gosip " sela Aruna
" mangkanya punya handphone jangan cuma buat stalking mantan aja!!! " ucap Tasya, Aruna hanya meringis
" aku baru baca pagi ini, katanya pimpinan kita yang lama itu di pecat karena buat skandal sama salah satu staf keuangan " bisik Imel
" cukup jangan di terus kan gosipnya!!! baiklah siapapun itu, lebih baik kita kerja sebelum di tegur sama mbak Gladis " ucap Aruna yang langsung duduk di kursi kerjanya dan menyalakan komputer nya.
" nanti jam makan siang kita makan di cafe seberang kantor yuk, lagi ada promo diskon karena mereka baru buka hari ini " ajak Tasya sambil tersenyum lebar
" ini masih pagi Tasya!!! " tegur Imel, Aruna hanya tersenyum menggeleng melihat kelakuan kedua sahabatnya.
Setelah menyelesaikan pekerjaan nya Aruna membereskan kembali meja kerjanya sebelum beranjak keluar karena sekarang sudah menunjukkan jam istirahat kantor dan sesuai dengan ajakan Tasya pagi tadi mereka makan siang di cafe yang baru buka hari ini.
" waw cafe nya asik juga buat jadi tempat nongkrong " ucap Imel setelah mereka duduk di salah satu kursi.
Aruna sengaja mengajak Imel dan Tasya duduk di dekat jendela agar bisa melihat orang-orang berlalu lalang diluar sana. Tidak menunggu waktu lama makanan yang sudah mereka pesan pun tiba dengan lahapnya Tasya menikmati menu makanan favoritnya.
******
Setelah membersihkan diri Aruna bergegas untuk istirahat, pekerjaan nya di kantor sungguh menguras tenaga dan juga pikirannya, namun baru saja hendak merebahkan diri di atas kasur suara ketukan pintu terdengar dari luar.
" Mouly, ada apa? " tanya Aruna setelah membuka pintu, dia memperhatikan penampilan adiknya dari ujung kaki hingga ujung kepala
" kamu mau kemana? " tanya Aruna lagi yang melihat adiknya yang sudah berpakaian rapi padahal jam didinding sudah menunjukkan sepuluh malam.
" aku mau ke NightClub sama temen-temen kak, oh ya aku mau pinjem uang dong " jawab Mouly
" uang? bukannya mama sama papa sudah kasih kamu uang " tanya Aruna, inilah salah satu keburukan adiknya yaitu selalu menghambur-hamburkan uang
" itu tidak cukup kak " rengek Mouly
Aruna menghela nafas pelan lalu mengambil ponsel nya dan mentransfer sejumlah uang ke rekening adiknya.
" sudah Kaka transfer ke rekening kamu " ujar Aruna
" thank you sister!!!! " Mouly mencium pipi Aruna dengan gemas
" tapi kakak jangan bilang-bilang mama sama papa yah kalau aku minta uang sama kakak " ucap Mouly mengingat kakaknya.
Aruna hanya tersenyum kecil lalu mengangguk pasrah
" ok aku pergi dulu... bye kak " Mouly berlalu pergi
Disaat seperti ini Aruna bersyukur karena saat dia membutuhkan uang untuk membeli keperluan pribadinya dia sudah memiliki uang sendiri tanpa harus meminta pada kedua orangtuanya.