Chereads / Mistake 17 / Chapter 6 - Interogasi

Chapter 6 - Interogasi

Setelah muntah, Ryuna merasa jika perutnya terasa jauh lebih nyaman daripada sebelumnya. Tapi, satu hal yang kini menganggu pikiran Ryuna.

Kenapa tadi tiba-tiba dia muntah? Apa mungkin karena sup ayam buatan Bunda Ria? Tapi bukankah itu sangat aneh? Biasanya juga Ryuna tidak pernah bereaksi seperti itu, apalagi pada makanan buatan Bunda Ria yang jelas-jelas sudah enak rasanya dan Ryuna pun juga sangat menyukainya. Tapi, kenapa?

"Karena alasan apa pun, terserah. Yang penting sekarang rasanya perutku jauh lebih nyaman." Ryuna tak berpikir jauh jika mungkin saja dirinya tiba-tiba muntah itu karena bawaan sedang hamil, karena bagi Ryuna rasanya sangat sulit masih percaya jika dirinya kini tengah berbadan dua, terlebih diusia yang masih sangat muda.

Setelah keluar dari kamar mandi, Ryuna langsung saja mengambil beberapa alat bantu untuk membersihkan bekas muntahannya tadi yang ada di dekat meja makan.

Namun, baru saja Ryuna kembali, sebuah tamparan keras mendarat tempat pada pipi sebelah kanannya.

Ryuna yang kaget, tanpa sengaja menjatuhkan barang-barang yang ada di tangannya hingga membuat keributan yang sampai terdengar oleh Dio yang saat ini tengah sibuk bermain ponsel.

Mendengar suara ribut dari ruang makan, Dio tanpa menunggu lebih lama lagi langsung saja beranjak ke sana dan memeriksa apa yang sebenarnya terjadi.

Sesampainya di tempat asal keributan itu, Dio langsung kaget ketika barang-barang berhamburan di lantai serta bekas muntahan seseorang dan tentunya kebisuan Bunda Ria dan juga Ryuna.

"Ada apa?" tanya Dio yang masih tidak tahu apa-apa karena baru saja bergabung.

Bukan hanya Dio saja yang tidak tahu menahu tentang apa yang sedang terjadi, tapi bahkan Ryuna pun juga tidak tahu kenapa tiba-tiba saja Bunda Ria melayangkan tamparan keras kepadanya.

"A-aku juga nggak tau. Bunda ...?" Ryuna menatap mata Bunda Ria yang terlihat penuh dengan amarah, berapi-api menatap kepada Ryuna.

Seketika saja hal itu membuat Ryuna langsung ketakutan. Walaupun tidak tahu apa sebab dari perubahan sikap Bunda Ria yang awalnya penuh dengan cinta itu, Ryuna tetap saja takut kala melihat pancaran amarah yang tersorot dari kedua matanya.

"Budan, kenapa diam aja sih? Ini sebenarnya ada apa sih? Kok Bumda keliatannya marah begitu?" Dio yang tidak tahan lagi harus terkurung dalam rasa penasaran, langsung saja bertanya dengan sendirinya kepada Bunda Ria.

"Yang kamu bilang itu memanh benar, Dio! Saat ini Bunda benar-benar marah! Marah sekali. Bunda marah sekali sama diri Bunda sendiri!" seru Bunda Ria dengan suara penuh penekanan.

Belum pernah dilihat oleh Ryuna dan Dio kemarahan sebesar itu yang diperlihatkan Bunda Ria, bahkan disaat perceraiannya dengan suaminya pun dia tidak memperlihatkan kemarahan yang sebesar itu.

Melihat hal itu sontak saja membuat Ryuna makin merasa ketakutan dan juga gelisah.

"Memang ada masalah apa sih, Bun?" lanjut Dio bertanya.

"Bunda benar-benar tidak tahu lagi bagainana harus menjelaskan ke kamu, Dio. Bunda benar-benar merasa sangat kecewa, gagal dan juga hancur. Bunda ...." Air mata Bunda Ria tak bisa lagi ia tahan, akibatnya buliran mutiara kecil itu pun jatuh menghujani wajahnya.

"Bunda ...." Ryuna dan Dio kompak langsung mendekat kepada Bunda Ria, tapi satu gerakan tangan dari Bunda Ria langsung saja menghentikan langkah Ryuna untuk mendekat kepadanya.

"Ryuna, kamu diam saja ditempat kamu!" seru Bunda Ria dengan suara yang meninggi.

Sontak saja hal itu kembali membuat kaget Ryuna dan Dio. Selama ini mereka benar-benar tidak tahu jika di dalam diri Bunda mereka yang lembut dan penuh kasih sayang itu, bersemayam sosok lain yang terlihat sangat menakutkan kala dia menujukkan sifatnya.

"T-tapi ... ada apa, Bun?" tanya Ryuna dengan takut.

Bunda Ria masih tidak bisa menghentikan air matanya. Buliran mutiara kecil itu terus jatuh membahasi hampir seluruh wajahnya, dan tepat disampingnya kini ada Dio yang juga masih tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Padahal, baru beberapa saat yang lalu mereka bercanda dan berbahagia serta tertawa. Tapi tiba-tiba saja kini suasana menjadi sangat kacau, dan yang lebih membuat kacau adalah, alasan keributan itu terjadi belum jelas juga kini.

"Harusnya Bunda yang tanya begitu ke kamu. Sebenarnya, ada apa? Apa yang kamu sembunyikan dari Bunda? Coba kamu jelaskan!" Bunda Ria menatap Ryuna dengan kemarahan.

Sedangkan Ryuna yang melihat itu hanya bisa ketakutan, diam di tempat tanpa berani bergerak atau pun mengatakan apa-apa.

Dalam benak Ryuna kini timbul banyak pertanyaan.

'Apa mungkin Bunda sudah tahu?'

'Tapi, bagaimana bisa?'

"Jawab, Ryuna!" titah Bunda Ria dengan suara yang keras menggelegar.

Ryuna ketakutan, dan kini hanya bisa menangis. Kini ia merasa jika mungkin Bunda Ria sudah tahu tentang dirinya, tapi walaupun begitu ia masih tidak mengerti tentang bagaimana caranya Bunda Ria bisa sampai tahu?

Tiba-tiba saja teringat oleh Ryuna tespack yang tadi barusan ia buang di tempat sampah.

'Apa mungkin ....'

Ryuna merasa tidak percaya dengan pikirannya sendiri, rasanya sangat sulit percaya jika memang benar semua hal yang berusaha ia tutupi terbongkar dengan begitu cepatnya.

"Bunda ... sebenarnya, bukan begitu! A-aku ... i-itu, barang itu ... bukan punyaku!" Ryuna dengan cepat saja mengatakan jika barang yang ditemukan Bunda Ria itu bukanlah miliknya. Walaupun tidak tahu apa yang Bunda ketahui, tetap saja Ryuna merasa jika ia memang harus mengatakan apa yang bisa melindungi dirinya.

"Barang? Barang apa yang kamu maksud? Bunda 'kan nggak ada bilang apa-apa soal barang. Jadi, ini barang kamu?" Bunda Ria dengan marah melemparkan tespack tepat ke wajah Ryuna.

"Apaan itu?" Dio penasaran melihat barang kecil apa yang dilemparkan Bunda Ria kepada Ryuna.

Perlahan Dio mendekat, mengambil benda kecil yang sudah jatuh ke lantai, memeriksa dengan hati-hati. Seketika saja Dio langsung mengerti dengan benda kecil itu, karena biasanya sudah sering melihatnya di acara televisi.

"Apa-apaan ini? Ini punya Kakak?" tanya Dio.

"I-itu ...." Belum sempat Ryuna menjelaskan kebohongannya, air matanya sudah lebih dulu menjelaskan akan hal itu.

Ryuna menutupi wajahnya yang kini penuh dengan air mata dengan tangannya, merasa sangat malu untuk membiarkan Bunda Ria dan Dio menatap wajahnya yang kini rasanya sudah tak ada harga dirinya lagi.

"Kenapa pake acara nangis-nangis segala sih? Ini punya siapa? Jawab, eh!" Dio menggesak Ryuna untuk menjawab pertanyaannya, tapi Ryuna tak juga kunjung menjawab, hanya menangis seraya menutupi wajahnya karena merasa sangat malu.

"Jawab!" Dio pun kini juga mulai meninggikan suaranya kepada Ryuna, tapi untungnya saat itu Bunda Ria langsung segera menenangkan Dio agar tidak melanjutkan kemarahannya.

"Tenang, Dio. Dengan kita meninggikan suara seperti itu, dia tidak akan pernah mau menjawab." Bunda Ria menenangkan Dio perlahan, sedangkan tepat di depan matanya kini Ryuna masih menangis.

Tangisannya itu sudah cukup menjelaskan kepada Bunda Ria jika memang ada yang tidak beres saat ini, dan itu pun juga pasti menyangkut tespack yang tak sengaja Bunda Ria temukan di tempat sampah Ryuna.

"Sudah berapa bulan?" tanya Bunda Ria dengan berat hati mempertanyakan akan hal yang tidak pernah ia bayangkan akan mempertanyakan hal itu kepada Ryuna ketika dia masih sangatlah muda.