Chereads / Cube: Paralyzed (Indo. ver) / Chapter 10 - Eve's Love

Chapter 10 - Eve's Love

Monster besar itu berhasil dikalahkan, kini Jane, Nicholas, Morgan dan April dibawa menggunakan helikopter ke markas Cavalerry yang masih berada di kota Aphelion. Sebenarnya bukan markas resmi, hanya sebuah apartemen yang dijadikan tempat darurat untuk mendarat.

Mereka berempat mendapatkan fasilitas medis di sana, Morgan mendapat tujuh jahitan karna timah panas yang melukai lengannya, sedangkan April, gadis itu masih belum sadarkan diri setelah dibawa kesini.

Seorang pria berambut abu-abu berjalan menghampiri Jane dan Nicholas yang sedang membersihkan tempat tidur mereka, ruangan ini memiliki banyak ranjang yang hanya bisa memuat satu orang. Pria itu bernama Eve.

"Silakan di makan," kata Eve ramah sambil menaruh nampan yang penuh makanan di atas nakas.

"Terima kasih," balas Nicholas, Eve mengangguk dan langsung pergi.

"Hey, baju itu sangat cocok untukmu," kata Eve setengah memuji pada Nicholas.

"Terima kasih lagi," jawab, Nicholas lantas merunduk, memandang kaus berwarna hitam yang saat ini ia pakai.

"Jika kalian memerlukan sesuatu, silakan panggil saya, nama saya adalah Eve. Kalian bebas memanggil saya dengan sebutan apapun," ujar Eve, lalu pergi meninggalkan ruangan.

Eve memakai alat kecil di telinganya yang terhubung dengan seluruh tim Cavalerry, baik itu Pione sampai Calvard. Paras tampan cowok itu sangat menyita perhatian ketika ia pertama kali bergabung dengan militer negara Gran Liberyl, selain keahliannya menjinakkan bom dan mahir menggunakan teknik dance knife. Eve juga menyimpan bakat lain, yaitu menyanyi.

Suara bak malaikat selalu berhasil menghipnotis siapapun. Eve juga termasuk dalam deretan anggota termuda selain April. "Eve!" sapa Zayn.

"Yo, what's up!" Eve ber-tos dengan sahabat karibnya tersebut. Zayn membawa secangkir kopi untuk dirinya sendiri, sambil mengobrol dengan Eve, Zayn sesekali mencicipi kopi ala baristanya itu.

"Kayaknya April terpukul banget," ceplos Zayn yang sudah mengetahui tentang kematian Ricardo.

"Nah, itu, dari dulu April selalu bergantung pada partnernya, Ricardo jadi pelindung dan penenang paniknya April. Terlepas dari semua itu, April penakut. Saya, sih, heran, kenapa dia diterima pak pimpinan." ujar Eve.

"Meski begitu, strategi dia lebih jitu dan perhitungannya tak pernah salah. Bahkan, Ricardo bisa kalah jika melawan strategi April. Mereka pasangan terfavorit menurut majalah cicit tikus!" ujar Zayn melawak.

"Garing," celetuk Eve membuat Zayn terbahak.

"Ngomong-ngomong, sebentar lagi rapat akan di mulai. Ah, males banget! Padahal saya pengen tidur, udah jam sembilan malam," kata Zayn ogah-ogahan.

"Rapat soal penyebaran virus di kota Stonburg?"

"Ya, kita dapat laporan dari Ricardo sebelum dia gugur dalam tugasnya. Dia mengirim surel yang berisi data Morgan Vasquez, penyintas satu-satunya dari Stonburg. Dia cukup mencurigakan." Zayn menyeruput kopinya lagi.

Eve seketika bergeming, lalu berujar, "Oh, baiklah, selamat menjalankan tugas." Eve menepuk bahu Zayn sambil berlalu pergi. Zayn kemudian menoleh dan berdecih.

"Mau sampai kapan cintanya bertepuk sebelah tangan?"

🍃🍃🍃

Eve menutup pintu ruangan, cowok bermata biru itu melirik ke April yang masih terpejam tak sadarkan diri. Dia kemudian berjalan dan mengambil duduk di samping gadis tersebut.

Wajah April terlihat sangat pucat, terakhir kali, April mendapat pukulan keras di perutnya yang menyebabkan rasa mual hebat. Eve memperhatikan mata April, berharap kalau dia akan membuka matanya.

Si tampan itu lalu menggenggam telapak tangan April yang terasa dingin, kemudian menempelkannya ke pipi. Sensasi aneh ini selalu membuat detak jantung Eve tak terkendali, dia benar-benar jatuh cinta pada April.

Dia selalu kesal tiap kali melihat kedekatan Ricardo dan April, Eve merasa kalau Ricardo memang pantas bersanding dengan April. Keduanya sama-sama saling melengkapi dan sering mendapat tugas yang sama. Namun, Eve harus mencoba jujur pada hati kecilnya.

"Hey, saya tau, kamu baru kehilangan seseorang yang merubah kehidupanmu. Dia adalah Ricardo, tapi sayangnya, dia gugur ketika bertugas, dan saya yakin itu semua untukmu, April. Dia memang selalu lebih baik dari saya, dalam segala hal. Meskipun, saya mencoba menarik atensimu, kamu tetap saja memilih Ricardo, saya agak kecewa, tapi, saya mencoba untuk ikhlas."

"Sebanyak apapun saya mengakui kalau Ricardo itu hebat, tetap saja, dia tidak akan pernah kembali. Zayn bilang, cinta saya bertepuk sebelah tangan, dan sialnya, itu memang benar. Kamu tidak pernah membuka hati kepada siapapun, April, pertahananmu terlalu kuat, bahkan untuk saya, Ricardo adalah pengecualian bagimu, iya kan?"

"Saya hanya ingin kamu cepat sadar, April. Saya tidak bisa melihatmu terus terbaring seperti ini, seorang prajurit wanita kebanggaan Cavalerry kini sedang berjuang melawan kematiannya, Zayn tidak akan pernah tau bagaimana rasanya cinta yang merobek hati saya, yang Zayn tau cuma, bagaimana cara menjadi orang kaya bermodalkan kemalasan."

Zayn tersedak ketika hendak memulai rapatnya, rekan di sampingnya langsung memberi air putih pada Zayn yang wajahnya mulai memerah kesakitan.

"Bencana ini tidak tau akan berakhir atau tidak, jujur saja, saya sedikit takut jika harus berhadapan dengan monster itu... Saya tidak terbiasa dengan mereka," Eve tersenyum dan menaruh tangan April ke tempat semula. Cowok itu berdiri tegap, lalu sedikit membungkuk sebagai penghormatan untuk April. "Saya pamit, semoga lekas sembuh," Eve berbalik badan dan pergi.