"Mas, kamu jadi keluar kota nggak sih?"
Vira bertanya kepada suaminya disela-sela memasak di dapur. Sementara Henry saat ini masih duduk sambil membaca koran pagi sambil minum kopi yang dia buat sendiri tadi setelah bangun tidur.
Henry dan Vira memang pasangan suami istri yang saling pengertian, bahkan Henry yang akan melayani istrinya dan membuatkan kopi setiap pagi sementara Vira masih bergelung selimut di tempat tidur mereka. Kedua putra mereka Fatan dan Valentino akan langsung mengambil ponsel mereka saat bangun tidur. Keduanya sudah tidur sendiri dan tidak bersama kedua orangtuanya lagi selama ini.
"Jadi dong, Sayang. Aku akan berangkat setelah sarapan dan akan kembali dua hari lagi. Kamu jaga diri baik-baik juga anak-anak. Aku akan segera kembali setelah urusan selesai."
Henry segera melipat kembali koran yang sudah selesai dibacanya. Dia kemudian menyesap sisa kopi di dalam cangkir kesayangannya. Sudaah dua belas tahun dia selalu menggunakan cangkir itu kalau membuat kopi karena itu adalah cangkir sovenir pernikahan mereka dulu.
Ya tak terasa pernikahannya dengan Elvira sudah berjalan dua belas tahun. Wanita yang dulu kerap membuatnya kesal dan mereka selalu bertengkar, tidak pernah akur sedikitpun seperti kucing dan anjing. Namun siapa yang menduga kalau akhirnya mereka bersama dan terikat dalam sebuah ikatan pernikahan yang bahagia saat ini.
"Aman, Mas! Anak-anak pasti baik-baik saja. Lagipula aku selalu dirumah meski harus tetap bekerja, setidaknya aku bisa mengawasi mereka."
Ucap Elvira sambil berjalan menghampiri suaminya. Dia kemudian duduk dipangkuan Henry yang baru saja meletakkan cangkirnya yang sudah kosong.
"Sayang, kenapa kamu seperti ini? Kalau dilihat anak-anak bagaimana?"
Tanya Henry sambil membelai kepala istrinya. Rambut panjang hitam Elvira sangat wangi dan itu membuat Henry kemudian menciumnya.
"Anak-anak di dalam kamar mereka, Mas. Keduanya asik bermain, ini kan weekend. Jatah mereka bermain game kesukaan mereka. Oh ya, makanan sudah siap. Kita sarapan dulu yuk!"
Ajak Elvira sambil turun dari pangkuan suaminya, tetapi Henry menarik tangan Elvira sehingga dia kembali terjatuh dalam pangkuannya. Henry kemudian celingukan melihat kearah kanan dan kiri seperti seorang maling. Saat dirasa aman, dia kemudian melumat bibir Vira sebentar dan langsung menurunkan tubuh istrinya dari pangkuannya. Mereka berdua segera menuju ke ruang makan.
"Aku panggil anak-anak dulu ya, Mas!"
Pamit Elvira pada Henry seraya menuju ke dalam kamar kedua putranya. Saat Elvira masuk, Fatan dan Valentino baru saja selesai mandi. Kedua anak berwajah tampan itu segera berlari menuju ke arah Mamanya. Keduanya segera meminta pelukan dari Elvira.
"Mama, aku sudah mandi bersama Kakak Fatan. Aku sudah jadi pintar kan sekarang?"
Elvira tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Valentino, dia memang selalu merasa bangga dengan apa yang bisa dia lakukan tanpa Mama dan Papanya. Elvira sendiri merasa sangat bersyukur bahwa kedua putranya sangat mandiri, tidak seperti anak-anak lain seusia mereka yang masih manja dengan kedua orangtuanya.
"Tentu saja kamu pintar, Sayang. Anak siapa dulu dong?"
Tanya Elvira pada Valentino yang kini tersenyum bahagia. Sementara Fatan hanya menyebikkan bibirnya mendengar apa yang dikatakan oleh adiknya.
"Dasar narsis!"
Ucap Fatan menanggapi kata-kata adiknya.
"Mama juga kenapa sih? Mama amnesia? kok lupa sama anak sendiri!"
Fatan menatap Vira dengan tatapan penuh tanya, dia saat ini sedang mencari perhatian Mamanya yang belakangan ini agak sibuk. Sebagai seorang penulis, Elvira sangat sibuk dengan deadline yang harus dia penuhi, belum lagi tugasnya sebagai seorang guru Bimbel online. Selama ini kedua putranya lebih sering diurus Papa mereka.
"Fatan, mana mungkin Mama lupa sama kalian. Mama hanya bercanda dengan Valentino, kita sarapan sekarang yuk! Papa sudah menunggu di ruang makan."
Ajak Elvira pada Fatan dan Valentino yang segera mengangguk dan mereka bertiga kemudian segera menuju ke ruang makan.
Sesampainya di ruang makan, Valentino dan Fatan segera duduk di kursi mereka masing-masing. Elvira kemudian mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk suami dan kedua buah hatinya. Mereka makan bersama dengan tenang. Henry memang selalu menegaskan kalau selagi mereka makan dilarang berbicara.
Setelah selesai, Fatan dan Valentino kemudian membantu Henry memasukkan barang-barang Henry ke dalam mobil sementara Elvira masih membereskan ruang makan. Dia segera menyusul suami dan kedua anaknya di halaman depan.
"Apa semuanya sudah di masukkan ke dalam mobil, Mas?"
Tanya Elvira pada suaminya yang menjawap pertanyaannya dengan senyuman.
"Sudah, Sayang. Aku berangkat dulu ya! Kalian jaga diri baik-baik. Fatan, Valen, jaga Mama kalian selama Papa berada di luar kota ya!"
Pesan Henry pada kedua putranya yang langsung sigap dan menganggukkan kepala mereka bersamaan.
"Siap komandan!"
"Siap Yang Mulia!"
Jawab keduanya dengan gaya masing-masing. Dirumah itu hanya Elvira satu-satunya wanita sehingga dia diperlakukan bak ratu oleh suami dan kedua putranya. Bahkan saat Elvira bekerja di depan laptopnya banyak makanan dan minuman berdatangan dari suami dan kedua buah hatinya yang sangat menyayanginya.
"Hati-hati dijalan, Mas! Kalau sudah sampai jangan lupa kabari aku ya!"
Henry segera memeluk erat Elvira dan mencium keningnya. Sementara dua bocah lelaki melongo menatap kemesraan mereka berdua.
"Papa, Mama, sensor!!"
Teriak Fatan sambil menutup kedua mata adiknya sementara dia sendiri memejamkan matanya. Henry dan Vira tersenyum sambil menggelengkan kepala mereka melihat tingkah Fatan yang berlebihan.
"Fatan, kamu jangan alay! Kami hanya memperlihatkan kasih sayang kami kepada kalian berdua sebagai edukasi."
Henry kemudian segera melepaskan pelukannya pada Elvira dan segera berjongkok sambil merentangkan kedua tangannya menyambut kedua putranya yang kini berlari ke arahnya.
Setelah berpamitan akhirnya Henry meninggalkan keluarga tercintanya menuju ke luar kota untuk mengurus beberapa bisnisnya yang agak mengalami masalah. Beberapa bulan ini mereka terkena imbas pandemi yang sedang merebak di beberapa negara di dunia.
"Sayang, ayo kita masuk! Mama harus kembali bekerja."
Ajak Elvira pada kedua buah hatinya. Fatan dan Valentino mengikuti Elvira memasuki kembali rumah mereka. Keduanya kembali main game di ruang keluarga sementara Elvira segera memasuki ruang kerjanya untuk mengambil laptop dan membawanya ke ruang keluarga. Dia akan bekerja sambil mengawasi kedua buah hatinya.
Hari itu adalah hari yang agak melelahkan bagi Elvira. Lelah hati juga lelah pikiran karena beberapa anak didiknya harus berhenti mengikuti bimbingan belajar online miliknya karena pandemi yang berkepanjangan dan membuat sekolah-sekolah mengganti metode pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran secara daring.
"Kalau seperti ini aku harus mencari peluang yang lain. Aku akan membuka jasa konsultasi konseling saja, siapa tahu rejeki aku juga anak-anak."
Gumam Elvira dalam hati, dia segera mencoba membuat blog baru yang sesuai dengan apa yang dia pikirkan saat ini. Elvira merasa sangat yakin kalau jasa konsultasi konselingnya akan banyak peminatnya.