Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Selingkuh Virtual

🇨🇳Aveesa_Huay
--
chs / week
--
NOT RATINGS
5.5k
Views
Synopsis
Elvira adalah seorang wanita cerdas yang bekerja sebagai seorang freelancer. Saat ini dia sudah menikah dengan seorang lelaki yang sangat mencintainya dan mereka sudah dikaruniai dua orang putra yang bernama Fatan dan Valentino. Usia Fatan sudah sebelas tahun sementara Valentino masih berusia tujuh tahun. Mereka berdua saat ini bersekolah di sebuah sekolah dasar yang cukup terkenal dikota jakarta. Henry Xavier adalah seorang lelaki mapan yang memiliki jabatan sebagai owner sebuah waralaba di kota Solo yang memiliki omset puluhan juta rupiah setiap bulannya. Dia tidak lain dan tidak bukan adalah suami dari Elvira dan ayah dari Fatan dan Valentino. Mereka berdua sudah menikah selama dua belas tahun. Meski begitu keduanya masih sangat muda karena dulu mereka menikah diusia yang masih sangat belia. Saat itu Henry masih berusia dua puluh satu tahun sementara Elvira masih tujuh belas tahun. Jadi antara Henry dan Elvira terpaut empat tahun. Mereka hidup bahagia selama dua belas tahun meski dulu mereka juga sering bertengkar seperti layaknya pasangan lainnya. Kesibukan Elvira juga Henry membuat kedua buah hatinya menjadi pribadi yang sangat mandiri meski mereka masih kecil. Baik Fatan maupun Valentino terbiasa melakukan semuanya sendiri, seperti makan dan mandi juga belajar. Keduanya sangat rukun. Selama ini Elvira sangat aktif di media sosial, dia memang bekerja sebagai seorang penulis juga seorang pengajar Bimbel online melalui situs blog yang dia buat dan dia memiliki beberapa orang murid sultan yang rela membayar mahal untuk menggunakan jasanya. Elvira bekerja dari rumah dan hanya bermodalkan laptop kesayangannya untuk bisa mendapatkan pundi-pundi rupiah untuk membantu keuangan keluarga.Beberapa bulan belakangan, pekerjaan Elvira sedikit berkurang karena akibat pandemi dan banyak sekolah yang melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring membuat orangtua dari murid-muridnya kemudian menghentikan les privat di tempat Elvira. Bukan masalah uang yang Elvira khawatirkan melainkan rasa bosan yang akan dihadapinya apabila dia tidak memiliki pekerjaan lagi. Elvira kemudian memiliki sebuah ide membuka jasa konsultasi konseling bagi orang-orang yang membutuhkan saran dan nasihat tentang apapun mengingat dia adalah seorang sarjana psikologi yang mendapatkan predikat cumlaude. Elvira mematok harga sebesar seratus ribu rupiah per jam untuk jasanya apabila ada orang yang ingin berkonsultasi dengannya mengenai masalah yang sedang mereka hadapi. Usaha yang awalnya dia maksudkan untuk membantu keuangan keluarga dan menghilangkan rasa bosan berbuah kesalahan fatal yang tak sengaja dilakukannya setelah dia bertemu dengan seorang lelaki lajang berusia dua puluh tahun bernama Kai Julian yang merupakan anak broken home. Berawal dari curhat Kai dan nasihat-nasihat bijak Elvira, rasa nyaman dan benih-benih cinta muncul diantara keduanya dan mereka semakin dekat satu sama lain sementara hubungan Elvira dan juga Henry tetap baik-baik saja, ikuti terus kisah mereka!!
VIEW MORE

Chapter 1 - Keluarga Harmonis

"Mas, kamu jadi keluar kota nggak sih?"

Vira bertanya kepada suaminya disela-sela memasak di dapur. Sementara Henry saat ini masih duduk sambil membaca koran pagi sambil minum kopi yang dia buat sendiri tadi setelah bangun tidur.

Henry dan Vira memang pasangan suami istri yang saling pengertian, bahkan Henry yang akan melayani istrinya dan membuatkan kopi setiap pagi sementara Vira masih bergelung selimut di tempat tidur mereka. Kedua putra mereka Fatan dan Valentino akan langsung mengambil ponsel mereka saat bangun tidur. Keduanya sudah tidur sendiri dan tidak bersama kedua orangtuanya lagi selama ini.

"Jadi dong, Sayang. Aku akan berangkat setelah sarapan dan akan kembali dua hari lagi. Kamu jaga diri baik-baik juga anak-anak. Aku akan segera kembali setelah urusan selesai."

Henry segera melipat kembali koran yang sudah selesai dibacanya. Dia kemudian menyesap sisa kopi di dalam cangkir kesayangannya. Sudaah dua belas tahun dia selalu menggunakan cangkir itu kalau membuat kopi karena itu adalah cangkir sovenir pernikahan mereka dulu.

Ya tak terasa pernikahannya dengan Elvira sudah berjalan dua belas tahun. Wanita yang dulu kerap membuatnya kesal dan mereka selalu bertengkar, tidak pernah akur sedikitpun seperti kucing dan anjing. Namun siapa yang menduga kalau akhirnya mereka bersama dan terikat dalam sebuah ikatan pernikahan yang bahagia saat ini.

"Aman, Mas! Anak-anak pasti baik-baik saja. Lagipula aku selalu dirumah meski harus tetap bekerja, setidaknya aku bisa mengawasi mereka."

Ucap Elvira sambil berjalan menghampiri suaminya. Dia kemudian duduk dipangkuan Henry yang baru saja meletakkan cangkirnya yang sudah kosong.

"Sayang, kenapa kamu seperti ini? Kalau dilihat anak-anak bagaimana?"

Tanya Henry sambil membelai kepala istrinya. Rambut panjang hitam Elvira sangat wangi dan itu membuat Henry kemudian menciumnya.

"Anak-anak di dalam kamar mereka, Mas. Keduanya asik bermain, ini kan weekend. Jatah mereka bermain game kesukaan mereka. Oh ya, makanan sudah siap. Kita sarapan dulu yuk!"

Ajak Elvira sambil turun dari pangkuan suaminya, tetapi Henry menarik tangan Elvira sehingga dia kembali terjatuh dalam pangkuannya. Henry kemudian celingukan melihat kearah kanan dan kiri seperti seorang maling. Saat dirasa aman, dia kemudian melumat bibir Vira sebentar dan langsung menurunkan tubuh istrinya dari pangkuannya. Mereka berdua segera menuju ke ruang makan.

"Aku panggil anak-anak dulu ya, Mas!"

Pamit Elvira pada Henry seraya menuju ke dalam kamar kedua putranya. Saat Elvira masuk, Fatan dan Valentino baru saja selesai mandi. Kedua anak berwajah tampan itu segera berlari menuju ke arah Mamanya. Keduanya segera meminta pelukan dari Elvira.

"Mama, aku sudah mandi bersama Kakak Fatan. Aku sudah jadi pintar kan sekarang?"

Elvira tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Valentino, dia memang selalu merasa bangga dengan apa yang bisa dia lakukan tanpa Mama dan Papanya. Elvira sendiri merasa sangat bersyukur bahwa kedua putranya sangat mandiri, tidak seperti anak-anak lain seusia mereka yang masih manja dengan kedua orangtuanya.

"Tentu saja kamu pintar, Sayang. Anak siapa dulu dong?"

Tanya Elvira pada Valentino yang kini tersenyum bahagia. Sementara Fatan hanya menyebikkan bibirnya mendengar apa yang dikatakan oleh adiknya.

"Dasar narsis!"

Ucap Fatan menanggapi kata-kata adiknya.

"Mama juga kenapa sih? Mama amnesia? kok lupa sama anak sendiri!"

Fatan menatap Vira dengan tatapan penuh tanya, dia saat ini sedang mencari perhatian Mamanya yang belakangan ini agak sibuk. Sebagai seorang penulis, Elvira sangat sibuk dengan deadline yang harus dia penuhi, belum lagi tugasnya sebagai seorang guru Bimbel online. Selama ini kedua putranya lebih sering diurus Papa mereka.

"Fatan, mana mungkin Mama lupa sama kalian. Mama hanya bercanda dengan Valentino, kita sarapan sekarang yuk! Papa sudah menunggu di ruang makan."

Ajak Elvira pada Fatan dan Valentino yang segera mengangguk dan mereka bertiga kemudian segera menuju ke ruang makan.

Sesampainya di ruang makan, Valentino dan Fatan segera duduk di kursi mereka masing-masing. Elvira kemudian mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk suami dan kedua buah hatinya. Mereka makan bersama dengan tenang. Henry memang selalu menegaskan kalau selagi mereka makan dilarang berbicara.

Setelah selesai, Fatan dan Valentino kemudian membantu Henry memasukkan barang-barang Henry ke dalam mobil sementara Elvira masih membereskan ruang makan. Dia segera menyusul suami dan kedua anaknya di halaman depan.

"Apa semuanya sudah di masukkan ke dalam mobil, Mas?"

Tanya Elvira pada suaminya yang menjawap pertanyaannya dengan senyuman.

"Sudah, Sayang. Aku berangkat dulu ya! Kalian jaga diri baik-baik. Fatan, Valen, jaga Mama kalian selama Papa berada di luar kota ya!"

Pesan Henry pada kedua putranya yang langsung sigap dan menganggukkan kepala mereka bersamaan.

"Siap komandan!"

"Siap Yang Mulia!"

Jawab keduanya dengan gaya masing-masing. Dirumah itu hanya Elvira satu-satunya wanita sehingga dia diperlakukan bak ratu oleh suami dan kedua putranya. Bahkan saat Elvira bekerja di depan laptopnya banyak makanan dan minuman berdatangan dari suami dan kedua buah hatinya yang sangat menyayanginya.

"Hati-hati dijalan, Mas! Kalau sudah sampai jangan lupa kabari aku ya!"

Henry segera memeluk erat Elvira dan mencium keningnya. Sementara dua bocah lelaki melongo menatap kemesraan mereka berdua.

"Papa, Mama, sensor!!"

Teriak Fatan sambil menutup kedua mata adiknya sementara dia sendiri memejamkan matanya. Henry dan Vira tersenyum sambil menggelengkan kepala mereka melihat tingkah Fatan yang berlebihan.

"Fatan, kamu jangan alay! Kami hanya memperlihatkan kasih sayang kami kepada kalian berdua sebagai edukasi."

Henry kemudian segera melepaskan pelukannya pada Elvira dan segera berjongkok sambil merentangkan kedua tangannya menyambut kedua putranya yang kini berlari ke arahnya.

Setelah berpamitan akhirnya Henry meninggalkan keluarga tercintanya menuju ke luar kota untuk mengurus beberapa bisnisnya yang agak mengalami masalah. Beberapa bulan ini mereka terkena imbas pandemi yang sedang merebak di beberapa negara di dunia.

"Sayang, ayo kita masuk! Mama harus kembali bekerja."

Ajak Elvira pada kedua buah hatinya. Fatan dan Valentino mengikuti Elvira memasuki kembali rumah mereka. Keduanya kembali main game di ruang keluarga sementara Elvira segera memasuki ruang kerjanya untuk mengambil laptop dan membawanya ke ruang keluarga. Dia akan bekerja sambil mengawasi kedua buah hatinya.

Hari itu adalah hari yang agak melelahkan bagi Elvira. Lelah hati juga lelah pikiran karena beberapa anak didiknya harus berhenti mengikuti bimbingan belajar online miliknya karena pandemi yang berkepanjangan dan membuat sekolah-sekolah mengganti metode pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran secara daring.

"Kalau seperti ini aku harus mencari peluang yang lain. Aku akan membuka jasa konsultasi konseling saja, siapa tahu rejeki aku juga anak-anak."

Gumam Elvira dalam hati, dia segera mencoba membuat blog baru yang sesuai dengan apa yang dia pikirkan saat ini. Elvira merasa sangat yakin kalau jasa konsultasi konselingnya akan banyak peminatnya.