Chereads / Cinta Sang Pramugari / Chapter 1 - bab 1 Pertama Kali Bekerja

Cinta Sang Pramugari

bunga_teratai1
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - bab 1 Pertama Kali Bekerja

Kring!

Alarm tak henti berdering, seorang gadis yang tengah tertidur pulas tidak juga merasa terusik.

"Alexa cepat bangun, ini sudah siang!" perintah seorang gadis sebayanya.

Alexa Maharani berusia 25 tahun dengan paras  cantik sehingga membuat siapapun mengagumi dirinya. Tidak jarang pula lelaki yang ingin memperistri dirinya. Namun ia masih ingin fokus meraih impiannya menjadi seorang pramugari.

"Sebentar Han, lima menit lagi," jawab Alexa, dengan mata yang masih terpejam.

"Ini sudah pukul delapan, Ale! kau harus bangun dan berangkat bekerja. Ingat hari ini penerbangan pertamamu sebagai 

seorang pramugari!"

"Apa? Pukul delapan!" seketika Alex terbangun dan langsung menuruni tempat tidur. Ia pun segera berlari masuk ke kamar mandi

Tidak butuh waktu lama untuk Alexa bisa menyelesaikan ritual paginya. Kini ia telah siap mengenakan seragam pramugari berwarna merah, ia juga menyanggul rambut panjangnya, ia menggunakan make-up, serta sepatu high heels untuk memperindah kaki jenjangnya.

Setelah semua selesai, Alexa mengambil koper kecilnya dan segera memesan taksi untuk membawanya ke bandara.

Alexa saat ini bekerja sebagai pramugari di sebuah maskapai pribadi milik pengusaha terkenal di kota Jakarta dan itulah yang membuat Alexa harus siap jika sewaktu-waktu mereka akan melakukan penerbangan.

"Han, aku pergi dulu ya!" pamit Alexa kepada Hana.

Hana, sahabat Alexa gadis berusia 24 tahun dan tinggal satu kontrakan dengan Alexa. Sejak duduk di bangku SMA mereka tinggal bersama. Mereka sama-sama sudah tidak memiliki orang tua lagi. Saat ini Hana bekerja sebagai pelayan cafe.

"Iya Ale, bekerjalah yang benar dan jangan ceroboh!" pesan Hana, ia tahu jika Alexa terkadang suka ceroboh dan mudah tertidur.

"Iya, aku mengerti," jawab Alexa tersenyum.

"Sekarang pergilah, taksi pesananmu sudah datang!" perintah Hana.

Alexa mengangguk, melangkahkan kakinya masuk dalam taksi, meninggalkan Hana seorang diri.

Perlahan-lahan taksi yang ditumpangi Alexa pergi meninggalkan kontrakan menuju bandara.

Hanya butuh waktu dua puluh lima menit untuk Alexa bisa sampai di bandara. Sesampainya di sana ia segera masuk ke dalam bandara dan berkumpul bersama beberapa pramugari lainnya.

"Ale, akhirnya kamu sampai juga, aku cemas menunggumu dari tadi," ucap Sasa setelah Alexa berada di depannya.

"Maaf Sa, aku bangun kesiangan!" jawab Alexa dengan nyengir.

"Huh, kamu ini!" gerutu Sasa.

Sasa, teman baru Alexa yang juga bekerja sebagai pramugari.

"Ayo masuk, sebentar lagi kita akan segera melakukan penerbangan," ajak salah satu pramugari yang satu pesawat dengan Alexa.

"Iya!" jawab Alexa singkat.

Alexa dan tiga pramugari lainnya melangkah memasuki pesawat. Di dalam pesawat mereka semua bersiap untuk penerbangan yang akan segera dilakukan.

"Ale, apa tugasmu sudah selesai?" tanya Sasa yang sudah menyelesaikan tugasnya.

"Sudah, Sa!" jawab Alexa tersenyum.

"Bagus, sekarang kita hanya tinggal menunggu kedatangan Tuan Sebastian," ucap Sasa yang berdiri di depan pintu  bersama Alexa, menunggu kedatangan Sebastian.

"Memangnya Tuan Sebastian itu seperti apa sih?" tanya Alexa dengan begitu penasaran.

"Apa kamu yakin tidak tau siapa dia?"

"Aku memang tidak tau siapa dia? Yang aku tau, saat ini aku sedang bekerja sebagai pramugari di sebuah pesawat pribadi milik keluarga orang kaya!" jelas Alexa.

"Jadi kamu benar-benar tidak tau siapa dia?" tanya Sasa dengan begitu heran.

"Tidak!" jawab Alexa menggelengkan kepalanya.

"Ya Allah ... Ale, memangnya kamu tidak punya TV? Sampai kamu tidak mengenal siapa Tuan Sebastian?" Sasa benar-benar heran dengan Alexa. Bagaimana mungkin ia tidak mengetahui siapa Sebastian orang terkaya di negara ini.

"Sudahlah tidak perlu membahasnya, yang penting kita bekerja!" ucap Alexa yang sudah mulai capek, karena dari tadi berdiri dan belum juga ada tanda-tanda tuanya itu akan datang. 

Tidak lama kemudian, dari kejauhan datanglah seorang pria tampan dengan wajah yang selalu terlihat kaku. Berjalan cepat menuju pesawat milik Sebastian. Bara, pria yang merupakan salah satu orang kepercayaan Sebastian.

Alexa dan Sasa yang melihat kedatangan Bara langsung bersiap menyambutnya.

"Selamat pagi, Tuan," sapa Alexa dan Sasa dengan membungkukkan badan memberi hormat.

"Apa penerbangan sudah siap?" tanya Bara tanpa menjawab sapaan mereka.

"Sudah, Tuan," jawab Alexa menunduk.

"Apa kamu anak baru di pesawat ini?" tanya Bara memandang Alexa dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Benar, Tuan."

"Apa kau sudah tau apa saja tugas pramugari?" tanya bara dengan memandang Alexa.

"Sudah, Tuan," jawab Alexa mengangguk.

"Baiklah, tapi kamu harus tau jika Tuan Sebastian tidak suka orang yang bekerja lambat atau malas! Apa kamu mengerti?" 

"Saya mengerti, Tuan!" jawab Alexa sedikit gugup.

"Jangan gugup, santai saja! Saya tidak akan memakanmu." ucap Bara tanpa ekspresi.

"Maaf, Tuan!"

"Sudah, kalian berdua istirahatlah dulu jadwal penerbangan ditunda  hingga dua jam ke depan!" jelas Bara, kemudian ia berlalu begitu saja.

Setelah kepergian Bara Alexa dan Sasa duduk di kursi dekat pintu agar sewaktu tuannya itu datang ia bisa dengan cepat bersiap.

"Pesawat ini seperti sebuah rumah. Ada meja makan, mini bar, tempat bersantai, perpustakaan, kamar pribadi, apa lagi desainnya mewah dan elegan. Heh, enak sekali jadi orang kaya, semuanya serba ada," gumam Alexa yang masih bisa didengar oleh Sasa.

"Itulah orang kaya, Ale. Semua serba ada, berbeda dengan kita yang harus jungkir balik hanya untuk mencari sesuap nasi." 

"Idih, berat banget ucapanmu! Jangan terlalu memikirkan soal uang. Kita mati tidak akan membawa harta, sekarang ini yang terpenting kita bisa makan saja itu sudah cukup jika ada lebih syukur Alhamdulillah," ucap Alexa tersenyum.

Sasa tersenyum, "Ya kamu benar!" 

Mereka berdua saling terdiam dan tidak butuh waktu lama Alexa sudah terlelap dalam tidurnya.

***

Di sebuah mansion  seorang pria tengah berdiri di balkon kamarnya dengan pandangan lurus ke depan menikmati teriknya matahari pagi yang cerah.

Tiba-tiba seorang pria yang lebih muda darinya datang menghampiri.

"Tuan Sebastian, kenapa Anda belum siap? Bukankah sebentar lagi kita akan terbang ke China?" 

Sebastian Wirawan, pria  30 tahun berwajah tampan dan cool. Ia merupakan pewaris tunggal kerajaan bisnis keluarganya.

"Aku sudah menyuruh Bara menundanya!"

"Kenapa Anda tiba-tiba menunda keberangkatan? Apa ada masalah?" 

"Tidak!"

"Lalu?" 

"Aku masih ingin bersantai, tanpa memikirkan pekerjaan!" 

"Baiklah, Tuan! Kalau begitu saya permisi dulu," pamit pria tersebut.

"Tunggu, Dimas!" panggil Sebastian.

Dimas, pria 30 tahun yang bekerja sebagai asisten Sebastian. Ia lebih pandai bergaul dengan orang lain dibandingkan Bara.

"Ya, Tuan! Ada apa?" tanya Dimas, sebelum ia sempat melangkah.

"Di mana Alika?" tanya Sebastian dengan menatap Dimas.

"Nyonya sedang yoga di halaman belakang, Tuan!" jawab Dimas.

"Pergilah!" perintah Sebastian dengan mengibaskan tangan kanannya, kemudian ia kembali membelakangi Dimas.

____

Bersambung ...