Disclaimer Suga Hanya milik BTS
tapi Suga yang disini milik author
Story by godblesz
Warning : **TYPO , Tidak sesuai PUEBI
Atau EYD** .
Karakter utama: Suga.
Namaku Sugandi Bagas Dirgantara atau Suga. Orangtuaku bercerai ketika aku masih kecil. Mereka bertengkar karena ibu mengetahui ayah berselingkuh dengan Sekretarisnya , ibu yang tidak terima diperlakukan seperti itu oleh ayah mendatangi kantor lalu melabrak perempuan sekretaris hingga membuat keributan. Ayah yang merasa malu akan perbuatan ibu menyuruh anak buahnya membawa keluar dari kantor.
Siapa yang tidak sakit hati diusir oleh suami sendiri dan memilih perempuan lain?
Ibu menangis seharian sambil menunggu ayah pulang ke rumah . Sudah 3 bulan ayah tidak pulang kerumah . Kondisi ibu pun kian memburuk , hingga akhirnya ayah pulang . Ibu yang mendengar ayah pulang langsung menemui ayah meminta penjelasan . Kenapa tidak pernah pulang ? kemana saja kamu ? Ayah tidak menjawabnya . Dia hanya memberikan secarik kertas yang dilipat rapih . Aku yang waktu itu mengintip dari celah pintu kamar tidak tahu apa yang diberikan ayah kepada ibu. Ayah pergi begitu saja meninggalkan ibu yang menangis. Aku yang berniat keluar langsung mengurungkan diri dan menutup pintu saat melihat ibu mengamuk . Buru - buru aku mengunci pintu dan bersembunyi di balik selimut dan benar saja , pintu digedor - gedor sangat keras.
" BUKA PINTUNYA SUGA!"
" AKU TIDAK MAU MEMPUNYAI ANAK DARI DARAH MANUSIA SIALAN ITU!"
Aku yang hanya anak kecil tidak tahu mengapa ibu memarahiku hanya bisa menangis ketakutan mendengar suara keributan seperti barang - barang berjatuhan , dilempar ke dinding hingga pecah sampai suara itu tidak terdengar lagi .
Satu tahun aku tinggal bersamanya, hari - hari hanyalah berdiam diri dikamar . Ibu hanya memberi satu mangkok nasi terkadang aku hanya memakan sisa makanan yang tidak dia habiskan. Miris .
"Kenapa aku merawatmu , kau minta saja kepada ayahmu itu" Begitulah katanya. Aku yang sudah kebal akan ucapannya hanya diam melihat wajahnya yang menatapku jijik. Sakit rasanya melihat ibu ku bersikap begitu kepadaku. Tapi aku yang masih sekolah dasar menganggap kalo itu kesalahan aku.
Waktu terus berjalan, setiap pagi selalu berangkat kerja dan pulang larut malam. Kadang - kadang membawa pria, yang kukira calon ayahku yang baru. Aku senang ibu sudah tidak seperti dulu lagi . Wajahnya terlihat senang . Tak ada lagi wajah - wajah yang menyeramkan. Hingga suatu ketika aku diajak ibu dan pria ---yang kuanggap calon ayahku itu--- untuk jalan - jalan .
Tentu saja . Aku mau.
Sudah lama aku tidak jalan - jalan . Aku menaiki mobil , duduk paling belakang sendirian . Selama perjalanan aku hanya melihat pemandangan dari luar jendela mendengar suara ibu dan pria itu berbicara tertawa bahagia. Aku yang tidak mau ibu marah hanya bisa diam. Sudah berjam - jam aku berada dimobil tapi tak kunjung sampai . Jarak pun semakin jauh dari rumah. Aku yang merasa capek akhirnya memenjam mata lalu tidur terlelap.
Tiba - tiba suara ibu membangunkan ku , dia mengatakan kalau kita sudah sampai. Aku yangbaru setengah sadar mencoba mengumpulkan sisa - sisa nyawa. Mencoba membuka pintu mobil untuk mencari udara. Saat ku keluar dari mobil terdengar suara ombak berdebur - debur di sertai angin yang berhembus kencang. Aroma - aroma laut yang sangat kurindukan. Pemandangan laut sangatlah mempesona. Di sebelah kanan terlihat perbukitan yang memanjang ditanami pepohonan yang rindang dan di sebelah kiri terdapat perkampungan nelayan dengan beraneka perahu tradisional. Sudah lama sekali aku tidak pernah kelaut semenjak orang tua ku bercerai.
Aku yang baru saja terbangun langsung berlari menuju tepi laut berlari mengejar air tapi saat air berhenti dan mendekati ,aku berlari menjauh seperti anak kecil pada umumnya .Selagi aku bermain , ibu melihat dari kejauhan . Terlihat raut wajahnya nampak sedih. Tak ada pria itu disampingnya tapi aku tidak peduli . Aku mencoba untuk mengajaknya bermain.
" Ibu , Ayo kita bermain bersama " kataku sambil mengenggam tangan mencoba menariknya ke tepi laut. Tiba - tiba saja ibu mendekati lalu menyamakan tingginya denganku. Ibu tersenyum sambil mengusap rambutku dari atas sampai bawah dan seterusnya. Aku yang melihat ibuku tersenyum membuatku bahagia.
" Suga , kau anak yang hebat . Kau anak laki - laki ibu yang kuat dan pintar . Kau pantas bahagia. Kejarlah impiannmu . Jadilah apa yang kamu inginkan."
" iya , bu." aku tidak mengerti apa yang baru saja ibu katakan.
" Ibu mau pergi ke toilet sebntar ya , kamu disini aja."
" Baik ,bu."
Ibu melangkah pergi meninggalkanku sendirian.Aku kembali melanjutkan istana pasirku yang kubangun.
Sudah lama dari semenjak ibu pergi. Dia tak kunjung datang. Cukup lama aku menunggu , aku yang masih kecil itu mencoba mencari ibu. Kucari disetiap toko dan rumah penduduk, tapi tidak ketemu. Aku coba cek parkiran mobil , tapi tidak ada mobil ibu disana .Aku kembali ke istana pasir , barangkali ibu hanya pergi sebentar dan akan datang bila aku menunggunya disana.
Hari mulai gelap, matahari mulai terbenam . Udara dingin mulai menusuk tubuhku. Ibu tak kunjung datang , aku sangat lapar seharian ini aku belom memakan apapun hingga akhirnya kesadaran ku mulai menghilang bersama matahari yang ikut terbenam.
********
Perlahan aku membuka mataku sedikit demi sedikit , berat rasanya untuk membuka mataku. Saat mataku sudah terbuka sepenuhnya, kucoba untuk melihat sekitar . Terasa asing. Seketika indera penciumanku mencium aroma masakan dari luar kamar. Kucoba untuk bangun dari kasur , perutku sakit sakit. Aku merintih sambil memegang perutku yang sakit. Walau begitu , aku tetep berusaha bangun dan keluar kamar. Aku mengikuti sumber aroma masakan tersebut yang ternyata berasal dari dapur. Terlihat pria paruh baya sedang mengaduk - aduk panci yang ada diatas kompor dan menyicipinya. Dia yang sadar akan keberadaan aku didekatnya langsung menyapa ku.
"Kau sudah bangun? duduklah ,kau baru saja pingsan karena kelaparan . Aku akan menyiapkan makanan untukmu." ucap pria paruh baya.
Entah mengapa aku mengikuti perintah pria tua itu. Aku merasa dia bukan orang jahat yang berniat menculik anak kecil.
Pria itu membantuku berjalan ke meja makan sambil tertatih - tatih aku menahan perutku yang sakit. Hampir dua hari aku belom makan. Mungkin maag ku sekarang kambuh. Kakek atau pria paruh baya itu melihat aku yang terus memegang perut kemudian mengambil bubur yang baru saja dia masak dan menuangkannya dalam mangkok.
" Kau lapar , kan? ini bubur untukmu . Makanlah yang banyak." ucap kakek sambil memberikan mangkok yang sudah terisi bubur.
"Tenang saja aku tidak memasukkan racun kedalam buburmu."
Aku perlahan menyendok bubur dan memasukkannya ke mulut.
"Bagaimana enak, kan?" Aku menganggukkan kepala. Menghabiskan bubur hingga habis tak tersisa. Bubur buatannya memang sangat enak sekali. Tidak seperti bubur buatan ibu.
" Kau mau lagi?" Kakek menuangkan lagi bubur ke mangkokku yang kosong. Aku langsung memakannya dengan lahap seperti orang yang tidak pernah makan sebulan.
UHUK! UHUK!
Aku tersedak bubur karena makan terlalu cepat.
"Pelan - pelan saja , buburnya masih banyak. Jika habis aku akan membuatkan lagi untukmu." Ucap Kakek sambil membawakan air dan memberikan kepadaku.
"Ngomong - ngomong namamu siapa?" sambung kakek
"Namaku Suga." jawab Suga
"Namamu bagus. Belom pernah aku mendengar orang dengan nama sepertimu"
"Ayah dan ibuku yang memberikan nama itu "
"Oh? Benarkah? lalu dimana ayah dan ibumu sekarang?."
"Ayah dan ibu sudah berpisah. Ibu mengajak aku kesini bersama pria lain yang aku tidak kenal. Ibu bilang dia ingin pergi ke toilet lalu menyuruhku bermain di pantai membuat istana pasir. aku terus menunggunya sambil membuat istana pasir , tapi ibu tidak datang." ucap Suga. Kakek tidak tahu kalau orang tuanya sudah bercerai. Kakek sangat bingung saat mendengar ucapan Suga. Suga tak terlihat sedih saat mengucapkannya.
"Kau pasti anak yang kuat, ibumu pasti datang menjemputmu." tutur kakek menyakini.
"Apa ibu akan benar - benar datang?" tanya suga.
"Pasti dia akan datang " jawab Kakek.
"Kalaupun mereka tidak datang . Aku akan mengantarkanmu ke rumahmu." lanjutnya.
"Benarkah?"
"Hm, memang dimana rumahmu?" tanya kakek.
"Rumah ku di Busan , di Perumahan Resident Evil Blok 6 No 9."
Kakek menyesali perkataannya. Jakarta sangatlah jauh, butuh waktu seharian untuk sampai disana dan ongkos perjalanannya pun sangat mahal. Seharusnya dia berkata sembarangan dan tidak berjanji kepada suga. Janji tetaplah janji . Kakek harus menepatinya .
"Baiklah nanti aku akan menganterkanmu kerumahmu" kata kakek yang dia sendiri pun tidak yakin. Sepertinya dia akan memakai semua tabungan dari semua hasil nelayannya.
Suga tersenyum senang. Kakek yang baru pertama kali melihat Suga tersenyum menjadi merasa bersalah jika dia tidak menepati janjinya.
"Makanlah yang banyak kau harus punya banyak tenaga untuk pulang kerumahmu ." ucap Kakek.
Suga lalu menghabiskan semua bubur hingga tak tersisa.
BERSAMBUNG
***
Update setiap jam 10:00 WIB
Kalo ga update berarti ga digaji