Chereads / THE SECRET AGENT! / Chapter 60 - Tidak Akan Bisa Menggapai

Chapter 60 - Tidak Akan Bisa Menggapai

Hailexa hendak ingin protes. Baginya kehidupan Alexander harus diketahui terlebih dahulu, setelah itu bisa ke orang-orang terdekatnya. Akan tetapi ketika sebuah foto, nama lengkap, serta identitas tambahan lain terpampang di layar komputer, Hailexa tidak jadi mengajukan protesnya dan lebih memilih untuk membaca.

Allard Brian Fontane. Usianya satu tahun lebih tua daripada Alexander. Lahir di Bordeaux, Prancis, dari pasangan Gabriel Fontane dan Lorraine Graf. Di sana tercatat, jika sebelum menetap di Turin, Gabriel dan keluarganya pernah tinggal di Paris lebih dari sepuluh tahun.

"Keluarga Fontane bisa dikatakan cukup terpandang, baik di Italia maupun Prancis. Bisnis mereka berada pada sektor dunia hiburan, stasiun televisi salah satunya. Saat ini ada lima stasiun televisi miliknya yang tersebar di Italia dan Prancis. Lalu Lorraine adalah mantan model asal Jerman. Jika kau pernah mendengar parfum dan jam tangan dengan merk Artemis, itu miliknya."

"Tunggu tunggu. Dari mana kau dapatkan informasi itu? Di sini tidak tertulis lengkap," ujar Hailexa sambil menunjuk ke arah layar.

Allard tertawa terbahak-bahak, sesekali memegangi perutnya. "Aku sudah membaca berbagai macam artikel semalam. Jika kau ingin detailnya, aku akan kirimkan. Lagi pula tidak sulit mencari informasi tentang keluarga Fontane."

"Apa masih ada lagi yang kau tahu?"

"Aku juga dengar jika Gabriel memegang bagian penting di Daily Union."

Daily Union, salah satu media pemberitaan harian yang cukup terkenal di Italia. Tulisannya dituangkan melalui majalah maupun surat kabar, baik dalam bentuk cetak ataupun digital. Tidak heran jika Allard berani membanting stik golf dan menyewa lapangan itu untuk dirinya sendiri.

Austin Hikaru Foley. Usianya terpaut dua tahun lebih muda dari Allard. Lahir di New York, dari pasangan Reiji Foley dan Maria Yusa. Di masa sekolah, Austin dikenal sebagai anak yang cerdas. Namanya sering kali terdaftar pada olimpiade tingkat internasional. Prestasi Austin dimulai sejak dia menginjak sekolah dasar, kemudian terus berlanjut hingga jenjang perkuliahan. Beberapa universitas ternama seperti Harvard dan Oxford, sudah pernah memberi penawaran gratis baginya agar bisa berkuliah di sana. Sayangnya Austin menolak tawaran itu dan memilih universitas lain di Turin.

"Aku pikir, punya prestasi dalam matematika atau fisika saja sudah hebat. Laki-laki ini justru punya keduanya. Dia bahkan pernah jadi peserta termuda, dalam olimpiade internasional mewakili Italia, kemudian menang. Jika kita bertemu lagi, aku akan tanya apa yang dia makan hingga punya otak seperti itu."

Hailexa tertawa pelan karena mendengar respons kagum dari Bedric. Well, dirinya juga tak kalah kagum. Sebenarnya dari cara Austin berpikir dan berbicara saja, sudah menunjukkan jika dia lelaki yang pintar. Namun Hailexa tak pernah mengira jika prestasinya bisa sebanyak itu.

"Hari itu Austin berkata, jika dia bukan bagian dari Chiplytical. Lalu dari mana?"

"Fori Digital," jawab Bedric cepat. "Kau tahu, tidak semua huruf alfabet bisa ditulis menggunakan huruf Jepang. Jadi mereka membuat sedikit perubahan. Mudahnya, Fori adalah nama lain dari Foley. Jika kemarin Chiplytical menempati posisi nomor delapan, maka Fori Digital berada pada nomor lima."

"Itu tidak jauh beda."

"Kau benar. Selisih angkanya memang tidak jauh. Sayangnya Fori Digital bukan menduduki posisi nomor lima, sebagai perusahaan teknologi terbesar di Italia, melainkan dunia."

Detik itu juga, yang tadinya Hailexa sedang meneguk segelas air mendadak tersedak. Ia terbatuk-batuk dan hidungnya mengeluarkan air.

"Kebanyakan petinggi yang ada di Fori Digital adalah orang-orang pintar asal Jepang. Kita semua tahu jika perkembangan teknologi di sana sudah sangat maju. Pelayan restoran saja mulai digantikan dengan robot. Jadi kau kira-kira saja bagaimana kelanjutannya."

Terakhir, Alexander Maverick Peterson. Dia lahir di Turin. Anak pertama dari pasangan Terry Peterson dan Emma Walter. Nama Alexander selalu tercatat dalam website sekolah dasar hingga universitasnya, dalam kategori sepuluh lulusan terbaik.

Mata Hailexa melebar usai melihat informasi yang diberikan oleh Bedric. "Hanya itu?" tanyanya heran. Ini terlalu sedikit.

"Ya. Informasi lain yang aku dapatkan bukan tentang Alexander, melainkan—"

"Katakan saja," potong Hailexa tak sabaran.

"Terry dan Emma dulunya bekerja sebagai agent di RFI New York. Aku tidak tahu bagaimana detailnya, namun mereka berhenti dari posisi seorang agent, pindah ke Turin kemudian menikah. Terry menggantikan posisi sang ayah dalam mengelola perusahaan mereka, Peterson Holdings. Emma sendiri berbisnis di bidang kuliner bersama saudara kembarnya, Morgan Walter. Mereka punya banyak restoran yang tersebar di beberapa negara."

Restoran? Pantas saja Alexander pernah mengatakan, jika dia belajar memasak langsung dari koki utama. Ya, dan restoran itu pasti milik Emma. "Katakan padaku, apa benar nama restorannya adalah Auguri?"

"Setiap negara punya nama yang berbeda. Namun untuk di Italia, kau benar, namanya Auguri. Mereka juga punya restoran Italia di Washington, mungkin kau pernah datang sebelumnya. The Italian Parlour, letaknya di Seattle."

Hailexa menggebrak meja. The Italian Parlour, tempat itu mengingatkannya pada mendiang sang ayah. Kala itu mereka baru saja kembali usai melihat-lihat salah satu universitas di Seattle, dan Hailexa diajak untuk menikmati makanan asal Italia. Hailexa masih mengingat setiap detail kenangan di kepalanya. Bagaimana tidak, itu jadi salah satu hari paling membahagiakan dalam hidupnya.

"Grace, are you okay?"

"Aku baik-baik saja. Lanjutkan Bedric. Katakan apa lagi yang kau ketahui tentang Alexander."

"Tidak ada. Dia bahkan tidak punya sosial media. Meskipun diatur dalam mode privasi, setidaknya Allard dan Austin masih memiliki akun sosial media. Berbeda dengan kekasihmu itu. Kurasa dia pernah punya, namun dihapus atau dinonaktifkan dengan alasan tertentu."

Kekasihmu itu. Kekasih dari mana? Mereka saja tidak pernah membicarakan tentang hal ini. Hubungan mereka memang tidak punya kejelasan, dan sekarang justru terjebak dalam masalah yang tampaknya sulit untuk diselesaikan. Hailexa sangat menyesali hal ini. Ia adalah sumber utama dari permasalahan yang terjadi.

"Grace," panggil Bedric. "Aku tahu ini berat bagimu. Gunakan waktu yang ada dengan baik untuk berpikir. Selesaikan dahulu masalahmu dengannya. Aku akan menyebutmu pengecut, jika kau mencoba lari dari kenyataan. Setelah semuanya jelas, kau bisa menentukan langkah berikutnya. Bertahan atau meninggalkan laki-laki itu. Jangan buat dirimu terpusat padanya saja. Di dunia ini masih banyak lelaki lain yang bisa membuatmu bahagia."

"Ya, Bedric. Aku mengerti. Terima kasih sudah banyak membantuku."

Bedric mengangguk. Laki-laki itu berdiri sambil mengancingkan lengan kemejanya. "Aku harus mengambil hasil pemeriksaan bulanan. Jika perlu sesuatu, hubungi aku," ujar Bedric kemudian segera keluar dari ruangan.

Hailexa kini menyandarkan punggungnya pada kursi, lalu mengembuskan napas berat. Setiap kata yang ia baca dan ia dengar, berputar sekaligus bergema di dalam kepalanya. Alexander. Apa lelaki itu mau memaafkannya? Setelah secara tidak langsung ia sudah mengatakan kebohongan sejak detik pertama.

Alexander Peterson. Namanya saja terasa jauh dari jangkauan Hailexa. Apa dirinya pantas? Ia bahkan tidak lahir dari keluarga yang terpandang, ditambah lagi sekarang hidup sebatang kara. Apakah Hailexa pantas jika harus bersanding dengan lelaki seperti Alexander?

Hailexa merasa jika posisinya sama seperti Cinderella, yang berharap untuk mendapatkan cinta sang pangeran. Akan tetapi Cinderella cukup pantas. Itu karena segala kebaikan hati yang dimiliki. Tidak seperti dirinya. Harapan Hailexa terlalu tinggi jika sampai menginginkan Alexander. Jadi jawabannya adalah tidak pantas.

Lelaki itu bisa terbang tinggi, dan Hailexa tidak akan bisa menggapainya.