"Ma... Apakah mama sibuk?" tanya Wisnu kepada Anita.
"Ya sayang mama sibuk. Mama sedang menjadwal ulang pekerjaan Om Danu," jawab Anita yang masih asyik dengan tabnya.
"Apakah Wisnu bisa berbicara dengan mama sebentar?" tanya Wisnu yang duduk di depan Anita.
"Kamu mau tanya apa?" tanya Anita yang masih serius.
"Ma... Tante-tante di sini dan juga om-om di sini bertanya, "Di manakah papa kamu? Aku harus jawab apa Ma," jawab Wisnu dengan wajah sendu.
"Hmmmp... Kamu jawab begini saja kepada mereka. Mama bilang Papaku hilang. Mama masih mencarinya," saran dari Anita yang tidak memperhatikan Wisnu.
Dengan wajah sendunya, Wisnu turun dari kursinya. Wisnu masuk ke dalam kantor lalu mendekati Danu dan menangis kencang, "Huaha.... Mama jahat!!!"
Danu terkejut dan memperhatikan Wisnu dengan hati yang terluka. Danu segera menghentikan pekerjaannya dan mengangkat tubuh mungil Wisnu sambil mengelus punggungnya, "Ada apa sayang? Datang-datang kamu kok menangis? Jelek ah... Anak papa."
Danu menghapus air mata Wisnu sambil tersenyum. Dengan refleknya Wisnu memeluknya erat dan mengendus aroma parfum Danu. Danu hanya tersenyum manis melihat Wisnu yang mempunyai kebiasaan mengendus aroma parfumnya. Lalu Danu bertanya kepada Wisnu, "Wisnu, ada apa? Apakah mama nakal?"
Wisnu mengangkat kepalanya sambil melihat wajah Danu. Kemudian Wisnu berpikir kalau dirinya sangat mirip sekali sama sang papa. Kemudian Wisnu berkata dengan wajah sendu, "Aku sama om mempunyai wajah yang sangat mirip sekali. Apakah kita berjodoh?"
Danu menahan tawanya sambil mengusap wajah Wisnu. Kemudian Danu menjawab, "Tidak sayang. Kamu tidak berjodoh sama papa. Melainkan aku adalah papamu."
"Apa iya om? Om adalah papa Wisnu?" tanya Wisnu dengan mata berbinar.
"Ya aku adalah papamu," ucap Danu dengan senyum yang merekah.
"Kalau begitu Wisnu mempunyai papa donk?" tanya Wisnu.
"Ya kamu sudah memiliki papa. Kalau begitu panggil nama kamu suruh ke sini. Sebelum masuk ke dalam. Katakanlah pada mama. Kalau Wisnu sudah memiliki papa," suruh Danu yang mencium Wisnu.
Setelah itu Danu menurunkan Wisnu ke bawah. Dengan wajah cerianya, Wisnu berlari keluar dari kantornya itu. Danu yang melihat kepergian Wisnu sangat marah sekali. Secara tidak sadar Anita sudah meracuni otak Wisnu.
"Awas saja kamu Anita. Kamu sudah meracuni otak putraku dengan mengatakan kalau sang papa hilang. Cepat atau lambat kamu akan merasakan akibatnya," geram Danu dalam hati.
Wisnu yang baru saja keluar segera mendekati Anita. Lalu Wisnu menarik-narik baju Anita tanpa bersuara. Merasa ada gangguan, Anita melihat Wisnu yang sangat ceria. Kemudian Anita mengangkat Wisnu sambil bertanya, "Ada apa sayang? Kok kamu bahagia sekali?"
"Mama... Papaku tidak hilang. Papaku ada," jawab Wisnu.
Deg!
Jantung Anita berdetak dengan kencang. Anita menatap wajah Wisnu dengan sendu. Anita berusaha tidak menangis sambil mengingat dirinya yang mengandung Wisnu yang penuh tekanan pekerjaan. Yang di mana ia harus bisa beradaptasi sama sang ahli waris Seno Gruoups dengan sikapnya yang arogan dan dingin.
Anita baru menyadari pada keadaan yang saat itu mengandung. Anita tidak tahu siapa yang telah menanam benih dalam rahimnya itu. Seketika Wisnu membuyarkan lamunan Anita sambil berkata, "Wajahku dengan wajah Om Danu mirip ma. Om Danu telah mengijinkan aku untuk memanggil papa."
Anita menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecut. Anita menurunkan Wisnu sambil mengancamnya, "Jangan macam-macam kamu panggil Om Danu sebagai Papa."
Danu yang sedari tadi melihat Anita mengancam Wisnu memasang wajah muram. Dengan kesalnya Danu mendekati Wisnu sambil berbisik, "Pergilah ke ruangan Om Cahyo. Papa mau bicara pada Mamamu yang keras kepala ini."
Wisnu tersenyum lucu lalu pergi meninggalkan mereka. Lalu Danu menyuruhnya masuk ke dalam dengan nada dinginnya, "Masuk ke ruanganku sekarang!"
"Baik pak," sahut Anita.
Kemudian Danu masuk ke dalam dengan diekori Anita yang membawa tab. Lalu Danu duduk di kursi kebesarannya sambil menatap tajam wajah Anita. Danu mencoba untuk tidak meluapkan emosinya sambil bertanya, "Kenapa kamu meracuni Wisnu dengan jawaban konyolmu itu? Kamu bilang sang papa hilang? Kenapa kamu tidak bilang sekalian kalau papanya mati? Apakah kamu puas menyakiti Wisnu?"
"Memang kenyataannya pak. Wisnu memang tidak memiliki seorang papa. Lalu saya harus bilang apa ke Wisnu?" jawab Anita secara terang-terangan.
"Jangan pakai bahasa formal! Aku ingin membahas Wisnu!" perintah Danu.
"Pak... Di sini adalah kantor. Tujuan kita di sini adalah membahas pekerjaan. Bukan membahas Wisnu," sahut Anita yang mengingatkan tujuan utama saat berada di kantor.
"Aku tidak perduli itu. Duduklah dulu. Aku tidak ingin kamu berdiri ketika membahas Wisnu," titah Danu.
"Maaf pak. Jangan bahas Wisnu ketika berada di kantor. Karena hari ini ada jadwal tentang pembangunan apartemen yang berada di Surabaya," saran Anita yang mulai mengalihkan pembicaraan.
"Batalkan semuanya. Siang ini aku mengajak Wisnu bertemu dengan kedua orang tuaku!" perintah Danu.
"Tapi pak. Meeting ini sangat penting sekali," kesal Anita jika menyangkut Wisnu.
"Aku atau kamu bosnya?" tanya Danu dengan tegas.
"Bapak," jawab Anita.
"Kalau begitu batalkan semuanya," titah Danu.
"Tidak bisa pak. Siang ini aku akan mendaftarkan Wisnu ke sekolah," tegas Anita yang hampir melupakan jadwal pendaftaran masuk sekolah Wisnu.
"Kalau begitu aku ikut dengan kamu," perintah Danu yang mulai memaksa.
"Maaf pak. Saya akan ke sana bersama Dewi," ujar Anita yang mulai emosi.
Danu segera menghubungi Dewi melalui interkom untuk ke sini. Anita yang melihat Danu sangat kesal sekali. Anita tidak habis pikir, akhir-akhir ini Danu bersikap protect kepada Wisnu. Apa yang sebenarnya terjadi?
Selang berapa menit kemudian. Dewi datang ke ruangan Danu. Lalu Dewi mengetuk pintu.
"Masuk!!!" teriak Danu dari dalam.
Dewi membuka pintu sambil mengucapkan salam, "Selamat pagi pak."
"Ya pagi," ucap Danu. "Apakah benar siang ini kalian akan mendaftarkan Wisnu ke sekolah?"
"Benar pak. Jam makan siang ini kami ke sana," jawab Dewi.
"Kalau begitu kamu tidak perlu ikut. Biar saya bersama Anita yang akan mendaftarkan Wisnu sekolah," perintah Danu dengan dingin.
"Tapi pak," potong Anita yang tidak terima.
"Kembalilah Dewi," usir Danu.
Dewi meninggalkan Danu dan Anita. Setelah kepergian Dewi, Danu mulai membuka suara, "Mulai saat ini jika berhubungan dengan Wisnu. Kamu harus mengajakku!"
"Pak... Sebelumnya saya meminta maaf. Wisnu adalah putra saya," ujar Anita.
"Ya saya tahu itu. Kamu yang mengandungnya. Kamu juga yang melahirkannya. Tapi apakah kamu pernah berpikir kalau Wisnu mempunyai seorang papa," ucap Danu dengan tenang.
"Saya ingatkan sekali lagi. Saya memang mengandung Wisnu. Begitu juga melahirkannya. Lalu kenapa akhir-akhir ini bapak sangat protect sekali sama Wisnu?" tanya Anita.
"Kamu mau tahu apa jawabannya?" tanya Danu yang mengambil sebuah map di laci lalu melemparkan ke depan Anita.