"terus lo ngapain disini?" tanya Nisa balik.
"Gue habis ketemu Nyokap disini. Katanya dia mau bilang sesuatu." Dan Daffa melupakan pertanyaannya.
Nisa menatap bingung Daffa. Daffa yang mengerti pun langsung menjelaskan semua pada Nisa.
"Butik ini milik Nyokap gue."
"Hah!! Yang bener?"
Daffa menganguk. "Kok lo kaget sih?"
"Ehh nggak kok, nggak!"
Mampus ternyata nih Butik milik nyokapnya Daffa. Moga aja dia gak curiga, batin Nisa.
"Lo mau pulang? Bareng gue yuk!" Tawar Daffa.
Tin ... Tin ... Tin ...
Nisa menunjuk kearah mobil yang mengklakson tersebut."Keknya gak bisa deh Daf, Rehan udah sampai, lain kali aja ya."
"Iya gak papa," lirih Rehan.
"Ok gue duluan."
Nisa pun menghampiri mobil tersebut. Tetapi saat hampir masuk, Nisa membalikan tubuhnya dan melambaikan tangan kepada Daffa. Lalu ia pun duduk di kursi samping kemudi. Tak lama kemudian mobil pun berjalan menjauhi area tersebut.
"Sial dua kali gue gagal!!" Gumam Daffa, "ehh itu bukannya mobilnya Bayu?"
***
"Ngapain aja lo sampai lama kayak tadi?" Tanya Bayu masih fokus menatap jalanan.
Nisa yang mendengar pertanyaan Bayu pun langsung menoleh Bayu tajam.
"Gue lagi nyari cara biar Daffa gak curiga!!"
"Emangnya kenapa kalau Daffa curiga?"
Nisa menggeram kesal. "Ya ketahuanlah dodol."
Bayu pun hanya ber'oh'ria.
"IQ tinggi, otak lemot!" Sindir Nisa yang tak dipedulikan Bayu.
"Terus lo ngapain pakai ngelambaiin tangan kek tadi?"
"Suka-suka guelah. Tangan-tangan gue juga!!" Ketus Nisa.
Nisa terdiam sejenak dam berpikir. Gue kok marah-marah aja ya dari tadi?
Cukup lama suasana hening. Hingga Bayu berkata yang membuat Nisa kesal setengah mati.
"Btw, setelah nikah kita bakalan tinggal serumah,"
"What the fuck, cobaan apalagi ini" geram Nisa.
"Itu bukan cobaan tapi hadiah."
Hadiah dari Hongkong. Batin Nisa.
"Terserah lo!!"
***
"Cie yang mau nikah nempel amat," sindir Rehan saat melihat Nisa dan Bayu turun dari mobil.
"Diem lo Bang!!!" Ucap Nisa sinis.
"Tuh Nisa kenapa? Pms?" Bisik Rehan pada Bayu.
"Mana gue tahu."
Nisa menatap tajam Rehan. "Ap lo liat-liat!!"
"Gue gak ngeliat lo kali, pd amat!"
"Terserah lo Bang! Terua lo ngapain juga disini?!" Tanya Nisa.
"Hm." Jawab Bayu.
Rehan menatap Nisa bingung. "Lo kenapa bawaannya marah-marah mulu sih?"
"Nggak tahu."
Tiba-tiba rehan memegang pundak Nisa dan Bayu. "Yu, Sa, gue tahu kalian keberatan sama ni perjodohan. Tapi setidaknya kalian jalanin aja dulu. Gue tahu hubungan yang nggak didasari cinta itu bakalan nggak berjalan mulus, tapi nggak ada salahnya kan jika kalian coba aja dulu? Cinta tanpa restu orang tua aja bisa dilewati oleh orang lain. Masak kalian nggak bisa buat nyoba nerima keadaan."
Rehan pun meninggalkan Nisa dan Bayu yang masih bingung.
"Dia ngomong apaan dah?" Tanya Nisa.
Bayu menggeleng. "Nggak tahu, tumben amat dia bijak."
"Ehh lo ngapain masih disini!!" Ucap Nisa saat sadar Bayu masih disana.
"Gue balik," ucap Bayu lalu berjalan dan memasuki mobilnya. Tak lama kemudian mobil Bayu pun menjauh dari pekarangan rumah Nisa.
"Gue kenapa marah-marah gak jelas ya?" Gumam Nisa.
***
Daffa masih berpikir keras di balkon kamarnya semenjak kepulangannya dari butik. Begitu banyak pertanyaan yang melintas tetapi tak satu pun bisa ia jawab.
Kenapa Nisa bilang kalau dirinya pergi sama Rehan sedangkan mobil tersebut sama percis seperti mobil Bayu?
Terus kenapa ia sampai bisa belum mengganti pakaian? Sepenting apakah gaun yang akan dibeli Nisa untuk mamanya sampai-sampai ia tak mengganti pakaiannya?
Terus dia bilang gaun? Pertama kalinya Daffa mendengar seorang mama menyuruh anaknya membeli gaun, biasanya sesibuk apapun seorang ibu tak mungkin menyuruh anaknya membeli gaun. Memang Nisa tau ukuran tubuh mamanya? Pilihan yang cocok? Atau yang lainnya?
Huh ... Daffa menjadi bingung sendiri akan barisan pertanyaan yang melintas dipikirannya saat ini. Ia jadi menyesal langsung mengiyakan alasan Nisa tadi.
Tak lama kemudian senyum Daffa pun mengembang. "Ohh gue tanya aja langsung ke Nisa besok, kenapa gak kepikiran dari tadi ya."
***
Nisa berjalan sendiri menuju loker untuk mengambil bukunya yang ada disana. Sebenarnya cantika ataupun sari mau saja mengantarkannya, tapi Nisa hanya ingin sendiri dulu. Lagian ini masih pagi, jadi dia hanya ingin menikmati sejuknya udara saat itu.
"Nisa lewat guys!!"
"Beningnya ya ampun."
"Mimpi apa gue semalam, pagi-pagi udah dapet pemandangan indah kek gini?!"
"Pagi-pagi dah caper. Iyuhh...."
"Itu rok sama bajunya gak sekalian di jadiin bikini. Tebar pesona aja kerjaanya!!"
Nisa terus berjalan melewati orang-orang yang memujinya maupun menghujatnya. Ia sudah terlalu kebal. Hello emang gue pikirin, tubuh-tubuh gue juga bukan tubuh lo
Saat sudah sampai di loker nomer 23 ia langsung membuka lokernya tersebut, ia pun mengambil bukunya dan tak lupa menutup kembali lokernya.
Tiba-tiba saat ia ingin melangkahkan kakinya, Rico, cowok cupu seangkatannya, menghampirinya dengan ragu-ragu. Dia kenapa?
"Emm .... " Rico menatap Nisa cemas, "lo ditungguin sama Pak Eka di depan Gudang."
Nisa diam sejenak. "Oke, gue kesana."
Rico pun menganguk dan pergi meninggalkannya. Ia pun mulai berjalan menuju Gudang. Tetapi sepanjang perjalanan ia terus menerka-nerka tujuan Pak Eka memanggilnya. Pasalnya tumben sekali Pak Eka memanggilnya untuk datang ke Gudang. Tak mau ambil pusing ia pun melanjutkan langkahnya.
***
Sesampainya di depan Gudang,Nisa kebingungan mencari Pak Eka, karna yang ia lihat hanyalah ... sepi.
"Pak?" Panggil Nisa tetapi tak ada yang menyahuti.
"Pak?"
"Pak Eka?"
Nisa lelah terus mencari dan memanggil nama Pak Eka tetapi yang dipanggil gak nongol-nongol.
Karna kesal ia pun berinisiatif kembali ke Kelas. Tetapi baru beberapa langkah, tiba-tiba seseorang membekapnya dan alhasil setelahnya ia tak sadarkan diri.
***
"Lama bener obatnya bekerja. Durasi waktunya sampai kapan?" Tanya seorang cewek kepada kedua dayang-danyangnya.
"Tenang Van, cuma 10 menit kok. Bentar lagi juga sadar" jawab Cinta, yang notabennya salah satu dayang Vani.
"Masih lama gak?" Tanya Vani tidak sabar.
Aurel, dayang yang satunya lagi, menatap arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Kira-kira 1 menit lagi."
"Duh ... gue udah gak sabar."
Dan benar saja setelah 1 menit kemudian terdengar suara orang melenguh.
"Enghh .... "
Sontak semua orang pun menatap cewek yang melenguh tadi, yang tiada lain adalah Nisa.
"Gue dimana?" Ujar Nisa masih mengerjapkan matanya. "Kok gue diiket kek gini sih?"
Nisa mencoba melepaskan tangan dan kakinya yang terkikat di kursi yang ia duduki. Saking giatnya Nisa tak menyadari ketiga gadis didepannya.
"Udah puas tidurnya?"
Nisa pun memberhentikan aktifitasnya dan segera menoleh ke sumber suara.
"Kalian ...?" Tanya Nisa.
"Baru sadar ada kita?" Sinis Cinta.