Chereads / MENIKAH DENGAN CEO / Chapter 3 - 3. BELAJAR SALING MENCINTAI

Chapter 3 - 3. BELAJAR SALING MENCINTAI

Pagi-pagi sekali aku mendengar suara ramai dibawah, tepatnya di dapur. Ternyata sudah ada Mamah, Kak Hana, Kakak Iparku. Dan juga beberapa asisten rumah tangga yang sibuk memasak di dapur. Ku langkahkan kaki ku menuju dapur untuk bertanya.

"Pagi semua," sapaku.

"Pagi sayang,"

"Pagi dek,"

"Pagi non,!

"Mah, ini kok masak banyak amat? Tumben," tanyaku bingung.

"Kamu lupa? Kan hari ini kita munggah, besok udah puasa lho." jawab Mamahku, Ghea.

Aku terkejut. Apa? Besok puasa?

Kok aku bisa lupa?

Ghea dan Hana pun terkekeh. "Biasa Mah, kalo pengantin baru kan lupa segalanya." ucap Hana terkekeh.

"Apaan sih, Kakak. Engga gitu, Salsa beneran lupa," ucapku cemberut.

"Oh iya, lihat Mas Dewa engga?" lanjutku bertanya.

"Cieee, udah manggil mas aja, nih. Uhuy," goda Hana.

"Kiw, kayak nya udah ada yang ditembam, nih," ucap Ghea ikut-ikut an menjahili putrinya.

Salsa kesal, pipi nya sudah memerah. Bisa-bisa nya mamah dan kakak iparnya ini menggodanya pagi-pagi, dasar.

"Nyebelin, ih. Salsa serius tanya, Mas Dewa dimana?" tanyaku kembali.

Tak lama kemudian Dewa datang. "Kenapa marah-marah, hm?"

Salsa menoleh kebelakang, dan mendapatkan suaminya yang baru muncul dari halaman belakang.

"Itu, mamah sama kak hana nyebelin banget." jawab Salsa mengerucutkan bibirnya.

Dewa terkekeh mendengar aduan dari sang istri. Ia mengacak-acak rambut istrinya dengan gemas.

"Huh, dasar aduan," ujar Ghea memeletkan lidahnya pada Salsa.

"Dih, apaan sih Mamah. Serah Salsa lah, suami-suami Salsa." balas Salsa memeletkan lidahnya kepada Ghea.

Dewa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah konyol sang istri dan juga mertuanya.

"Sayang... mau keluar gak?" tanya Dewa lembut.

"Ayok, Mas. Daripada disini, banyak nyamuk." jawab Salsa mendelikkan matanya kearah Ghea dan Hana.

"Kamu ini, ya." geram Ghea pada anaknya.

"Bodo, wlee..."

•••

Saat ini kedua pasutri tersebut pun sedang berjalan mesra mengelilingi komplek rumah Salsa. Dewa akan mengajak Salsa untuk jalan-jalan pagi, serta mengenal lebih dalam satu sama lain juga.

Salsa dengan manis memeluk sebelah tangan Dewa dan berjalan beriringan. Terkadang keduanya senyum-senyum sendiri. Menikmati udara pagi yang terasa sejuk dengan pasangan halal.

Jika yang sudah pacaran akan dosa, justru yang sudah menikah akan menambah pahala.

"Mas," panggil Salsa.

"Hm?"

"Aku seneng banget,"

"Karena?" tanya Dewa.

"Kamu." jawab Salsa tidak tahu malu.

Dewa terkekeh dengan jawaban istrinya.

"Aku baru ngerasain sebahagia ini setelah nikah. Makasih ya, Mas. Udah nerima aku apa adanya, walau aku gak bisa apa-apa, hehe. Terus bimbing aku, ya, Mas Dewa. Jangan pernah lelah," lanjut Salsa tersenyum.

Dewa tersenyum, dan mencubit pipi gembul sang istri. "Pasti sayang,"

"Saling percaya satu sama lain dan perkuat selalu komunikasi kita, ya."

"Iya, Mas."

"Aku udah beli rumah, besok kita pindah kerumah yang udah aku beli, mau?"

Salsa memberhentikkan jalannya dan begitu juga dengan Dewa.

"Em... pindah?"

"Iya, pindah. Kenapa?"

"Tapi nanti kalo aku kangen sama Mamah, Papah, Abang dan Kak Hana. Aku boleh kan, kesini Mas?"

Dewa tersenyum. "Tentu boleh sayang. Aku gak akan pernah larang kamu buat ketemu sama keluarga kamu, selagi kamu izin. Mengerti?"

"Ngerti, Mas Suami."

"Jadi gimana? Mau pindah?"

"Mau, Mas."

Kedua pasutri itu pun kembali berjalan, dan berhenti tepat didepan warung pecel langganan Salsa.

"Em, Mas. Boleh gak, aku pinjam uangnya?" tanya Salsa hati-hati.

Dewa mengerutkan keningnya. Pinjam uang? Apa tidak salah? Kenapa tidak meminta? Dewa ini kan suaminya.

Tetapi tak urung Dewa mengeluarkan dompetnya dan memberikan uang seratus ribu pada istrinya.

"Gak perlu pinjam, aku ini suami kamu. Harusnya minta," ucap Dewa tersenyum.

Salsa bingung. "Eh, gitu ya?"

"Iya, sudah seharusnya aku nafkahi kamu,"

"Em, oke deh. Aku mau beli pecel, kamu mau?" tawar Salsa.

"Boleh. Sekalian sama orang rumah," jawab Dewa sembari memberikan seratus ribu lagi pada Salsa.

"Segini juga cukup Mas."

"Yaudah,"

Salsa menghampiri Bi Eneng, penjual pecel langgannya.

"Assalamualaikum, Bi Neng,"

"Eh... waalaikumsalam, Non."

"Pecel dong, Bi. 6 bungkus."

"Siap, non. Laksanakan. Eh, kok 6? Biasa nya 5,"

"Buat Mas Dewa satu, hehe..."

Bi Eneng mengangguk paham. "Oalah, cieee sekarang jalannya berdua aja ya, biasanya sendiri." goda Bi Eneng.

"Bi Neng bisa aja, deh." ucap Salaa malu-malu.

•••

Salsa dan Dewa pun sudah sampai dirumah.

"Aku kedapur dulu ya, Mas. Mau naruh ini ke piring,"

"Iya,"

Salsa pun langsung menuju dapur sedangkan Dewa duduk diruang tamu yang ada hanya Papah Mertuanya sedang membaca koran.

"Dari mana, Wa?" tanya Anton.

"Depan, Pah. Abis beli pecel," jawab Dewa ramah.

"Papah mau bicara sama kamu, boleh?"

"Boleh, Pah, silahkan."

"Jika suatu saat nanti kamu bosan dengan anak Papah, tolong jangan beri tahu Salsa. Beri tahu Papah. Papah akan jemput Salsa buat pulang."

"InsyaAllah Pah, engga akan. Karena bagi Dewa menikah cukup sekali."

"Baik, Papah percaya sama kamu. Bimbing Salsa pelan-pelan, jika dia salah, tegur saja."

"InsyaAllah pah,"

Tak lama kemudian Salsa datang dengan pecel ditiga piringnya.

"Nih, Pah Mas,"

"Makasih," ucap keduanya.

"Cieee... mantu sama mertua kompak." goda Salsa.

"Harus dong, iya gak Wa?"

"Iya dong,"

Salsa terkekeh dan melanjutkan makannya.

"Papah makan didalem aja lah, disini nanti jadi nyamuk." celetuk Anton.

"Iya tuh, hus hus hus..." usir Salsa.

Dewa hanya bisa terkekeh melihat kelakuan istrinya ini.

"Mas, kalo besok puasa, berarti nanti malam teraweh pertama, dong?"

"Iyaa, kenapa emang?"

"Engga, agak aneh aja. Dan masih gak percaya, aku udah nikah, tahun ini. Dan nanti aku teraweh bareng suami, sahur bareng suami, buka juga bareng suami. Waktu tuh, cepet ya, Mas."

"Maaf," ucap Dewa lembut.

"Lho, kok minta maaf?"

"Sudah mengambil masa muda kamu untuk menjadi istri aku,"

"Ih, gak usah minta maaf, Mas. Mungkin udah jalan aku buat nikah muda kalu, ya." cengir Salsa.

"Lagian aku juga bahagia kok, gak pernah aku sebahagia ini sebelum nikah sama kamu. Jangan ngerasa bersalah, Mas." lanjut Salsa mengelus punggung tangan suaminya.

"Terima kasih," ucap Dewa sembari membawa istrinya kedalam dekapannya. Menyalurkan seluruh rasa bahagia yang masing-masing dapatkan.

"Makasih juga, Mas."

"Maaf in juga ya Mas. Aku belum bisa cinta sama kamu, tapi kalo urusan sayang, udah kok. Pas kamu ucapin ijab kabul," senyum Salsa.

Dewa berdesir, kata sayang yang diucapkan oleh istrinya seakan mengetuk pintu hatinya.

"Engga apa-apa. Kita sama-sama belajar, ya."

"Em tapi, Mas. Aku takut,"

"Takut? Takut kenapa?"

"Mas kan belum cinta sama aku, takut nanti Mas perlakuin aku kayak di novel-novel yang pernah aku baca,"

Dewa menyentil kening istrinya pelan. "Jangan keseringan baca novel. Walaupun Mas belum cinta sama kamu, Mas akan selalu perlakuin kamu layaknya istri pada umumnya, sayang." ucap Dewa lembut.

Salsa malah senyum-senyum sendiri mendegar penuturan dari Dewa.

"Makasih, Mas. Aku pasti selalu belajar buat jadi istri yang baik dan nurut sama kamu, kok. Kalo aku lupa atau salah, pukul aja gak apa-apa."

Dewa menggeleng. "Mas gak akan tega lakuin itu sama kamu, Mas akan tegur jika kamu salah. Mas juga minta, kalo suatu saat nanti Mas kelewatan batas, kasih tahu ya." ujar Dewa.