Chereads / Penguasa & Pangeran di SMA / Chapter 9 - BAB 9 Selalu Terlambat

Chapter 9 - BAB 9 Selalu Terlambat

"Re….. Reeyy…., ngapain lo disini? Bukannya kelas udah mulai ya?", jawab Rihanna kaget dan gelagapan sambil melepas tangannya dari rambut Lia

"Harusnya gua yang nanya, lo ngapain disini? Pergi ga lo sekarang?" bentak Reygan dengan tatapan tajam kea rah Rihanna

"Urusan gua belum selesai sama cewe miskin ga tau diri ini. Lo gausah ikut campur", kata Rihanna dengan senyum licik dan tidak mempedulikan Reygan

"Lo pergi darisini atau gua laporin ke komite sekolah", Reygan membentak Anna lebih keras, kali ini Reygan benar – benar marah.

"Eh, lo pikir gua takut sama ancaman lo. Jangan gara – gara lo ketua osis seenak jidat lo ngatur – ngatur gua. Kalo sampe lo aduin gua ke komite sekolah, gua ga bakal segan – segan nyebarin rahasia lo Reygan si anak polos", kata Rihanna dengan senyum merendahkan ke arah Reygan.

Reygan terdiam. Tapi tatapannya semakin tajam. Dengan penuh amarah Reygan menarik tangan Rihanna. Dengan kasar Reygan mengeluarkan Rihanna dari ruang UKS, Gita dan Lian langsung mengikuti dari belakang.

"Lo jangan macam – macam ke Lia. Gua ga bakal segan aduin semua kelakuan buruk lo di sekolah ini kalo lo berani gangguin Lia lagi", ancam Reygan dengan suara pelan namun tajam.

Rihanna hanya tersenyum licik mendengar ancaman Reygan di depan pintu UKS. Anna mendekatkan wajahnya ke telinga Reygan lalu berbisik "Coba aja ganteng, kalo lo berani. Gua ga takut lo aduin asal lo udah siap reputasi sempurna lo di SMA Sahardja rusak bahkan lo bakal dianggap sampah", Rihanna berjalan santai meninggalkan Reygan sambil melambaikan tangan.

Reygan terdiam sejenak. Tangannya sedikit gemetar, entah itu karena ancaman Rihanna atau karena khawatir Lia akan diganggu lagi tapi ia terlambat untuk melindungi Lia. Mengingat Lia, Reygan langsung masuk kembali ke dalam UKS untuk melihat Lia.

Lia masih terduduk di atas kasur UKS. Lia memeluk kedua lututnya sambil tertunduk. Tubuh mungilnya gemetaran akibat ketakutan. Terdengar suara tangisan pelan Lia. Reygan yang melihat hal itu sangat khawatir.

"Hei, Lia….., Lia..., lihat gua. Lo gapapa? Ada yang sakit? Yang mana yang sakit?", Reygan berusaha memastikan keadaan Lia

Lia belum menjawab. Ia memilih menangis dan enggan menatap kea rah Reygan. Reygan yang tidak tahu harus berbuat apa, akhirnya memeluk Lia, lalu menepuk – nepuk pelan punggung Lia, untuk menenangkan Lia.

Perasaan Lia sedikit demi sedikit mulai tenang. Ia merasa aman sekarang karena Reygan berada di sisinya. Reygan yang begitu lembut dan penyayang. Meskipun selalu datang terlambat ketika Lia membutuhkan pertolongan, Reygan selalu memberikan usaha terbaiknya untuk Lia. Ingatan Lia memutar kembali moment dimana Reygan mengantarnya pulang dan perlakuan manis Reygan.

(Flashback Lia ketika di antar pulang naik Bus oleh Reygan)

"Kita turun di halte selanjutnya ya Rey", kata Lia sambil melihat ke arah Rey yang duduk tepat disampingnya.

Tak disangka Rey tertidur lalu menyandarkan kepalanya ke bahu Lia. Lia hanya tersenyum melihat wajah polos Rey yang tertidur dan bersandar di bahunya. Lalu Lia melihat paperbag yang berisi bungkusan mie pangsit yang berada di tangannya. Lia merasa bahwa Reygan memiliki hati yang hangat dan peka. Lia hanya menceritakan mengenai neneknya sesekali, tetapi Reygan sudah mengingat neneknya bahkan mengkhawatirkan apakah neneknya sudah makan maam atau belum, bahkan berinisiatif membawakan mie pangsit. Lia tersenyum lagi.

"Rey.., Reygan.., kita sudah sampai..", Lia mengoyang – goyang pelan bahu Reygan untuk membangunkannya karena mereka sudah sampai di halte yang mereka tuj.

Reygan membuka matanya perlahan – lahan. Matanya yang awalnya sipit lama – kelamaan membelalak. Ia kaget melihat sekitarnya lalu tiba – tiba berdiri. Lia yang melihat tingkah konyol Reygan tertawa terbahak – bahak. Sepertinya Reygan belum sepenuhnya sadar, untung saja bus pada malam itu tidak terlalu ramai. Akhirnya Lia memutuskan menggenggam tangan Reygan lalu membawanya turun dari Bus sambil tertawa.

"Hahahahaha, kita udah nyampe Rey. Muka lo gemes banget sih", kata Lia pada Rey setelah mereka turun dari bus dan berdiri di depan halte.

Lia masih menggenggam tangan Reygan. Rey melihat wajah Lia yang masih tertawa melihat muka ngantuk Rey. Rey hanya tersenyum kecil, lalu melihat kearah genggaman tangannya dan Lia. Rey semakin mempererat genggaman itu. Sadar akan hal itu, Lia menatap mata Rey. Rey memperlebar senyumnya. Lalu menarik tangan Lia pelan dan mengajaknya berjalan.

"Gua antar lo sampai rumah", kata Reygan sambil mencubit pipi Lia dengan tangan kanannya dan tangan kirinya masih menggenggam tangan kanan Lia.

"Gua bisa sendiri Rey, udah deket kok", kata Lia menghindari kontak mata dengan Reygan tapi tetap merasa nyaman dengan genggaman Reygan.

"Justru karena udah dekat, gua ga bisa buang – buang kesempatan buat liatin lo. Soalnya tadi gua baru aja membuang suatu hal yang berharga", kata Reygan sambil berjalan namun tak melepas tatapannya dari Lia.

"Hah? Maksudnya apa? Lo buang apa emang?", Lia bertanya dengan panik dan akhirnya Lia membalas tatapan Reygan

Reygan tersenyum semakin lebar karena senang. "Gua tadi membuang kesempatan berharga buat liatin wajah indah lo dari dekat, karena gua ketiduran di bus", jawab Reygan dengan sedikit tertawa menggoda Lia.

"Iih, apaan sih lo, kirain serius tadi", kata Lia kesal namun sedikit salah tingkah. Lia menatap lurus kedepan untuk menyembunyikan groginya.

"Ini rumah gua sama nenek, mau masuk dulu ngga?", kata Lia setelah sampai de halaman rumahnya yang tidak terlalu luas namun dipenuhi berbagai jenis warna – warni tanaman.

Khas rumah pedesaan yang asri ditemani pagar pendek dan kecil. Rumah itu tidak bertingkat, tidak terlalu sempit, dan temboknya di cat warna putih bersih menegaskan aksen bersih dan rapi.

"Ga usah Lia manis, udah malam takut ganggu nenek, mungkin udah istirahat. Kapan-kapan deh aku mampir", jawab Reygan sambil mengacak – acak rambut Lia.

Pipi Lia kembali merona. Entah mengapa setiap Reygan menyentuh Lia, pipi Lia merona. Lia hanya tersenyum manis mendengar jawaban Reygan.

Reygan melangkah satu langkah mendekat ke arah Lia. Lia terdiam, lalu menatap mata Reygan. Reygan tersenyum dan membalas tatapan mata Lia. Mereka bertatap – tatapan dalam beberapa detik.

Tiba – tiba…

Bibir Reygan menyentuh pipi Lia. Lia sungguh sangat kaget. Lia terdiam dan tidak mengatakan sepatah katapun. Lia yakin sekarang wajahnya memerah semerah kepiting rebus. Namun Lia tidak mundur atau menjauh, ia hanya berdiri ditempat. Lia tidak merasa kesal atau pun marah, hanya saja ekspresi Lia sekarang datar akibat terkejut. Lia melihat Reygan yang tersenyum sangat manis sekarang namun tidak mengatakan sepatah katapun.

"Bhugg…. Bhugggg…..", Lia tiba – tiba terbatuk, mungkin ekspresi dari kagetnya.

"Siapa yang di luar? Kau kah itu Lia?", kata nenek Lia dari dalam rumah

Lia yang panik langsung mendorong Reygan keluar pagar. Reygan yang kaget melihat tingkah Lia hanya menurut keluar dari pagar rumah Lia.

"Iya Nek, Lia pulang", jawab Lia sedikit berteriak lalu mengunci pagar rumah.

*Kembali ke UKS SMA Sahardja*

Mengingat kejadian lucu nan manis itu, Lia membalas pelukan Reygan. Tubuh Lia mulai berhenti bergetar dan Lia sudah tidak menangis lagi. Lia sadar, meski Reygan selalu terlambat untuk menolongnya, Reygan selalu ada menjadi pelipur lara dan sumber tawanya. Ketika membalas pelukan Reygan, Lia baru sadar ada sepasang mata yang sedang mengamati mereka sekarang dari pintu UKS.