Jay Lawliet, seorang great Sage yang dianggap oleh orang-orang sebagai great sage terkuat sepanjang sejarah dunia sihir yang telah berlalu, dengan julukan itu, ia menanggung sebuah beban akan kekuatannya yang besar.
Ia hidup sederhana tanpa merusak orang lain, hidup menyendiri dengan tenang di Hutan Magoi yang terkenal akan bahaya dan kematian yang siap menjemput siapapun yang memasukinya, namun terbilang cukup mudah bagi great Sage terkuat sepanjang sejarah yang dielu-elukan.
Hanya pergi menemui banyak orang ketika sebuah acara, maupun untuk berinteraksi secara sosial dengan orang lain, membuat hidup yang damai tanpa kebencian dan kerusakan.
Bukan tanpa alasan kecuali hidup yang tenang setelah lebih dari 4000 tahun mengalami pertarungan yang tak berujung, dimana semua musuhnya mati di tangannya, penuh dengan darah.
Untuk itu, ia sudah berhenti dari pertarungan dan memulai hidup damai, namun jika seseorang dari masa lalunya sebagai Magus pembantai ingin membalas dendam atas perbuatannya, ia tak pernah keberatan, dengan itu, ia tak pernah lagi mengalami kebencian dikarenakan ketulusan yang menyentuh hati orang lain, meski di sisi lain memang pada dasarnya tak ada yang mampu mengalahkan dirinya, bahkan 4 Great Sage yang lainnya.
Namun, ketika ia berpikir akan mengalami hidup yang damai, sekali lagi ia dihadapkan dengan sesuatu yang ingin ia hindari tersebut, kematian dan pertarungan.
Mengelus janggut putihnya yang cukup panjang itu, ia menatap orang yang mendatanginya dengan lembut dan bertanya, "Apakah kau ingin membalas dendam? ataukah kau hanya ingin membunuhku?"
Pertanyaan yang singkat, ia masih belum tahu kekuatan musuhnya, ia mengetahui bahwa kemungkinan besar, dirinya sendiri lah orang terkuat di dunia saat ini, namun mengakui itu dan meremehkan orang lain adalah sebuah bentuk kesombongan yang melanggar nilainya sendiri.
Lalu, hati, jiwa, fisik dan pikirannya merasakan sesuatu yang buruk, ada kemungkinan orang di depannya ini lebih kuat darinya. Benar, ia tak berbohong itulah yang ia rasakan.
Pun ia melihat wujud dari entitas di hadapannya saat ini memiliki struktur layaknya manusia, namun dengan tubuhnya yang tertutupi oleh kabut hitam yang pekat. Membuat kewaspadaan dirinya semakin bertambah.
"ghahaha, tentu saja pilihan yang kedua, aku hanya ingin... membunuhmu." Tawa yang seram, nada yang terdengar seperti orang gila yang sedang sakau, ditambah dengan getaran mana yang hebat, membuat dirinya merasa ditekan dan lemah, membuat semua beast berbahaya di Hutan Magoi mengambil langkah seribu menjauhi wilayah sekitar dengan ketakutan yang mendalam.
Tak lama setelahnya, orang itu benar-benar menghilang dari pandangan Jay, namun ketika ia menyadari sesuatu, ia telah terlambat, semuanya telah terlambat, tubuhnya dapat diserang dengan mudah.
"hayhayhay, bagaimana? pertahanan otomatis mu memang kuat, namun sangat lemah bagiku." Pria yang ditutupi kabut hitam itu berjongkok dan menampilkan senyum sadis pada Jay, namun seluruh wajahnya belum terlihat.
"Wah, sebentar lagi kau akan mati, inikah orang terkuat di dunia ini saat ini? lemah sekali." Pria tersebut kembali berdiri, berbalik lalu menghilang dengan cepat, meninggalkan Jay dalam keadaan sekarat.
'Apakah aku mati? aku? Great Sage terkuat sepanjang sejara mati dengan satu serangan? memalukan, sangat memalukan.'
Air mata keluar dari wajahnya, 400p tahun pertarungan dan ia dibunuh oleh seseorang yang tak ia ketahui hanya dengan satu serangan, sungguh menyedihkan.
pandangannya mulai memudar, menandakan kematian yang mulai mendekat, ia tak memiliki permintaan terakhir atau apapun itu, ia hanya dapat merasa puas setelah hidup selama 4000 tahun, walau dengan akhir hidup yang sangat menyedihkan.
Berangsur-angsur kesadarannya mulai menghilang, matanya sudah tak bisa melihat dengan jelas lagi, pandangannya semakin kabur hingga akhirnya benar-benar menghilang.
'Aku mati, bagaimana jalanku selanjutnya? kemana aku akan dibawa pergi?'
"Jay, cepatlah makan sebelum dingin!" Suara seorang wanita segera membangunkannya, ia sedang berbaring di sebuah tempat tidur dengan dilapisi oleh selimut, matanya segera menatap tangannya, tangan yang kecil dan masih lembut, tanpa luka dan kotoran.
Pikiran di dalam kepalanya berputar, memproses informasi secepat yang ia bisa, namun satu-satunya yang keluar dari mulutnya setelah proses tersebut hanyalah sebuah kebingungan. "Hah?"
"Jay, cepatlah makan sebelum semuanya ibu dan ayah habiskan." Suara wanita tersebut kembali memanggil namanya, masa lalu, masa lalu yang sudah lewat, ia benar-benar kembali?
ia turun dari tempat tidurnya, lalu berjalan menuju ruang makan, matanya mengamati wajah ayah dan ibunya wajah mereka yang benar-benar ia ingat.
Ia berjalan, lalu duduk di lantai di tepi meja makan tersebut, sebuah hidangan tersaji di hadapannya, ayah dan ibunya mulai menyantap makanan terlebih dulu, barulah ia menyantapnya kemudian.
Suasana yang asing, rasa makanan yang asing, setelah hidup yang berat dan penuh rasa sakit yang kemudian dilanjutkan dengan pertaubatan, inikah hadiahnya? apakah ini adalah hadiah?
Tanpa disadari, sebuah senyuman terlukis di wajahnya diikuti dengan tawa kecil, itu membuatnya ditatap oleh kedua orang tuanya.
"Apakah ada sesuatu?" Ayahnya lah yang pertama bertanya dengan senyuman.
"Tidak ayah, aku tadi hanya bermimpi bahwa saat sudah besar nanti, aku akan menjadi penyihir terkuat di dunia ini, dan mengalahkan semua orang." Matanya berbinar, menjelaskan kepada ayahnya tentang mimpinya, walau sebenarnya itu bukan sebuah mimpi.
Kedua orang tuanya tertawa, melihat tingkah lucu anaknya yang bermimpi untuk menjadi seorang penyihir, walau realita menyakitkan dimana mereka bisa dibilang miskin dan tak bisa membeli elixir atau sesuatu hal yang berhubungan dengan sihir.
Setelah selesai makan, ia segera berlari menuju pintu depan rumahnya dan membukanya dengan senyuman yang bersemangat.
"Kau ingin kemana sayang?" Ibunya segera bertanya padanya karena Jay saat ini terlihat sangat bersemangat.
"Aku ingin berlatih untuk menjadi penyihir terkuat di dunia ibu." Ia segera berlari lagi keluar dari rumah dan meninggalkan kedua orang tuanya yang masih berada di meja makan.
"Tampaknya anak kita mulai bersemangat, padahal beberapa hari ini, ia terlihat sedikit lesu." Ayahnya terlihat bahagia, melihat anaknya yang mulai baik.
"Benar, semoga saja ia benar-benar dapat mewujudkan mimpinya itu suatu hari nanti." Balas sang ibu dengan perasaan yang sama dengan ayahnya.
Sedangkan Jay saat ini duduk di sebuah pohon yang lumayan tinggi untuk mengumpulkan energi sihir secepatnya, ia harus secepat mungkin mencapai kekuatannya pada masa sebelum ia mati dan mempersiapkan diri.
Dalam hatinya, ia senang sekaligus sedih, dimana perasaan senang sedikit dominan dikarenakan ia mengetahui bahwa ia dapat mengubah takdir orang-orang yang ia sayangi, namun itu dapat dilakukan apabila ia memiliki kekuatan yang cukup.
Dan rasa sedihnya berasal dari penyesalan masa lalu, jutaan nyawa yang telah melayang atas dirinya, ia masih saja dihantui oleh hal tersebut, seharusnya bagi seorang magus, membunuh jutaan nyawa adalah hal yang biasa, namun itu tak terjadi pada dirinya. Apakah dirinya dapat disebut naif? ia sendiri bahkan bingung dengan hal tersebut.
Namun satu hal yang pasti, ia akan berusaha untuk mengubah takdir yang akan ia alami di masa depan dengan kekuatannya