Hannah tercengang, dia tidak menyangka bahwa pemuda ini akan berani mengucapkan kalimat seperti itu secara terus terang dan memprovokasi keluarganya.
"Saya tidak peduli dengan kontak fisik yang tidak bisa dihandarkan selama proses penyembuhan." Erlangga memperingatkan dengan nada datar, dan sudah pasti bisa terdengar oleh Dokter Al.
Dokter Al menunduk menatap tangan Erlangga yang tiba-tiba memegangnya erat, sedikit mengernyit, dan mengingatkan, "Tuan Erlangga, lepaskan tanganku."
Ia mengaku, tenaganya tidak sekuat Erlangga. Selain itu, tangannya sedang memegang pisau bedah. Layaknya pianis, pada tangan dokter juga tidak ada luka yang ditoleransi.
Ketika mendengar itu, Erlangga dengan tenang melepaskan tangannya.
Dokter Al mengusap tangannya pelan, dan berusaha menetralkan sirkulasi darah pada tangannya.
Hannah melirik laki-laki itu dengan sedikit tertawa, dan merasa bahwa penampilannya agak kekanak-kanakan.
